PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DAN RELASI GURU MURID YANG BUKAN SEKEDAR TRANSAKSIONAL
Pendidikan adalah pondasi utama dalam membangun bangsa, juga merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas manusia dalam segala aspek kehidupan. Pendidikan menjadi salah satu faktor yang ikut menentukan maju mundurnya kehidupan bangsa tersebut. Sekolah dan pusat pendidikan menjadi sarana dan akses yang harus diperhatikan oleh masyarakat maupun pemerintah untuk meningkatkan sumber daya manusia yang unggul.
Pendidikan menjadi tolok ukur kemajuan bangsa, oleh karena itu, selain menjadi tanggung jawab pribadi, pendidikan juga menjadi tanggung jawab bersama. Pendidikan harus dibangun bukan hanya kepentingan dunia, tetapi juga bekal di akhirat.
Namun pendidikan saat ini seperti terlempar jauh hanya sebagai sarana untuk pemenuhan kebutuhan pasar kapitalis. Lembaga-lembaga pendidikan berlomba-lomba menyiapkan anak didiknya agar siap menghadapi tantangan zaman. Tidak salah untuk melakukan hal tersebut, namun ada baiknya pendidikan tidak hanya sekadar terpaut pada nilai dan skill duniawi, tetapi juga menanamkan nilai ukhrawi dalam kehidupan.
Mengintegrasikan nilai dalam pendidikan dalam kehidupan nyata itu harus dilakukan oleh para guru. Nilai dunia dan akhirat tidak boleh dipisahkan dalam membangun pendidikan. Hal ini karena hubungan guru dengan murid tidak hanya hubungan transaksional, tetapi hubungan lahir batin yang mengikat antara keduanya.
Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online
Ini sudah tertera dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 66-68, “Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata: “Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul. Dan mereka berkata: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpalah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar.”
Ayat tersebut menjelaskan tentang penolakan segolongan orang untuk mentaati perintah Allah dan Rasulnya. Mereka memilih untuk mengikuti pemimpin dan pembesarnya yang menyesatkan. Di hari akhir nanti, mereka meminta agar pemimpin mereka diberi azab dua kali lipat karena telah mengajak mereka dalam kesesatan.
Dalam ayat ini juga mengandung makna tersirat bahwa apa yang dilakukan guru sekarang akan terkoneksi dengan akhiratnya, karena guru sebagai teladan dan orang yang memberi jalan ilmu. Jika seorang guru menyesatkan para muridnya, maka dia pun akan mendapat balasan di hari akhir nanti. Ayat ini menjadi pedoman dan pengingat kepada guru untuk berhati-hati dalam mengemban amanahnya sebagai seorang panutan para murid.
Oleh karena itu, dalam proses mengajar, guru tidak boleh lepas dari etika mengajar apabila kesuksesan pendidikan ingin dicapai dengan sempurna. Menurut Ibnu ‘Athaillah, seorang guru memiliki peran yang sangat penting dalam membimbing muridnya. Hal ini bisa dilihat dalam bukunya yang berjudul Latha’if al-Minan: “Gurumu bukan hanya kau dengar, tetapi adalah orang yang kau ambil darinya.”
Fungsi guru sebagai pembimbing perlu ditekankan kembali. Begitupun murid sebagai peserta didik, ia juga harus menghormati, mentaati, dan mengikuti perannya dalam proses belajar mengajar. Hubungan guru-murid tidak hanya dipahami sekadar penyedia jasa yang membimbing murid dalam proses pembelajaran. Namun hubungan mereka akan dipertanggungjawabkan bukan sekadar di dunia, tetapi juga di akhirat.
Segala sistem di dunia ini punya problematika sendiri, termasuk dalam pendidikan. Seperti diungkapkan oleh Masduki Zakariya, S. HI (Kepala MTs Miftahul Khoir Karangrejo). Dalam hal ini Ia bersuara kepada tebuireng.online tentang apa saja yang menjadi problema pendidikan yang sedang dihadapi oleh bangsa ini.
Apakah arti dari problematika pendidikan?
Problematika pendidikan adalah persoalan-persoalan atau permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan. Hal ini banyak terjadi, termasuk di Indonesia.
Apakah yang menjadi problematika pendidikan di Indonesia?
Ada beberapa problematika pendidkan antara lain sebagai berikut:
Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online
Rendahnya pemerataan kesempatan belajar (equity).
Hal ini disebabkan banyaknya peserta didik yang putus sekolah, serta banyaknya lulusan yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini disebabakan oleh:
a. Mahalnya biaya pendidikan
b. Rendahnya pemahaman mengenai pentingnya pendidikan
- Rendahnya mutu akademik.
Yakni rendahnya mutu akademik terutama penguasaan ilmu pengetahuan alam (IPA), Matematika, terlebih dalam bidang bahasa asing. bahasa terutama bahasa Inggris padahal penguasaan materi tersebut merupakan kunci dalam menguasai dan mengembangkan iptek. Hal ini disebabakan oleh antara lain:
a. Kurangnya minat siswa dalam belajar
b. Kurikulum yang berubah-ubah
Rendahnya efisiensi internal karena lamanya masa studi melampaui waktu standart yang sudah ditentukan.
Rendahnya efisiensi eksternal sistem pendidikan yang disebut dengan relevansi pendidikan, yang menyebabkan terjadinya pengangguran tenaga terdidik yang cenderung terus meningkat. Secara empiris kecenderungan meningkatnya pengangguran tenaga terdidik disebabkan oleh perkembangan dunia usaha yang masih di dominasi oleh pengusaha besar yang jumlahnya terbatas dan sangat mengutamakan efisiensi (padat modal dan padat teknologi). Dengan demikian pertambahan kebutuhan akan tenaga kerja jauh lebih kecil dibandingkan pertambahan jumlah lulusan lembaga pendidikan.
Terjadi kecenderungan menurunnya akhlak dan moral para pelajar.
Menurunnya akhlak dan moral para pelajar juga termasuk problematika pendidikan, hal inilah yang menyebabkan lunturnya tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial, sehingga terjadinya tawuran pelajar dan kenakalan remaja.
Perubahan kurikulum.
perubahan kurikulum dari KTSP ke kurikullum 2013. Perubahan yang begitu cepat menyebabkan penurunan prestasi siwam yang disebabakan oleh para siswa blum memahami dan belum bisa beradaptasi dengan kurikulum yang baru.. Tak hanya itu, perubahan kurikulum juga menyebabkan para guru disibukkan dengan berbagai macam aturan smpai lupa pada tujuan pendidkan.
Apakah masalah yang paling menonjol?
Kurangnya minat pelajar untuk menuntut ilmu.
Kualitas guru yang rendah.
Keadaan guru yang memprihatinkan, seperti para guru yang hanya mengajarkan apa yang ada di buku, namun lupa menanamkan budi pekerti kepada muridnya.
Apakah masalah ini terjadi di semua jenjang pendidkan?
Masalah ini terjadi di seluruh daerah di Indonesia. Baik daerah pedalaman maupun yang dekat dengan ibu kota.
Apakah Solusi dari problematika pendidkan?
Solusi Masalah Mutu, Efisiensi dan Relevansi Pendidikan
Dengan upaya pemecahan masalah-masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal yang bersifat sebagai fisik dan lunak, personalia, dan manajemen. Sebagai berikut:
a) Seleksi yanglebih rasional terhadap masukan mentah, khususnya untuk SLTA dan PT. Ini bertujuan agar para tenaga terdidik yang berkualitas mendapatkan kesempatan untuk bekerja
b) Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut. Dalam hal ini disediakannya biaya untuk para siswa berprestasi agar melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
c) Penyempurnaaan kurikulum. Yakni, tidak terus menerus mengubah kurikulum yang ada.
d) Pengembanagan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tenteram untuk belajar dalam hal ini, tidak hanya menjadi tugas guru tapi semua pelajar.
e) Penyempurnaan sarana belajar seperti buku paket, media pembelajaran yakni disediakannya media pembelajaran di sekolah- sekolah.
f) Peningkatan adminisrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran yakni penetapan anggaran yang lebih besar di bidang pendidikan, agar sekolah mampu menyediakan prasarana dan sarana untuk mendukung dan mengembangkan proses pembelajaran.
g) Kegiatan pengendalian mutu. Kegiatan ini seperti disediakan pembelajaran-pembelajaran di luar kelas seperti les dan kelas-kelas non formal.
Apakah upaya yang telah dilakukan pemerintah?
Mengadakan dana BOS bagi siswa di sekolah. Hal ini terlihat dari dana yang diterima siswa di sekolah-sekolah
Pengembangan dan perbaikan kurikulum.