HIKMAH DI BALIK BACAAN SHOLAT YANG DI KERASKAN DAN DI SIRRIKAN

  SOLAT             Sebagai muslim yang taat kepad Alloh dan Rosulnya, kita senantiasa menjalankan sholat 5 waktu dengan tanpa pamrih dan hanya mengharap ridloNya. Namun tidak semua dari kita yang melakukan sholat 5 waktu tersebut bisa mengetahui kenapa sholat sholat dhuhur dan ashar kok bacaan sholatnya di sirrikan atau lirih, sedangkan sholat maghrib, isya dan shubuh bacaan sholatnya di keraskan atau jahr. Tentu di dalam agama islam bahwa setiap sesuatu yang di syari’atkan kepada umatnya mempunyai hikmah hikmah yang agung yang tersembunyi, tidak mungkin Alloh dan RosuNya mensyari’atkan kepada kita tanpa ada hikmah di balik amalan ibadah, apalagi ibadah tersebut adalah sebuah kewajiban.

Di dalam kitab al Bajuri juz 1 hal. 174 di jelaskan dengan gamlang tentang Disunnahkanya mensirrikan atau melirihkan bacaan ketika sholat dzuhur dan ashar, hal itu karena pada zaman Nabi saw, di waktu itulah kafir quraisy menyakiti Nabi dan shohabatnya, dan akan mencaci Alloh dan RosulNya ketika mereka mendengar bacaan Al-Qur’an.
Sedangkan dalam sholat shubuh dan isya’ disunnahkan mengeraskan bacaan karena pada waktu itu kafir quraisy sedang berisitirahat, dan di waktu maghrib mereka sibuk dengan makan malam mereka,
Kemudian dalam sholat jum’at dan ‘Ied juga disunnahkan mengeraskan bacaan karena kedua sholat ini disyari’atkan ketika keadaan sudah aman yaitu ketika Nabi saw sudah hijrah ke madinah

~Hasyiah Al Bajuri juz 1 hal. 174

قوله الصبح)إنما طلب الجهر فيها مع أن الكفار كانوا حين سماعهم القرآن في صلاة النبي صلى الله عليه و سلم يسبون من أنزله و من أنزل عليه كما مر لأنهم يكونون في هذه الوقت نائمين و لذلك طلب الجهر في العشاء أيضا و في نهارية مقضية ليلا أو وقت صبح و أما المغرب فطلب الجهر فيه لأنهم كانوا يشتغلون في وقته بالعشاء و أما الجمعة و العيد فلأنه صلى الله عليه و سلم أقامهما بالمدينة و لم يكن للكفار فيها قوة و لما كانوا مستعدين للإيذاء في وقتي الظهر و العصر طلب الإسرار فيهما بل و في الليلة المقضية نهارا و هذا السبب و إن زال لكن الحكم المترتب عليه باق لأنه الحكمة المشروعية و الحكمة لا يلزم دوامها ~ الباجوري ١/١٧٤

Sedikit berbeda dalam redaksi dengan penjelasan dalam kitab al Bajuri, yaitu kitab I’anah mengatakan bahwa :
Hikmahnya maghrib dan isya’ bacaan sholatnya di dikeraskan karena untuk mencari kelezatan munajatnya hamba pada Tuhannya sedangkan dzuhur dan ashar di pelankan karena siang adalah waktu kesibukan dan bercampurnya para manusia dan karena tidak pantas untuk mngheningkan diri pada munajatnya, sedangkan shubuh disamakan dengan sholat malam (maghrib dan isya’) karena bukan waktu kesibukan.

قوله يسن الجهر ) أي ولو خاف الرياء قال ع ش والحكمة في الجهر في موضعه أنه لما كان الليل محل الخلوة ويطيب فيه السمر شرع الجهر فيه طلبا للذة مناجاة العبد لربه وخص بالأوليين لنشاط المصلي فيهما والنهار لما كان محل الشواغل والاختلاط بالناس طلب فيه الإسرار لعدم صلاحيته للتفرغ للمناجاة وألحق الصبح بالصلاة الليلية لأن وقته ليس محلا للشواغل

I’anatut Tholibin juz 1 hal 153.

حِكْمَةُ الْجَهْرِ فِي مَوْضِعِهِ وَالْإِسْرَارُ فِي مَوْضِعِهِ أَنَّهُ لَمَّا كَانَ اللَّيْلُ مَحَلَّ الْخَلْوَةِ وَيَطِيبُ فِيهِ السَّمَرُ شُرِعَ الْجَهْرُ فِيهِ إظْهَارًا لِلَّذَّةِ مُنَاجَاةِ الْعَبْدِ لِرَبِّهِ وَخُصَّ بِالْأُولَيَيْنِ لِنَشَاطِ الْمُصَلِّي فِيهِمَا وَالنَّهَارُ لَمَّا كَانَ مَحَلَّ الشَّوَاغِلِ وَالِاخْتِلَاطِ بِالنَّاسِ طُلِبَ الْإِسْرَارُ لِعَدَمِ صَلَاحِيَتِهِ لِلتَّفَرُّغِ لِلْمُنَاجَاةِ وَأَلْحَقَ الصُّبْحَ بِالصَّلَاةِ اللَّيْلِيَّةِ ؛ لِأَنَّ وَقْتَهُ لَيْسَ مَحَلًّا لِلشَّوَاغِلِ عَادَةً ا هـ ع ش عَلَى م ر .

Begitu juga di dalam kitab al Jamal, di sana di jelaskan bahwa :

Hikmah membaca keras dan pelan pada waktu sholat yaitu waktu malam adalah waktu menyendiri, waktu yang tepat untuk bercakap-cakap karenanya syari’at menetapkan bacaan keras saat sholat diwaktu tersebut untuk menampakkan nikmatnya munajat seorang hamba dihadapan Tuhannya. Dan diperlakukan pada sholat maghrib serta Isya’ karena terdapat kesemangatan orang yang menjalani sholat pada waktu keduanya. Sedang waktu siang adalah waktu bekerja dan bercampur dengan orang banyak, disyari’atkan membaca dengan pelan karena disiang hari tidak layak untuk menuangkan munajat pada Alloh. Dan waktu sholat shubuh disamakan dengan sholat malam (maghrib serta Isya’) karena pada umumnya diwaktu inipun orang belum tersibukkan dengan aneka pekerjaan.
Hasyiyah al-Jamal juz 3 hal. 326

والحكمة في طلب الجهر في صلاة الليل والإسرار في صلاة النهار أن صلاة الليل تقع في الأوقات المظلمة فينبه القارئ بجهره المارة، وللأمن من لغو الكافر عند سماع القرآن لاشتغاله غالبًا في الليل بالنوم أو غيره بخلاف النهار، وإنما طلب الجهر في الجمعة والعيدين لحضور أهل البوادي والقرى فأمر القارئ بالجهر ليسمعوه فيحصل لهم الاتعاظ بسماعه.

Hikmah diperlakukannya mengeraskan bacaan sholat malam (maghrib, isya’ dan shubuh) serta diperlakukannya melirihkan bacaan disholat waktu siang (dzuhur dan ashar) adalah sesungguhnya sholat malam terjadi disaat waktu-waktu gelap maka dengan suara kerasnya orang yang membaca al-Quran diharapkan dapat mengingatkan orang-orang yang lewat, disamping waktu malam adalah waktu yang aman dari kesia-siaan orang kafir saat mendengar bacaan al-Quran sebab mereka pada umumnya sedang beristirahat atau sibuk dengan hal lainnya berbeda dengan waktu siang hari. Dan diperlakukan mengeraskan bacaan disholat jum’ah dan hari raya karena kehadiran orang-orang pedalaman, pedesaan untuk menjalankan sholat berjamah maka diperintahkan mengeraskan bacaan agar mereka dapat mengambil wejangan saat mendengar bacaan al-Quran. Dan keterangan ini adalah dari kitab Al Fawakih ad Dawany juz I hal. 505

Hikmahnya bacaan sholat pada malam hari (magrib, isya, shubuh) disyariatkan dibaca keras, karena malam adalah waktu sepi, sebagai penampakan kenikmatan munajat hamba pada Robbnya. sebaliknya bacaan siang dipelankan, karena siang adalah waktu sibuk antar manusia, sehingga dipelankan karena waktu ini tidak sesuai pada kefokusan munajat.

:حِكْمَةُ الْجَهْرِ فِي مَوْضِعِهِ وَالْإِسْرَارُ فِي مَوْضِعِهِ أَنَّهُ لَمَّا كَانَ اللَّيْلُ مَحَلَّ الْخَلْوَةِ وَيَطِيبُ فِيهِ السَّمَرُ شُرِعَ الْجَهْرُ فِيهِ إظْهَارًا لِلَّذَّةِ مُنَاجَاةِ الْعَبْدِ لِرَبِّهِ وَخُصَّ بِالْأُولَيَيْنِ لِنَشَاطِ الْمُصَلِّي فِيهِمَا وَالنَّهَارُ لَمَّا كَانَ مَحَلَّ الشَّوَاغِلِ وَالِاخْتِلَاطِ بِالنَّاسِ طُلِبَ الْإِسْرَارُ لِعَدَمِ صَلَاحِيَتِهِ لِلتَّفَرُّغِ لِلْمُنَاجَاةِ وَأَلْحَقَ الصُّبْحَ بِالصَّلَاةِ اللَّيْلِيَّةِ؛ لِأَنَّ وَقْتَهُ لَيْسَ مَحَلًّا لِلشَّوَاغِلِ عَادَةً اهـ ع ش عَلَى م ر.

Demikian hikmah di balik di keraskan dan lirihkanya bacaan sholat, semoga bermanfaat. Wallohu a’lam bis showab