MAKSUD DARI MENGIKUTI AS SAWADUL A’DZOM (Habis)

 

NASIHAT           Rosululloh shollallohu alaihi wasallam memberikan nasehat kepada kaum muslim bila telah terjadi fitnah antara lain :

Diriwayatkan dari Ibnu Abi al-Shoif dalam kitab Fadhoil al-Yaman, dari Abu Dzar al-Ghifari, Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda :

“Kalau terjadi fitnah pergilah kamu ke negeri Yaman karena disana banyak terdapat keberkahan”.

Diriwayatkan oleh Jabir bin Abdillah al-Anshari, Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda :

“Dua pertiga keberkahan dunia akan tertumpah ke negeri Yaman. Barang siapa yang akan lari dari fitnah, pergilah ke negeri Yaman, Sesungguhnya di sana tempat beribadah”.

Abu Said al-Khudri ra meriwayatkan hadits dari Rosululloh shollallohu alaihi wasallam :

“Pergilah kalian ke Yaman jika terjadi fitnah, karena kaumnya mempunyai sifat kasih sayang dan buminya mempunyai keberkahan dan beribadat di dalamnya mendatangkan pahala yang banyak”.

Abu Musa al-Asy’ari meriwayatkan dari Rosululloh shollallohu alaihi wasallam :

“Allah akan mendatangkan suatu kaum yang dicintai-Nya dan mereka mencintai Allah”.

Bersabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :

“Mereka adalah kaummu Ya Abu Musa, orang-orang Yaman”.

Firman Allah ta’ala yang artinya :

Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (QS Al Ma’iadah [5]:54)

Dari Jabir, Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam ditanya mengenai ayat tersebut, maka Rosul menjawab :

Mereka adalah ahlu Yaman dari suku Kindah, Sukun dan Tajib”.

Ibnu Jarir meriwayatkan, ketika dibacakan tentang ayat tersebut di depan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, beliau berkata :

“Kaummu wahai Abu Musa, orang-orang Yaman”.

Dalam kitab Fath al Qodir, Ibnu Jarir meriwayat dari Suraikh bin Ubaid, ketika turun ayat 54 surat al-Maidah, Umar berkata : ‘Saya dan kaum saya wahai Rosululloh?’.

Rosul menjawab :

Bukan, tetapi ini untuk dia dan kaumnya, yakni Abu Musa al-Asy’ari”.

Firman Allah Azza wa Jalla dalam (QS Al Ma’iadah [5]:54) di atas menjelaskan ciri-ciri ulama yang baik untuk diikuti yakni :

yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela”.

Jelaslah yang kita ikuti adalah ulama yang bersikap lemah lembut terhadap orang  mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir   bukan sebaliknya ulama yang keras terhadap orang mu’min dan bersikap lemah lembut terhadap orang kafir.

Terhadap orang kafir kita harus bersifat keras, maksudnya bersikap adil, tegas dan baik sebagaimana perlakukan kita terhadap ciptaanNya yang lain.

Terhadap orang mu’min adalah bersaudara dan saling mencintai Firman Allah Azza wa Jalla, yang artinya :

Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara”  ( Qs. Al-Hujjarat :10)

Diriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, Rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Bersabda :

Demi Allah, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Belum sempurna keimanan kalian hingga kalian saling mencintai”.

Allah Azza wa Jalla telah mengibaratkan kelakuan orang kafir bagaikan kelakuan binatang.

Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya :

Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mu’min dan beramal saleh ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka.” (QS Muhammad [47]:12 )

Untuk itulah kita sebaiknya jangan menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, penasehat maupun pelindung.

Firman Allah Azza wa Jalla :

Hasbunallah wani’mal wakil” , “Cukuplah Allah sebagai penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik tempat bersandar” (QS  Ali `Imran [3]: 173)

Oleh karenanya sebaiknya jangan terlampau mudah percaya dengan ulama berbahasa Arab, periksalah apakah pemahaman mereka menyelisihi pemahaman imam atau pemimpin ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak) alias Imam Mazhab yang empat. Memang ada Imam Madzhab yang lain selain yang berempat namun pada akhirnya pendapat atau pemahaman mereka karena tidak komprehensive atau tidak menyeluruh sehingga kaum muslim mencukupkannya pada Imam Madzhab yang empat.

Sebagaimana sunnah Rosululloh di atas bahwa :

hendaklah kau jauhi seluruh firqah (kelompok-kelompok) itu, sekalipun kau gigit akar-akar pohon hingga kematian merenggutmu kamu harus tetap seperti itu

Maka janganlah mengikuti pemahaman sekte manapun tetaplah pada jama’ah dengan menggigit As Sunnah dan sunnah Khulafaur Rasyidin berdasarkan pemahaman imam atau pemimpin ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak) alias Imam Madzhab yang empat dan penjelasan dari para pengikut Imam Madzhab sambil merujuk darimana mereka mengambil yaitu Al Quran dan as Sunnah. Janganlah sebaliknya yakni memahami Al Qur’an dan As Sunnah dengan akal pikiran sendiri lalu membandingkannya dengan pemahaman Imam Madzhab yang empat.

Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :

Barangsiapa menguraikan Al Qur’an dengan akal pikirannya sendiri dan merasa benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan”. (HR. Ahmad)

Ibnul Mubarak berkata :

Sanad merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa saja yang mau dengan apa saja yang diinginkannya.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muqoddimah kitab Shahihnya 1/47 no:32 )

Dari Ibnu Abbas ra. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda…:

Barangsiapa yang berkata mengenai Al-Qur’an tanpa ilmu maka ia menyediakan tempatnya sendiri di dalam neraka” (HR.Tirmidzi)

Imam Syafi’i rahimahulloh mengatakan :

Tiada ilmu tanpa sanad”.

Al-Hafidh Imam At tsauri rahimahulloh mengatakan :

Penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah tanpa tangga”.

Bahkan Al-Imam Abu Yazid Al-Bustamiy, quddisa sirruhu (Makna tafsir QS.Al-Kahfi 60) :

  “Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan”.  Tafsir Ruhul-Bayan Juz 5 hal. 203

Sanad ilmu atau sanad guru sama pentingnya dengan sanad hadits,

Sanad hadits adalah otentifikasi atau kebenaran sumber perolehan matan atau redaksi hadits dari lisan Rosululloh,

Sedangkan Sanad ilmu atau sanad guru adalah otentifikasi atau kebenaran sumber perolehan penjelasan baik Al Qur’an maupun As Sunnah dari lisan Rosululloh.

Contoh sanad Ilmu atau sanad guru Imam Syafi’i ra

1. Baginda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam

2. Baginda Abdullah bin Umar bin Al-Khottob ra

3. Al-Imam Nafi’, Tabi’ Abdullah bin Umar ra

4. Al-Imam Malik bin Anas ra

5. Al-Imam Syafei’ Muhammad bin Idris ra

Salah satu cara mempertahankan sanad ilmu atau sanad guru adalah dengan mengikuti pendapat atau pemahaman pemimpin ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak) alias Imam Madzhab yang empat dan penjelasan dari para pengikut Imam Madzhab sambil merujuk darimana mereka mengambil yaitu Al Qur’an dan as Sunnah.

Ulama yang tidak mau bermazhab , pada hakikatnya telah memutuskan rantai sanad ilmu atau sanad guru, berhenti pada akal pikirannya sendiri dimana didalamnya ada unsur hawa nafsu atau kepentingan.