TENTANG KH HAMIM JAZULI (GUS MIEK) PLOSO

        Pertama kali mendapat informasi nama Gus Miek dari bukunya GUS DUR “Melawan Dengan Tertawa”. gus mikTidak banyak yang di ketahui dari kehidupannya selain keanehan-keanehan, juga kenyelenehannya dan cara berpikirnya yang tidak linear.

KH Hamim Jazuli, biasa dipanggil Gus Miek adalah ulama kontroversial di zamannya. Putra ketiga dari KH. Achmad Djazuli Utsman, pendiri Pondok Pesantren Al-Falah ini lahir pada 1940. Sejak kecil ia memang sudah terlihat aneh. Sejak kecil ia suka mengembara, sehingga orang tuanya tidak tahu di mana Chamim kecil berada. Bahkan oleh ayahnya ia pernah dianggap sebagai anak hilang. Kebiasaan ini berlanjut hingga masa tuanya.
Gus Miek dikenal sebagai tokoh sentral kegiatan semaan Al-Quran yang pengikutnya ribuan orang. Semaan ialah kegiatan membaca dan mendengarkan Al-Quran bersama-sama, dilakukan oleh ratusan orang dalam sebuah majelis. Awalnya setelah ia menemukan kompleks makam 3 auliya yakni :

 Syekh Maulana Abdul Qadir Khoiri Al-Iskandari,

 Syekh Maulana Abdullah Soleh dan

 Syekh Maulana Erman Jawi di dusun Tambak.

Sejak tahun 1976-1986, Gus Miek bersama jamaahnya mengadakan acara semaan Al-Quran dan Dzikrul Ghofilin di kompleks makam ini. Hingga akhirnya Gus Miek membeli sebagian kompleks makam ini, dan lambat laun, kompleks pemakaman ini terkenal menjadi tempat ziarah awliya Tambak.

 Gus Miek wafat pada 5 Juni 1993, meninggalkan seorang istri dan lima anak, dimakamkan di sebelah timur kompleks 3 makam awliya tersebut. Haul Gus Miek diadakan setiap satu hari setelah hari raya Idul Adha di PP Ploso, Kediri.
Di sebelah timur makam Gus Mik (atau persis di tengah-tengah kompleks makam) terdapat makam Rais Am PBNU tahun 1984-1989 yakni KH Achmad Siddiq (PP As-Shiddiqiyah Putra atau Ponpes Asthra, Jember). Ia peletak dasar Khittah Nahdliyah pada Muktamar NU ke-27 di Situbondo.

 KH Achmad Siddiq dilahirkan di Jember pada 24 Januari 1926. Kiai Achmad pernah menjadi sekretaris Menteri Agama KH Wahid Hasyim pada 1949-1952. Pada 1955-1957 dan 1971 ia pernah menjadi anggota DPR dari Partai NU. Ia wafat pada hari Ahad Legi 10 Rajab 1344 H di Surabaya dan dimakamkan di Tambak.

Di kompleks ini paling tidak ada sekitar 22 auliya yang kebanyakan para guru sekaligus murid Gus Miek. Mereka adalah pengasuh sekaligus pendamping Gus Miek di Majelis Semaan Al-Qur’an dan Dzikrul Ghofilin untuk wilayah Jawa Timur dan sekitarnya. Seperti di selatan makam Gus Miek, terdapat makam :

 KH. Anis Ibrahim,

 KH Shohib Mustofa,

 KH Ma’ruf,

 H. Abdul Hamid.

Sementara itu di sebelah utara makam Gus Miek terdapat makam :

 KH Ahmad Khudori.

Di ujung timur kompleks makam itu terdapat makam :

 KH. Yasin Yusuf,

 KH. Rokhmat Zubair,

 KH. Hamzah Nur,

 KH. Imtoha,

 Nyai Hj. Dewi Hajar,

 Asmu’i,

 Bani Askar,

 Hj Mardiyah dan

 H. Muslam.

 Sedangkan di sebelah tenggara terdapat sebuah bangunan tua yakni makam :

 Mbah Danan dan

 Mbah Chamim Hasyim.