TELADAN SAYYIDINA ABU BAKAR AS SHIDIQ RA DARI MULAI MENJADI KHALIFAH

Pidato Abu Bakar RA Ketika Dilantik Jadi Khalifah

Begitu Nabi Muhammad Saw wafat, para sahabat berkumpul di saqifah bani sa’idah. mereka berdebat tentang suksesi, menentukan pemimpin baru pengganti Nabi Muhammad Saw. perdebatan pun berlangsung sengit dan panjang hingga berhari-hari. ‘Umar bin Khattab kemudian mengatakan: “Abu Bakar, bukankah Nabi pernah menyuruh anda memimpin shalat berjama’ah. saya kira itu adalah petunjuk atau isyarat bahwa anda pantas menjadi pemimpin kaum muslimin. maka adalah penggantinya”.

Kesepakatan kemudian dicapai, Abu Bakar kemudian tampil menyampaikan pidato pertama usai pelantikannya. sesudah mengucapkan puji syukur kepada Tuhan ia mengatakan:

“Saudara-saudara, hari ini kalian telah mempercayakan kepada saya sebagai pemimpin kalian meski saya bukanlah yang terbaik di antara kalian. jika saya bertindak benar, bantulah, tetapi jika saya bertindak salah luruskanlah. Kejujuran adalah kepercayaan dan kebohongan adalah penghianatan. Orang-orang yang lemah di antara kalian, akan menjadi kuat di mata saya. saya akan memberikan hak mereka, insya Allah. Orang-orang yang kuat di mata kalian, adalah lemah di mata saya, saya akan mengambil hak-hak mereka, insya Allah.

Siapa pun yang meninggalkan perjuangan Tuhan akan menimpakan kehinaan atas mereka. Jika kejahatan telah menyebar, Tuhan pasti akan menimpakan bencana atas mereka. Patuhilah saya sepanjang saya mematuhi Allah dan rasul-Nya. Tetapi jika saya melanggarnya, maka tidak ada kewajiban kalian mematuhiku”.

Kepatuhan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah kepatuhan kepada hukum-hukum yang benar, adil dan yang menjamin kesejahteraan bagi rakyat. sebuah kaidah fiqh mengatakan: “tasharruf al-Imam ‘ala al-Ra’iyyah Manuthun bi al-Maslahah” (Tindakan pemerintah/pemimpin terhadap rakyatnya terikat dengan kepentingan rakyat).

Khalifah adalah pemimpin umat yang berkewajiban untuk melayani dan melindungi orang-orang yang teraniaya. Dan Abu Bakar telah menjalankan tugasnya dengan baik dan sukses.

Lima Karakter Kepemimpinan Sayyidina Abu Bakar al-Shiddiq yang Perlu Dicontoh

Sebagaimana disebutkan dalam kitab Tarikh al-Khulafa’ yang ditulis oleh Jalaluddin Abdur Rahman al-Suyuthi, Abu Bakar memiliki nama lengkap Abdullah ibn Utsman ibn Amir ibn Amru ibn Ka’ab ibn Sa’ad ibn Taim ibn Murroh ibn Ka’ab ibn Luayyi ibn Ghalib Alquraisyi Attaimi. Lahir di kota Mekah pada tahun 51 sebelum hijrah.

Nama Abu Bakar Ash-Shiddiq merupakan nama pemberian Rasulullah SAW, Abu berartikan “bapak”, Bakr artinya “awal”, digelari demikian karena ia menjadi orang yang paling cepat (awal) masuk Islam. Sedangkan Ash-Shiddiq, ialah karena ia menjadi orang yang sangat percaya dan selalu membenarkan dakwah Nabi Muhammad SAW.

Abu Bakar terkenal dengan berbagai akhlahnya yang mulia, yang wajib dicontoh oleh pemimpin masa kini, antara lain:

    Berani

Keberanian beliau dalam menyampaikan kebenaran mengantarkan umat Islam pada puncak kejayaan. Kekuasaannya meliputi hampir semua negara di Timur Tengah, bahkan sampai ke Andalusia, Eropa dan Afrika.

    Kejujuran dan Sikap Amanah.

Hal ini tak terlepas dari didikan Rasulullah SAW yang memang selalu menitikberatkan aspek kejujuran. “Janganlah kamu berdusta maka bagimu surga,” begitulah pesan dari Rasulullah SAW.

    Kuat Pendirian dan tegas.

Bependirian kokoh, yang benar itu benar dan yang salah itu tetap salah. Abu Bakar meminta kepada masyarakat untuk taat kepadanya, selama ia taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Akan tetapi, jika ia melanggar perintah-Nya, mereka tidak wajib taat kepadanya.

“Tidak boleh taat kepada makhluk dalam maksiat kepada Sang Pencipta,” sebagaimana pesan Rasulullah SAW.

Hal tersebut menunjukkan akan teguh pendirian dan tegasnya beliau dalam bertindak bahwa jabatan itu bukanlah sebuah keuntungan.

    Sabar dan Rendah Hati.

Memiliki kesabaran yang tinggi dan rendah hati. Kesabaran beliau terlihat bahwa beliau tidak pernah memaksakan kehendak beliau sendiri, beliau selalu menyertakan pendapat sahabat-sahabat yang lain. Kerendahan hati beliau terlihat ketika dipilih menjadi seorang pemimpin, Abu Bakar tidak pernah mencerminkan ambisi untuk memimpin, beliau selalu merendah bahwa beliau sendiri tidak pantas untuk memimimpin. Terlihat juga dalam isi pidato beliau yang dikutip dalam buku Al-Bidayah wa Al-Nihayah, “Sekarang aku telah dipilih sebagai pemimpin atas kalian, padahal aku bukanah orang yang terbaik di antara kalian.”

    Faqih

Faqih yaitu paham seluk beluk ilmu agama. Banyak pemimpin sekarang yang hanya paham birokrasi tapi tak paham ilmu agama yang menjadi dasar hidupnya. Paham ilmu birokrasi dan ilmu agama menjadi hal penting dalam memimpin.

Sahabat Abu Bakar RA memberi kita contoh berdakwah dengan bijaksana

Abu Bakar bisa dijadikan contoh dakwah yang lemah lembut nan santun. Nama lengkap beliau adalah ‘Abdullah bin Abi Quhafah (‘Utsman) bin ‘Amir bin ‘Amr bin Ka’b bin Said bin Taim Ibn Murrah bin Ka’b. Nasabnya bertemu dengan Rasulullah shalla Allahu ‘alaihi wa sallama pada Murrah bin Ka’b, kakek beliau yang keenam.

Nama Abu Bakr pada masa jahiliyah adalah ‘Abd al-Ka’bah, lalu namanya diganti oleh Rasulullah saw. dengan nama ‘Abdullah. Adapun nama gelarnya yang populer adalah al-‘Athiq dan al-Shiddiq.

Abu Bakr ra.lahir pada tahun kedua atau ketiga dari Tahun Gajah, dua tahun enam bulan setelah kelahiran Nabi Muhammad saw. Hidup berkembang di Makkah dan berprofesi sebagai pedagang pakaian dan menjadi kaya karenanya. Ia juga seorang yang sangat ahli dibidang nasab yang tiada duanya pada masa itu, lebih-lebih nasab suku Quraisy.

Abu Bakr sejak muda berakhlak mulia, tidak pernah berdusta dan tidak terpengaruh oleh berita bohong, dermawan, mulia, banyak memberi, jauh dari berhala, tidak pernah mendekatinya, apalagi menyembahnya. Ia dikenal sangat anti terhadap minuman keras (khamr) sejak sebelum Islam. Saat ia ditanya, “apakah engkau pernah minum khamr?” Ia menjawab, “A’udzu Billah hidup (aku berlindung diri kepada Allah)!” Lalu ia ditanya, “Mengapa?” Ia menjawab, “Aku selalu menjaga kehormatanku dan memelihara muruah-ku, maka sungguh orang yang meminum khamr telah menyia-nyiakan kehormatannya dan muruah-nya”.

Abu Bakar ra memiliki enam orang anak, yakni tiga laki-laki dan tiga perempuan, dari empat isteri:

1- Qatilah binti ‘Abd al-Uzza melahirkan ‘Abdullah dan Asma’.

2- Ummu Rumah Da’d binti ‘Amir melahirkan ‘Abd al-Rahman dan ‘Aisyah.

3- Asma’ binti ‘Umais melahirkan Muhammad.

4- Habibah binti Kharijah bin Zaid al-Anshariyyah melahirkan Ummu Kultsum setelah beliau wafat.

Sejak sebelum Islam Abu Bakr telah bersahabat sangat dekat dengan Nabi Muhammad saw. dan masuk Islam sangat segera tanpa keraguan sedikitnya. Abu Bakr adalah orang laki-laki dewasa pertama yang masuk Islam dan beriman kepada Nabi Muhammad saw. Keislamannya sangat berarti bagi perkembangan Islam selanjutnya, karena ia adalah pemimpin suku Quraisy yang disegani, orang kaya, juru dakwah kepada Islam, dicintai, lemah lembut dan banyak memberikan sumbangan berupa harta demi menaati Allah dan Rasul-Nya.

Melalui Abu Bakr yang lemah lembut banyak kerabat dan sahabatnya yang menerima dakwahnya itu dan mereka pun masuk Islam. Tercatat ‘Utsman bin ‘Affan, al-Zubair bin ‘Awwam, Thalhah bin ‘Ubaidillah, Sa’d bin Abi Waqqash, ‘Abdurrahman bin ‘Auf, ‘Utsman bin Madh’un, Abu ‘Ubaidah Ibn al-Jarrah, Abu Salmah bin ‘Abd al-Asad dan al-Arqam bin Abi al-Arqam, mereka semua masuk Islam karena dakwah (ajakan) dari Abu Bakr.

Dan dengan sebab Islamnya mereka maka Bilal, Shuhaib, ‘Ammar dan anaknya, Yasir, serta ibunya, Sumayyah juga memeluk Islam.