SHALAT TARAWIH

SHALAT TARAWIH

Mengenai Tarawih ini telah saya bahas berkali – kali dengan pembahasan panjang lebar di web ini, anda dapat melihatnya dengan menulis kata : “tarawih” di kanan atas tampilan di forum tanya jawab ini, maka akan muncul pembahasan itu semua, namun yang secara ringkasnya adalah bahwa tarawih ini banyak riwayatnya, yaitu 11, 13, 23, 36, 38, 40 dll. Namun Jumhur 4 madzhab (pendapat besar 4 madzhab ahlussunnah waljamaah tidak satupun berpendapat ada tarawih yang kurang dari 20 rakaat.

Imam Syafii dan Hambali tarawih 23 rakaat, yaitu 20 rakaat ditambah 3 rakaat witir, dan Imam Malik (maliki) tarawih 36 rakaat, atau 38 rakaat, ditambah witir 3 rakaat menjadi 39 rakaat atau 41 rakaat khusus untuk di Masjid Nabawiy, dan tak ada satupun madzhab yang berpendapat 11 rakaat, Entah darimana mereka menemukan fatwa itu, namun kita tak perlu bermusuhan untuk itu, barangkali ada orang – orang tua yang jompo dan lemah hingga tak mampu 20 rakaat, atau para muallaf, atau orang yang sangat sibuk hingga malas tarawih 20 rakaat, maka biarkan saja mereka shalat 11 rakaat, jauh lebih afdhal daripada mereka tidak tarawih sama sekali.

Mengenai riwayatnya adalah Imam Baihaqi Al Kubra dalam Sunan Baihaqy menukil riwayat
tarawih Umar bin Khattab ra dengan 23 rakaat, dan riwayat ini disepakati oleh para sahabat dan terus diberlakukan dimasa Khalifah Utsman bin Affan ra, dan Khalifah Ali bin Abi Thalib kw, dan diberlakukan hingga masa kini, dan tak satu madzhab pun yang melakukan dibawah 23 rakaat, bahkan riwayat Imam Malik adalah 36 rakaat dan 39 rakaat.
Mengenai istirahat setiap 4 rakaat itu adalah telah berlaku dimasa Umar bin Khattab ra, maka disebut tarawih (tarawih = selingan istirahat) maksudnya shalat yang diselingi istirahat.

Dalam Madzhab syafii dilakukan Qunut setelah Nishful akhir (setengah ramadhan yang terakhir) di bulan ramadhan, berlandaskan dari riwayat Hasan bin Ali kw, bahwa Umar bin Khattab ra melakukan Qunut pada shalat witir di setengah ramadhan yang terakhir, demikian pula Ali bin Abi Thalib kw. (HR Sunan Baihaqi Alkubra Juz 2), walaupun sebagian mendhoifkan riwayat ini namun sebagian sahabat mengamalkannya.

Leave your comment here: