IMAM HATIM AL ASHOM BELAJAR SELAMA TIGA PULUH TAHUN HANYA MENDAPAT DELAPAN HAL

IMAM HATIM AL ASHOM BELAJAR SELAMA TIGA PULUH TAHUN HANYA MENDAPAT DELAPAN HAL

Ashab e sufa aor tasawuf ki Haqeeqat                 AL KISAH DARI IMAM GHOZALI ROHIMAHULLOH

Pada suatu hari, Syaqiq Al Balkhi Ra, Bertanaya kepada Hatim A Ashom:

“Sudah berapa lama engkau belajar ilmu dariku?”

“Tiga puluh tiga tahun”, Jawab Hatim.

“Apa yang telah engkau pelajari selama itu?”

“Hanya delapan hal” Jawab Hatim lagi

“Innalillahi wa inna ilaihi roji’un, Ku habiskan usiaku untuk mendidikmu tapi engkau hanya mendapat delapan hal dariku?” Ucap Syaqiq keheranan

“Benar guru, Aku hanya belajar delapan hal tersebut,Aku tidak mau mendustaimu”

“Coba sebutkan kepadaku delapan hal itu”, Pinta Syaqiq

“Pertama, Kulihat setiap manusia memiliki kekasih,Ketika dia mati, Kekasihnya ikut mengantar hingga ke kubur lalu meninggalkanya di sana. Maka, Ku pilih amal kebajikan sebagai kekasihku, Sehingga ketika mati nanti di dalam kubur kebajikan itu akan ikut bersamaku”, Jawab hatim

“Bagus bagus…. Lalu apa yang kedua?”, Tanya Syaqiq

Ke dua, Aku renungkan wahyu ALLOH  ‘Azza wa jalla yang berbunyi :

وَأمّا مَنْ خَفَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الهَوَى فَإِنَّ الْجَنّةَ هِيَ الْمَأْوَى

“Dan adapun orang orang yang takut kepada kebesaran tuhanya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya“. (An Nazi’at,40-41).

Aku tahu bahwa kalam ALLOH SWT pasti benar, Maka aku berjuang untuk melawan nafsuku hingga nafsu itu tunduk kepada ALLOH SWT”.

Ke tiga, Ku perhatikan manusia selalu memuliakan dan menyimpan semua benda berharga yang dia miliki, Kemudian aku memperhatikan wahyu ALLOH ‘Azza wa jalla yang berikut ini :

وَمَا عِنْدَ كُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللهِ بَاقٍ

Apa yang di sisimu akan lenyap, Dan apa yang di sisi ALLOH adalah kekal“. (An Nahl,96).

Maka setiap kali ku peroleh sesuatu yang berharga, Ku persembahkan (Dermakan) kepada Alloh agar terjaga selalu disisinya”.

“Ke empat, Ku lihat setiap manusia mengejar harta, Kemudian leluhur, Kehormatan dan Nasab. Setelah ku perhatikan ternyata semua itu tidak ada apa apanya. Kemudian ku perhatikan Wahyu ALLOH berikut ini :

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Alloh ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu“. (Al Hujurot,13).

Maka aku beramal untuk mewujudkan taqwa hingga memperoleh kedudukan yang mulia di sisi Alloh Swt.

“Ke lima, Ku perhatikan manusia saling mencela dan melaknat, Sumbernya adalah rasa hasud (Dengki), Kemudian ku perhatikan wahyu Alloh ‘Azza wajalla yang berikut ini :

نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيْشَتَهُمْ فِى الْحَيَاةِ الدُّنْيَا

“Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia“. (Az Zukhruf,32).

Maka aku tahu bahwa semuanya telah di bagi oleh Alloh, Maka aku tinggalkan sifat hasud,ku jauhi manusia dan aku tidak bermusuhan dengan seorang pun”.

Ke enam, Ku lihat manusia saling menganiaya dan saling membunuh, Sedangkan Alloh Ta’ala telah mewahyukan :

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّبِعُوْهُ عَدُوَّا

Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu,maka jadikanlah ia sebagai musuhmu“. (Fathir,6).

Maka ku tinggalkan permusuhan dengan manusia dan ku jadikan syaitan sebagai satu satunya sebagai musuhku. Aku selalu mewaspadainya dengan sekuat tenaga. Sebab Alloh Ta’ala sendiri yang menyatakan bahwa syaitan sebagai musuhku.

“Ke tujuh, Ku perhatikan setiap orang mencari sepotong roti (Maksudnya harta), Sehingga rela menghinakan dirinya dan melakukan hal hal yang haram,

Kemudian ku perhatikan firman Alloh ‘Azza wa jalla yang berikut ini:

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِى الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللهِ رِزْقُهَا

“Dan tidak ada suatu yang melata pun di bumi melainkan Alloh lah yang memberi rezekinya“. (Hud,6)

Aku tahu bahwa diriku merupakan salah satu dari yang melata yang di jamin oleh Alloh rezekinya, Oleh karena itu ku sibukan diriku untuk menunaikan kewajiban yang di berikan Alloh dan tak ku risaukan apa yang telah di jamin oleh Alloh Swt.

Ke delapan, Ku perhatikan semua orang bergantung kepada makhluk, Ada yang bergantung dengan ladangnya, dengan niaganya, dengan perusahaanya dan dengan kesehatan jasmaninya. Semua bergantung kepada sesama makhluk lainya, Aku pun kembali kepada wahyu Alloh swt.:

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

Dan barang siapa yang bertawakal kepada Alloh Swt, Niscaya Alloh akan mencukupkan keperluanya”. (Ath Tholaq 3).

Maka akupun bertawakal (Bergantung) kepada Alloh yang maha perkasa dan maha agung, DIA pun mencukupiku”.

Mendengar jawaban Hatim, Syaqiq berkata :

“Wahai Hatim, Semoga Alloh Swt,memberimu Taufiq. Aku telah mempelajari Tauret,Injil,Zabur (fersi dulu yang masih otentik) dan Al qur’an, dan telah ku temukan bahwa semua jenis kebaikan dan ajaran agama berkisar pada delapan hal yang telah engkau sampaikan tadi, Barang siapa mengamalkan delapan hal tadi berarti telah mengamalkan isi ke empat kitab suci di atas.

 

Leave your comment here: