DERAJAT ORANG YANG LEBIH BAIK MEMBACA SHOLAWAT DARIPADA AL QUR’AN
AS SYAIKH AHMAD BIN MUHAMMAD AT TIJANY RA. Menerangkan di dalam kitab Jawahirul ma’ani juz 1 halaman 151 bahwa :
Lebih utama manakah antara membaca al Qur’an dan sholawat?
Adapun keutamaan membaca al Qur’an sudah sangat jelas seterang matahari bila di bandingkan dengan semua bacaan, semisal dzikir, sholawat dan bacaan lainya. Sebagaimaa sudah di ketahui dalam ajaran syari’at dan dalil dalinya yang sudah jelas juga hadit hadits shohih.
Keutamaan al Qur’an juga bisa di tinjau dari dua sisi :
1. Keberadaan al Qur’an adalah kalam Alloh yang suci, yang di sifati dengan keagungan dan kemualiaan dan al Qura’an dalam hal ini tidak ada yang menyamai.
2. Al Qur’an adalah petunjuk dari berbagai disiplin ilmu dan ma’rifat, juga adab adab yang baik serta petunjuk jalan dari akhlak yang mulia serta hukum hukum tuhan dan sifat sifat yang luhur yang tidak bisa di sifati. Dalam hal ini al Qyr’an juga tidak ada yang bisa menyamai.
Kemudian, sesungguhnya tidak ada yang bisa mencapai keutamaan al Qur’an dalam dua sisi di atas kecuali al Arif billah yang telah mencapai makom kasyaf, dan selalu bertasbih dalam kasyafnya. Bagi orang yang menduduki tingkatan ini al Qur’an adalah lebih utama dari semua dzikir dan amalan lainya, sebab dia telah memenuhi dua keutamaan, juga karena dia mendengarkan langsung dari Alloh dzat yang yang suci dengan sebenar benarnya mendengar, walaupn tidak setiap saat, semua ini terjadi dalam keadaan istihroq dan fana nya al Arif billah.
Al Arif billah adalah tingkatan tertinggi bagi pembaca al Qur’an.
Tingkatan yang kedua yaitu orang yang mengetahui makna makna al Qur’an secara dzohir, dan ketika membaca al Qur’an dia menyimak dengan seksama seakan akan dia mendengar langsung dari Alloh swt. Bahwa Alloh lah yang mengisahkan dan yang membacakanya. Juga di sertai dengan menguasai btasan dan hukum membaca al Qur’an. Tingkatan ini juga sama dengan tingkatan yang pertama dalam keutamaanya.
Tingkatan yang ketiga yaitu orang yang tidak mengetahui makna makna al Qur’an, dia hanya membaca hurufnya saja dan tidak mengetahui apa yang di tunukanoleh huruf huruf tersebut dari berbagai ilmu dan ma’rifat. Ketika dia membaca ayat yang menjadi petunjuk, maka dia seperti kebanyakan manusia yang tidak tahu makna bahasa arab, hanya saja dia meyakini bahwa yang dia baca adalah kalamulloh dan menyimak dengan seksama dengan beri’tikad bahwa Alloh lah yang membacakan kepadanya dan tidak dia ketahui artinya. Tingkatan ini sama dengan kedua tingkatan di atas dalam keutamaanya, tetapi lebih rendah dalam banyak hal. Itupun dengan syarat mendapatkan petunjuk dan memenuhi batasan batasn dan kewajiban kewajiban dalam membaca al Qur’an dengan tanpa mengurangi sedikitpun dari batasan dan kewajiban tersebut.
Tingkatan yang ke empat yaitu orang yang membaca al Qur’an baik tahu artinya atau tidak tetapi masih berani bermaksiat kepada Alloh swt tanpa mau berhenti. Maka bagi tingkatan ini al Qur’an tidak lebih utama untuknya, tetapi semakin banyakdia membaca al Qur’an, maka semakin banyak pula dosanya, dan betapa besar keruskan baginya.
Kemudian syaikh Ahmad Tijaniy ra melanjutkan bahwa :
Orang yang hafal al Qur’an dan tidak melaksanakan aturan aturan al Qur’an maka dia benar benar menjadikan al Qur’an sebagai mainan.
Firman Alloh wt. :
“Barang siapa yang meninggalkan mengamalkan al Qur’an, maka dia benar benar telah melupakan al Qur’an dan ancaman di tetapkan baginya”.
Orang yag seperti ini maka baginya al Qur’an tidak lebih utama di bandingkan sholawat.
Untuk tiga tingkatan di atas, al Qur’an lebih utama dari membaca sholawat. Sedangkan bagi tingkatan ke empat bersholawat itu lebih utama dari membaca al Qur’an. Bagi tingkatan ke empat ini, dengan membaca al Qur’an maka dia di usir, di laknati dan di jauhkan dari rohmat Alloh.
Kecuali bagi tingkatan pertama dan tingkatan ilahiyyah yang di simpan baginya ma’rifat kepada Alloh, karena sesungguhnya walaupun tingkatan pertama ini menduduki dan keadaanya seperti tingkatan ke empat yang telah di bahas tadi, maka semua dosanya akan di lebur dan semua bacaanya akan di tulis sebagai kebaikan. Hal itu karena derajat yang dia peroleh dri Alloh swt dengan jalan cinta. Seandainya dia tidak memperoleh derajat ini dengan jalan cinta, maka di sisi Alloh dia mempunyai dua kemugkinan :
1. Adakalanya dia akan di ampuni di akhirat dan tidak di siksa atas dosa dosanya, karena adanya beberapa sebab di ampuninya dosa yang sudah di ketahui dan sebab tersebut banyak sekali.
2. Adakalanya dia akan di hisab di akhirat.
Maka, untuk kemungkinan yang kedua ini, sama dengan tingkatan ke empat. Yaitu membaca alQur’an tidak lebih utama dari membaca sholawat kepada Nabi saw. Dengan membaca al Qur’an dia akan binasa dan celaka. Tetpi dia akan mendapat kebahagiaan dan ampunan dari Alloh dengan bersholawat kepada Nabi saw, karena Alloh juga bersholawat kepada Nabi, bagi setiap satu sholawat akan di balas dengan sepuluh rohmat, dan begitu juga bagi seluruh alam dan ruang lingkupnya, dengan bersholawat kepada Nabi maka akan memperoleh kebahagiaan yang abadi.
Seungguhnya janji ini pasti akan terjadi karena merupakan janji Alloh swt, dan ini akan berlaku pula bagi orang orang yang taat dan juga bagi orang orang yang suka bermaksiat, dan barang siapa yang di sholawati oleh Tuhan dan para malaikatNya, maka dia termasuk golongan orang yang akan bahagia dunia akhirat.