NASIHAT DARI IMAM GHOZALI DALAM KITAB BIDAYATUL HIDAYAH
بسم الله الرحمن الرحيم
قال المصنف رحمهم الله ونفعنا به وبعلو مه فى الدارين آمين
فاذا طلعت الشمس وارتفعت قدر رمح فصل ركعتين وذالك عند زوال وقت الكراهية للصلاة فانها مكروهية من بعد فريضة الصبح الى الأرتفاع. فاذا أضحى النهار ومضى منه قريب من ربعه فصل صلاة الضحى أربعا أو ستا أو ثمانيا مثنى مثنى فقد نقلت هذه الأعداد كلها عن رسول الله صلى الله عليه وسلم…
Apabila matahari sudah terbit dan naik setinggi tombak, maka kerjakanlah sholat dua roka’at. Hal itu dilakukan setelah hilangnya waktu yang dilarang mengerjakan sholat, yang mana sholat di waktu itu berhukum makruh
Yaitu setelah fardlu shubuh hingga naiknya matahari. Apabila matahari telah tinggi dan lewat seperempat siang, kerjakanlah sholat dluha empat, atau enam, atau delapan roka’at, dengan 2 roka’at salam. Jumlah seluruh rakaat ini telah diriwayatkan dari
Rasululloh saw
والصلاة خير كلها فمن شآء فاليستكثر ومن شآء فاليستقلل
Dan sholat itu hukum dasarnya adalah baik secara keseluruhan, maka barang siapa mau, bolehlah ia memperbanyak sholatnya. Dan barang siapa mau, ia boleh mempersedikit sholatnya
فليس بعد طلوع والزوال راتبة الا هذه الصلوات
Maka, matahari setelah keluar sehingga lingsir tidak ada sholat sunah kecuali dluha
فما فضل منها من أوقاتك فلك فيه أربع حالات :
الأولى وهي الأفضل أن تصرفه في طلب العلم النافع دون الفضول الذي أكب الناس اليه
Maka waktumu yang terlebih (setelah sholat dluha), pergunakanlah untuk empat keadaan, yang pertama yaitu yang paling utama, adalah pergunakanlah waktumu untuk menuntut ilmu yang bermanfa’at, bukan ilmu “fudhul” yang marak di pelajari manusia.
Catatan :
Orang ‘alim mempergunakan waktunya untuk mengajar dan mengarang. Jika engkau orang awam, maka kehadiranmu di majelis ‘ilmu lebih baik daripada membaca wirid-wirid dan mengerjakan sholat sunnah. Dalam hadits Abu Dzarr disebutkan bahwa menghadiri majelis ilmu lebih utama daripada sholat seribu roka’at dan menghadiri seribu jenazah serta menjenguk seribu orang sakit
Ilmu fudhul yang disebutkan dalam Bidayah al Hidayah adalah, ilmu yang mengakibatkan persaingan, yakni kesukaan akan ilmu dan amal dengan cara yang menentang dan membanggakan diri.
Ilmu yang bermanfa’at ialah ‘ilmu yang menambah rasa takutmu kepada Alloh swt, menambah pengetahuanmu tentang kejelekan dirimu, menambah pengetahuan tentang ibadah kepada Alloh swt, mengurangi keinginanmu terhadap dunia, menambah kesukaanmu kepada akhirat, membuka mata hatimu akan aib (cacat) dari amal ibadahmu sehingga engkau bisa menghindarinya, menunjukkan pada dirimu tipu daya syaithon terhadap ulama yang buruk, yaitu mereka yang menggunakan ilmu dengan tujuan menikmati kesenangan dunia dan mencapai suatu kedudukan.
Mereka pergunakan ilmu sebagai dalih dan alat untuk memperoleh harta dari penguasa, memakan harta wakaf, anak yatim dan orang miskin.
Mereka bersikap riya. Karena itu, mereka suka mendebat dan menyelidik di dalam pembicaraan
MENCARI KESENANGAN DUNIA DENGAN MENJUAL AGAMA
Astaghfirulloohal ‘adhiim..
Tentang ilmu-ilmu yang bermanfa’at ini, telah kami kumpulkan semuanya dalam kitab Ihya ‘ulumuddin.
Jika engkau adalah termasuk ahli ilmu, maka raih lah ilmu itu, kemudian amalkanlah, kemudian ajarkankanlah, dan ajaklah manusia untuk memahaminya.
Maka siapa yang menguasai ilmu yang bermanfa’at dan mengamalkannya, kemudian mengajarkannya dan menyeru manusia untuk mempelajarinya, ia mendapat julukan yang agung dikerajaan langit dengan kesaksian nabi Isa as.
فاذا فرغت من ذالك كله وفرغت من اصلاح نفسك ظاهرا وباطنا وفضل شيء من أوقاتك فلا بأس أن تشتغل بعلم المذاهب لتعرف به الفروع الناذرة في العبادات وطريق التوسط بين الخلق في الخصومات عند انكبابهم على الشهوات.
Apabila engkau telah selesai dari mempelajari ilmu yang bermanfa’at, dan selesai memperbaiki dirimu lahir bathin, sedangkan waktumu masih tersisa, maka tidaklah mengapa bila engkau sibukkan dirimu dengan ilmu madzhab-madzhab fiqh untuk mengetahui cabang-cabang yang langka dalam ibadah dan cara menengahi persengketaan diantara makhluk ketika mereka terhanyut dengan syahwat mereka
فذالك أيضا بعد الفراغ من هذه المهمات من جملة فروض الكفايات, فأن دعتك نفسك ألى ترك ما ذكرناه من الأوراد والأذكار أستثقالا بذالك فاعلم أن الشيطان اللعين قد دس في قلبك الدآء الدافين وهو حب الجاه والمال فاياك أن تغتر به فتكون ضحكة للشيطان فيهلكك ثم يسخر بك, فان جربت نفسك مدة في الأوراد والعبادات فكانت لا يستثقلها كسلا عنها لكن ظهرت رغبتك في تحصيل العلم النافع ولم ترد به الا وجه الله تعالى والدار الآخرة فذالك أفضل من نوافل العبادات مهما صحت النية ولكن الشأن في صحة النية فأن لم تصح فهو معدن غرور الجهال ومزلة أقدام الرجال.
Demikian pula, setelah engkau menyelesaikan dari kepentingan ini, pelajarilah sebagian dari fardlu kifayah. namun jika nafsumu mengajak untuk meninggalkan apa yang telah kami tuturkan berupa wirid-wirid dan dzikir dengan alasan keberatan melaksanakannya, maka ketauhilah bahwa sesungguhnya syaithon terlaknat telah meracuni hatimu dengan penyakit yang sukar untuk disembuhkan. Yaitu rasa cinta terhadap kemuliaan dan harta.
Maka takutlah kamu jangan sampai tertipu dengannya, engkau akan jadi bahan tertawaan bagi syaithon yang kemudian menghancurkan dirimu, dan membawamu bersamanya ke tempat yang hina.
Padahal bila engkau tetap melakukan wirid dan ibadah dalam satu masa, maka engkau tidak akan merasa berat, ataupun malas. Bahkan tampak semakin nyata kecintaanmu juga hasil berupa ilmu yang bermanfa’at yang benar-benar tidak engkau tujukan kecuali untuk mendapat ridlo Alloh swt, dan untuk tabunganmu di hari akhirat.
seperti itulah amaliah mencari ilmu yang pahalanya lebih utama daripada mengerjakan ibadah nawafil, selama masih benar niyatnya.
Keadaan diatas adalah selagi niyatnya benar, jika niyatnya salah maka akan termasuk dalam golongan orang-orang bodoh, bahkan terperosok menjadi golongan ulama yang buruk. Al ‘iyadzu billah.
الحالة الثانية: أن لاتقدرعلى تحصيل العلم النافع لكن تشتغل بوظائف العبادات من الذكر والقرآن والتسبيح والصلاة فذالك من درجة العابدين وسير الصالحين وتكون أيضا بذالك من الفآئزين
Keadaan kedua:
Adalah engkau tidak dapat menghasilkan ilmu yang berguna dalam agama, tetapi engkau sibukkan dirimu hanya dengan wirid-wirid, seperti dzikir, tashbih, membaca al Qur-aan dan sholat.
Maka semua hal tadi adalah tergolong dalam derajat ahli ibadah, juga perilaku sholihiin, dan juga dengan hal itu terangkat menuju derajat “faizin” (golongan yang beruntung, bahagia).
Amaliyah setelah sholat dluha, tergolong menjadi empat keadaan :
pertama : “‘Adziman” (orang yang mulia,agung). yaitu bagi yang mengamalkan keadaan pertama. julukan ini di anugerahkan di kerajaan langit dengan kesaksian nabi ‘isa a.s.
Kedua : “‘Abidin, sholihin, faiziin” (Ahli Ibadah, orang shalih, orang yang beruntung atau bahagia) bagi yang mengamalkan keadaan kedua.
Di antara para shahabat ada yang wiridnya dalam sehari membaca 12000 tashbih, ada yang wiridnya 30.000 tashbih, ada yang wiridnya 300 roka’at hingga 600 roka’at, bahkan 1000 roka’at.
Diantara mereka ada yang wiridnya dalam sehari mengkhatamkan al Qur-aan. Ada pula yang menghabiskan waktunya dalam sehari semalam untuk merenungkan satu ayat dan di ulang-ulang.
Karzin bin Wabroh, yang bermukim di mekkah, berthawaf 70 kali dalam sehari dan 70 kali dalam semalam. Beliau juga mengkhatamkan al Qur-aan dalam sehari semalam 2 kali.
TUJUAN WIRID ADALAH MEMBERSIHKAN DAN MENYENANGKAN HATI DENGAN MENYEBUT NAMA ALLOH SWT.
Hendaklah pencari kebaikan melihat kepada hatinya, manakah yang lebih berpengaruh dalam hatinya.
Apabila merasa jemu, hendaklah ia berpindah kepada yang lain, karena kejemuan merupakan tabiat manusia. Demikian di sebutkan dalam Ihya ‘Ulumuddin.
الحالة الثالثة : أن تستغل بما يصل منه خيرا الى المسلمين ويدخل به سرورا على قلوب المؤمنين أو تيسر به الأعمال الصالحين كخدمة الفقهآء والصوفية وأهل الدين والتردد فى استغالهم والسعي في اطعام الفقرآء والمساكين والتردد مثلا على المرضى بالعيادة وعلى الجنآئز بالتشييع فكل ذالك أفضل من النوافل فان هذه عبادات وفيها رفق للمسلمين
Keadaan ketiga;
Hendaknya engkau sibukkan dirimu dengan sesuatu yang menimbulkan kebaikan bagi kaum muslimin, dan memasukkan kegembiraan di hati orang-orang mukmin. Atau engkau berbuat sesuatu yang memudahkan amaliah orang-orang sholih, seperti khidmah kepada para fuqoha, ahli tashowwuf, juga ahli-ahli agama.
Dan atau memberi makan kaum faqir miskin, menjenguk orang sakit, melayat jenazah dan mengantarkannya ke kuburan.
Semua itu lebih utama daripada sholat sunnah, karena merupakan ibadah dan mengandung manfa’at bagi orang-orang muslim.