HARTA HARAM YANG MENJADIKAN HATI KITA WAS WAS
Ditolak sayang… diterima meragukan hati..
Ada pemberian teman yang habis MENANG TARUHAN BOLA…
Bolehkah menerimanya & bagaimana hukum rokok tersebut ?
JAWABAN
Sejumlah ulama peneliti menguatkan pendapat Ibnu Mas’ud.
Dari sisi dalil, pendapat Ibnu Mas’ud adalah pilihan yang tepat. Di antara ulama yang
menguatkan pendapat Ibnu Mas’ud adalah Ibnu Abdil Bar Al-Maliki, dalam kitabnya ‘ At-
Tamhid’.” (Syarah Arbain Nawawiyyah karya Syekh Shalih Alu Syekh, hlm. 153–155, terbitan Dar Al-‘Ashimah, Riyadh, cetakan pertama, 1431 H)
Dari Dzar bin Abdullah, dia berkata, “Ada seseorang yang menemui Ibnu Mas’ud lalu orang tersebut mengatakan,’Sesungguhnya, aku memiliki tetangga yang membungakan utang, namun dia sering mengundangku untuk makan di rumahnya.’
Ibnu Mas’ud mengatakan, ‘Untukmu enaknya (makanannya) sedangkan dosa adalah tanggungannya.’ ” (Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf, no. 14675)
Dari Salman Al-Farisi, beliau mengatakan,
“Jika Anda memiliki kawan, tetangga, atau kerabat yang profesinya haram, lalu dia memberi hadiah kepada Anda atau mengajak Anda makan di rumahnya, terimalah! Sesungguhnya, rasa enaknya adalah hak Anda, sedangkan dosanya adalah tanggung jawabnya. ”
(Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf, no. 14677)
Ringkasnya, harta haram itu ada dua macam:
Pertama: Haram karena bendanya. Misalnya: Babi dan khamar; mengkonsumsinya adalah
haram atas orang yang mendapatkannya maupun atas orang lain yang diberi hadiah oleh orang yang mendapatkannya.
Kedua: Haram karena cara mendapatkannya.
Misalnya: Uang suap, gaji pegawai bank, dan penghasilan pelacur; harta tersebut hanyalah
haram bagi orang yang mendapatkannya dengan cara haram. Akan tetapi, jika orang yang mendapatkannya dengan cara haram tersebut menghadiahkan uang yang dia dapatkan kepada orang lain, atau dia gunakan uang tersebut untuk membeli makanan lalu makanan tadi dia sajikan kepada orang lain yang bertamu ke rumahnya, maka harta tadi berubah menjadi halal untuk orang lain tadi, karena adanya perbedaan cara mendapatkannya antara orang yang memberi dengan orang yang diberi. Inilah pendapat ulama yang paling kuat dalam masalah ini, sebagaimana pendapat ini adalah pendapat dua shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu Ibnu Mas’ud dan Salman Al- Farisi.
Masalah yang masih berkaitan dengan masalah di atas :
Bagaimana hukumnya sebuah rumah dan sawah yang diperoleh dari hasil menjajahkan diri ( PSK ) sedangkan si psk tadi sekarang sudah tobat dan memulai kehidupan baru seperti orang2 dikampungnya…
JAWABAN
kalau uang yang di dapatkan adalah uang haram maka :
1. Di kembalikan
2. Di berikan AMIR, Qodli, atau yang mewakilinya
Tidak berdosa membawa harta tersebut bila tidak menemukan QODLI yang dapat dipercaya seperti yang sudah umum di zaman ini. –sampai dengan ucapan pengarang- bila dia putus asa atau tidak ada harapan untuk mengetahui pemilik harta, maka hartanya menjadi harta dari Baitul Mal.
Jika kondisinya seperti ini, maka harta tersbut di tasarufkan untuk kemaslahatan muslimin yang paling penting, lalu yang agak penting seperti membangun Masjid dan lain lain. Dan bila ada seseorang yang faqir, maka di ambilkan dengan perkiraan hajatnya dan hajat keluarganya.
و عبارته : فإن تعذر رد الظلامة على المالك او وارثه سلمها لقض ثقة فإن تعذر صرفها فيما شاء من المصالح عند انقطاع خيره الغرم له إذا وجده. (إعانة الطالبين جز 4 ص 294)
(قضاه) اي رده إن بقي و إلا فبذله لمالكه او ناءىبه او لوارثه بعد موته فإن لم يكن له وارث او انقطع خيره دفعه للأمام ليجعله في بيت المال او إلى الحاكم المأذون له في التصرف في مال المصالح. فإن تعذر قال العبادي و الغزالي تصدق به عنه بنية الغرم و الحق الرافعي بالصدقة ساءىر وجوه المصالح و إن يوجد قاض بشرطه الأمين بنفسه في مال المصالح. (إسعاد الرفيق جز 2 ص 143)
(مسألة ب ش) و قعت في يده أموال حرام و مظالم و أراد التوبة منها فطريقه أن يرد جميع ذلك على اربابه على الفور فإن لم يعرف مالكه و لم ييأس من معرفته وجب عليه أن يتعرف و يجتهد في ذلك و يعرفه بذبا و يقصد رده عليه مهما و جده او وارثه و لم يأثم بأمساكه إذا لم يجد قاضيا أمينا كما هو الغالب في هذه الأزمنة . اذ القضي غير الأمين من جملة ولاة الجور. و إن أيس من معرفة مالكه بأن يبعد عادة وجوده صار من جملة أموال بيت المال كوديعة و مغصوب أيس من معرفة أربابها و تركة من لا يعرف له وارث و حينءىذ يصرف لكل المصالح المسلمين الأهم فالأهم كبناء مسجد حيث لم يكن اعم منه فإن كان من هو تحت يده فقيرا اخذ قدر حاجته لنفسه و عياله الفقراء )(بغية المشترسدين ص 159.)↲