CINTA MUSLIMAH SEJATI Bag. 6
Adzan shubuh di kumandangkan memecah kepekatan malam yang sudah siap siap beranjak untuk pergi, waktu shubuh telah datang, suara muadzin terdengan sember dan tak urung selalu kehabisan nafas, itu sudah cukup sebagai tanda bahwa muadzin itu usianya sudah udzur atau tak muda, udzur sebagai muadzin karena harus bersuara keras setiap mengumandangkan adzanya yang has.
Ku jawab kalimat kalimatnya yang terdengar seakan memelas, yang terkadang di selingi dengan suara batuk kecil yang tak di sengaja dalam tengah nafasnya yang mengorok, terus terang aku merasa kasihan dengan muadzin tua itu, karena hanya selalu dia yang mengumandangkan adzan di pagi buta begini…
Kenapa selalu dia?
Bukankah ada banyak pemuda yang di sekitar masjid?
Apakah para pemuda masih lelap dalam mimpinya?
Atau pemuda pemuda merasa enggan untuk menggantikanya?
Atau jangan jangan malah muadzin tua itu yang tidak mau di gantikan karena merasa sudah bahagia dan enjoy dalam rutinitasnya?
Pertanyaan yang begitu banyak yang tak pernah ku tahu jawabanya, karena aku tidak pernah menanyakanya kepada muadzin itu juga kepada para pemuda di sekeliling masjid.
Tapi.. setiap kali muadzin tua itu mengumandangkan adzan, tiap kali itu pula pertanyaan pertanyaan itu muncul.
Kini muadzin itu sudah menyelesaikan adzanya yang hanya memakai not itu itu saja, dengan segera ku tengadahkan kedua tangan memanjatkan do’a, do’a yang sudah di ajarkan dari saat aku masih kecil oleh ibu.
Ibu berdiri dengan agak tergopoh, lalu memutar tubuhnya ke kanan dan ke kiri, terdengar suara “krek, krek” dari punggung ibu yang menyerupai suara ranting pohon patah saat ku injak akan kumasukan ke dalam tungku, mataku terus mengawasi sampai ibu Takbirotul ikhrom untuk sholat sunah qobliyah shubuh, akupun segera bangkit meniru apa yang tadi di lakukan oleh ibu, walau tanpa memutar tubuh ke kanan dan ke kiri, dengan sebentar tenggelamlah kami dalam ibadah sunah menggapai ridlo ilahi.
Ibu kemudian membaca do’a fajar dan dzikir (laa ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadz dzolimin) yang di baca nabi Yunus As saat berada di dalam perut ikan nun,kemudian di lanjutkan dengan membaca istighfar lil mukminin dan mukminat sebanyak 27 kali.
Selanjutnya kami bersiap siap melaksanakan sholat shubuh secara berjamaah, ibu yang bertindak sebagai imam tentunya. Beliau membaca surat al fatihah dengan fasih,tartil dan menjaga makhroj serta tasydid tasydidnya dengan sempurna.
Aku memaklumi hal itu, karena dulu ibu adalah salah satu santri di pondok pesantren yang Ibu Nyainya hafal Al Qur’an, sehingga secara otomatis santri santrinya pun di beri pelajaran agar mampu membaca al Qur’an dengan baik.
Amin…. ku baca lafadz Amin bersamaan dengan saat ibu selesai membaca al Fatihah dan juga membaca Amin.
Kemudian aku membaca fatihah dengan pelan, ibuku baru membaca surat ad Dluha setelah aku selesai membaca Fatihah, Beliau pernah menasihati aku, bahwa “Apabila kamu sholat sebagai Imam yang bacaanya jahr(di keraskan) seperti shubuh, maghrib dan isya, maka setelah selesai membaca al Fatihah, berilah kesempatan kepada makmum untuk menyelesaikan bacaan surat al fatihahnya, karena hukumnya makmum mendengarkan bacaan suratan imam adalah sunah”. Aku mendengarkan dengan seksama bacaan suratan ibu sampai selesai, lalu ibu ruku dengan sempurna, aku mengikuti sebagaimana ruku ibu, dan setelah ruku’ dan i’tidal di roka’at kedua, ibu membaca do’a kunut dengan mengangkat ke dua tangan tanpa melebihi dada.
Di dalam tahyat akhir, aku meletakan kedua tangan di atas kedua paha, tangan yang kiri telungkup sejajar dengan paha dan ujung jemari tidak melebihi lutut, tangan kanan menggenggam di atas paha lurus dengan lutut, tetapi jari telunjuk tidak ikut aku kepalkan, sehingga tangan kanan itu membentuk angka 53 dalam angka arab.
Dengan hati hati dan mencoba khusyu’ aku membaca salam yang di sampaikan Alloh swt kepada Nabi Muhammad saw saat terjadi peristiwa Isro’ dan Mi’roj, juga bacaan bacaan yang sunah.
Selesai berdo’a, salam yang pertama ku lakukan dengan memalingkan muka ke arah kanan, sehingga pipiku kelihatan dari belakang dan tanpa menggerakan badan, bersamaan dengan itu aku berniat untuk keluar dari sholat.
TATA CARA GERAKAN ANGGOTA BADAN PADA WAKTU SHOLAT
1.BERDIRI
–Tata cara berdiri
a.Kaki di renggangkan kira kira satu jengkal,20 cm.
b.Badan,khususnya bagian dada harus menghadap qiblat
c.Pandangan di arahkan ke tempat sujud
{Referensi} : fathal mu’in hal.15
I’anatut tholibin juz 1 hal.135
2.NIAT serta TAKBIROTUL IKHROM
–Tata cara melakukan niat
a.Niat di dalam hati, di lakukan bersama dengan takbirotul ikhrom (ketika mengucapkan ALLOHU AKBAR)
-Hal-hal yang harus di niati (yang harus di hadirkan dalam hati ketika niat)
- Jika sholat fardlu, yaitu : 1. Keinginan/sengaja melakukan sholat
- Kefardluanya sholat
- Menentukan sholat,semisal dzuhur atau ashar dll.
Jika di ucapkan berarti, contoh: USHOLLI FARDLODZ DZUHRI
- Jika sholat sunnah yang di tentukan waktunya atau yang mempunyai sebab,
yaitu : 1. Keinginan /sengaja melakukan sholat
- Menentukan sholat tersebut, seperti Qobliyah, ’Idul fitri, Kusufus syamsi, dll.
Jika di ucapkan berati, contoh : USHOLLI SUNNATAN QOBLIYATADZ DZUHRI
- Jika sholat sunnah muthlaq, maka cukup Keinginan/sengaja melakukan sholat
Jika di ucapakan berarti, contoh : USHOLLI
-Hal-hal yang sunnah di niati
- Menyandarkan sholat pada Alloh SWT. Yaitu lafadz : LILLAHI TA’ALA
- Menjelaskan shifatnya sholat,yaitu lafadz : ADA AN atau QODLO AN
- Menjelaskan menghadap qiblat,yaitu lafadz : MUSTAQBILAL QIBLAH
- Menjelaskan jumlah roka’at,yaitu umpama lafadz : ARBA’A ROKA’ATI
Sehingga – jika di gabung antara yang wajib dan yang sunnah diniati menjadi lafadz,
Contoh : USHOLLI FARDLODZ DZUHRI ARBA’A ROKA’ATIM MUSTAQBILAL QIBLAH ADA AN LILLAHI TA’ALA
-Jika sebagai makmum, maka di tambah lafadz MA’MUMAN
-Jika sebagai imam jum’at, maka di tambah lafadz IMAMAN
Contoh : USHOLLI FARDLODZ DZUHRI ARBA’A ROKA’ATIM MUSTAQBILAL QIBLAH ADA AN MA’MUMAN LILLAHI TA’ALA
: USHOLLI FARDLOL JUM’ATI ROK’ATAINI MUSTAQBILAL QIBLAH IMAMAN LILLAHI TA’ALA
-Tata cara takbirotul ikhrom
- Mengangkat tangan,hingga ujung jari sejajar dengan telinga bagian atas, sedangkan ibu jari sejajar dengan telinga bagian bawah, dan telapak tangan sejajar dengan pundak.
- kedua telapak tangan di arahkan ke qiblat dengan agak doyong
- Keadaan jari-jari tangan di biarkan normal seperti biasa
-Tata cara sedakep
- Letakan kedua tangan di sebelah kiri antara pusar dan dada
- Tangan kanan menumpang tangan kiri
- Ibu jari tangan kanan,jari manis dan jari kelingking memegang pergelangan tangan kiri
- Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan di beber di atas lengan tangan kiri
Kemudian membaca do’a iftitah, lalu diam sebentar sekira kira cukup untuk membaca SUBHANALLOH, lalu membaca TA’AWUDZ, lalu diam lagi sekira kira cukup untuk membaca SUBHANALLOH.
{Referensi}: Kasyifatus saja hal. 83
Al Bajury juz 1 hal. 165
Fathal mu’in hal. 16 & 19
Ihya ‘Ulumiddin juz 1 hal. 153
I’anatut Tholibin juz 1 hal. 134
3.MEMBACA AL-FATIHAH
-Tata cara membaca Al-Fatihah
- Di mulai dari ayat basmalah, wajib menjaga huruf, makhroj, tasydid, runtutnya ayat dan terus menerus
- Bagi imam atau yang sholat sendiri, Selesai membaca Al-Fatihah lalu membaca : ROBBIGHFIRLI WA LIWALI DAYYA WALIL MU’MININA AMIN, dan bagi ma’mum hanya membaca AMIN bersamaan dengan imamnya
- Kemudian diam sebentar sekira kira cukup untuk membaca SUBHANALLOH apabila sholat sendirian, dan sekira cukup untuk membaca Al-Fatihah apabila menjadi imam, dengan di isi do’a do’a yang ada di Al-Qur’an
- Kemudian membaca suratan, urutanya sesuai dengan mushaf dan untuk sholat shubuh surat surat yang panjang sedang untuk sholat maghrib yang pendek
- Kemudian diam sebentar sekira cukup untuk membaca SUBHANALLOH
{Referensi} : Bidayatul Hidayah hal. 48
Fathal mu’in hal. 19
I’anatut Tholibin juz 1 hal. 147
Ihya ‘Ulumaddin juz 1 hal. 176
4.RUKU’ serta THUMA’NINAH
-Tata cara ruku’
- Mengangkat kedua tangan seperti ketika takbirotul ikhrom sambil mengucapkan takbir (ALLOHU AKBAR)
- Badan di turunkan sehingga kepala dan punggung menjadi rata dengan kedua tangan memegang lutut
- Kedua siku di renggangkan dan perut diangkat
- Membaca tasbih tiga kali
{Referensi} : Ihya ‘ulumiddin juz 1 hal. 154
Tausyih ‘ala Ibni qosim hal. 57
5.I’TIDAL serta THUMA’NINAH
-Tata cara I’tidal
- Bangun dari ruku’ sampai berdiri tegak, sambil mengangkat tangan seperti ketika takbirotul ikhrom dengan membaca SAMI’ALLOHU LI MAN HAMIDAH
- Tangan kemudian di letakan di bagian dada, namun yang utama di lepaskan dengan tidak di gerakan (tidak berayaun ayun).
- Membaca do’a ROBBANA LAKAL HAMDU MILUS SAMAWATI WA MILUL ARDLI WA MILU MA SYI’TA MIN SYAI’IN BA’DI
- Diam sebentar, lalu mengucapkan takbir ALLOHU AKBAR tanpa mengangkat tangan sambil turun untuk sujud
{Referensi} : Ihya ‘ulumiddin juz 1 hal. 154
Hasyiyatan Qolyubi juz 1 hal. 135
Bidayatul hidayah hal. 49
6.SUJUD serta THUMA’NINAH
-Tata cara sujud
- Saat turun untuk sujud yang pertama sampai ke tempat sujud adalah kedua lutut kemudian dua telapak tangan lalu dahi bersama hidung
- Kedua siku di renggangkan
- Telapak tangan sejajar dengan bahu
- Perut di angkat dari kedua paha
- kaki di renggangkandan di tegakan hingga ujung jari kaki menghadap qiblat
- Membaca tasbih 3kali
- Kemudian bangun dari sujud untuk duduk sambil membaca takbir
Pada saat sujud, Ada 7 anggota badan yang wajib menempel pada tempat sujud, yaitu : Dahi,Kedua lutut, Kedua telapak tangan, Sebagian jari kaki yang bagian dalam.
{Referensi}: Bidayatul hidayah hal. 49
Ihya ‘ulumiddin juz 1 hal. 159
Fathal mu’in hal. 21
7.DUDUK ANTARA DUA SUJUD serta THUMA’NINAH
-Tata cara duduk antara dua sujud
- Telapak kaki kanan di tegakan, ujungnya di hadapkan ke qiblat, sedangkan kaki kiri di duduki
- Kedua telapak tangan di lekan di atas kedua paha sekira rata antara ujung jari dan lutut
- Jari tangan di beber biasa
- Membacado’a :
ROBBIGHFIRLI, WARHAMNI, WARFA’NI, WAJBURNI, WARZUQNI, WAHDINI, WA ’AFANI, WA’FU’ANNI.
{Referensi} : Bidayatul hidayah hal. 49-50
Al bajury juz 1 hal. 171
Fathal mu’in hal. 21
8.SUJUD KEDUA serta THUMA’NINAH
-Tata cara sujud kedua
- Sujud kedua caranya sama dengan sujud yang pertama
- Selesai sujud di sunahkan untuk duduk istirohah sebentar
- Lalu bangkit untuk berdiri dengan kedua telapak tangan di letakan di tempat sujud terlebih dahulu, sambil membaca takbir tanpa mengangkat tangan seperti ketika takbirotul ikhrom
- Roka’at yang kedua sama dengan roka’at yang pertama kecuali takbirotul ikhrom
- Apabila sholatnya lebih dari dua roka’at,maka dalam roka’at yang kedua di sunahkan untuk tahyat awal
-Tata cara duduk tahyat awal(iftirosy).
- Tahyat awal caranya sama dengan duduk di antara dua sujud
- Hanya saja jari jari tangan kanan dengan posisi menggenggam kecuali jari telunjuk
- Yang lebih utama, ibu jari ujungnya di letakan di pinggir telapak tangan di bawah jari telunjuk yang di biarkan tidak menggenggam, sehingga semua jari mengisyaratkan angka 53
- Lalu membaca do’a tahyat awal :
ATTAHIYYATUL MUBAROKATUS SHOLAWATUT THOYYIBATU LILLAH ASSALAMU ‘ALAIKA AYYUHANNABIYYU WA ROHMATULLOHI WA BAROKATUH ASSALAMU ‘ALAINA WA ‘ALA ‘IBA DILLAHIS SHOLIHIN ASYHADU ANLA ILAHA ILLALLOHU WA ASYHADU ANNA MUHAMMADARROSULULLOHI.
Ketika bacaan sampai pada lafadz ILLALLOHU, jari telunjuk yang kanan di angkat agak miring ke kanan atau arah qiblat, dan pandangan mata sunnah di arahkan ke ujung jari telunjuk tersebut sampai selesai tahyat awal dan sampai salam ketika dalam tahyat akhir.
- Membaca sholawat yang khusus kepada Nabi SAW. :
ALLOHUMMA SHOLLI ‘ALA SAYYIDINA MUHAMMAD
- Kemudian bangkit untuk berdiri, caranya sama dengan ketika mau berdiri dari roka’at yang pertama, tetapi di dalam posisi bangkit untuk berdiri, ketika sampai kira kira cukup untuk ruku’, maka kedua tangan di angkat seperti ketika takbirotul ikhrom
9.DUDUK TAHYAT AKHIR(tawaruk)
- Dalam duduk tahyat akhir Berbeda dengan Duduk tahyat awal, yaitu pantat yang kiri di tempelkan pada lantai tempat sholat, telapak kaki kanan di tegakan, sedangkan telapak kaki yang kiri di keluarkan lewat bawah kaki kanan di arah kanan
{Referensi} : Bidayatul Hidayah hal. 49-50
Fathal mu’in hal. 22-23
I’anatut tholibin juz1 hal. 135 dan 175
- MEMBACA TAHYAT AKHIR
a.Bacaanya sama dengan tahyat awal
b.Wajib menjaga tasydid, huruf makhroj dan harus terus menerus
{Referensi}: Fathal mu’in hal. 23
Bidayatul Hidayah hal. 49-50
- MEMBACA SHOLAWAT ATAS NABI SAW
- Sekurang kurangnya : ALLOHUMMA SHOLLI ‘ALA SAYYIDINA MUHAMMAD
- Di sunatkan juga membaca sholawat atas keluarga Nabi SAW.: WA ‘ALA ALI SAYYIDINA MUHAMMAD sampai lafadz INNAKA HAMIDUM MAJID
- Setelah itu di sunatkan unuk berdo’a
{Referensi}: Fathal mu’in hal. 23
Bidayatul hidayah hal. 49-50
- SALAM YANG PERTAMA
- Sekurang kurangnya lafadz : ASSALAMU ‘ALAIKUM
- b. Sunah bila di tambah lafadz : WA ROHMATULLOH
- Bila sholat jenazah di tambah : WA BAROKATUH
- Bersamaan dengan salam agar menolehkan muka(bukan dada) ke arah kanan hingga pipi kanan kelihatan dari belakang
- Ketika sampai pada MIMnya lafadz ASSALAMU ‘ALAIKUM di sunahkan niat keluar dari sholat
- Membaca do’a : INNI AS ALUKA FAUZA BIL JANNAH
- Lalu salam yang kedua sambil menolehkan wajah ke arah kiri, juga membuka jari jari kanan sehingga terbeber seperti biasa
- Lalu membaca do’a : INNI AS ALUKA NAJATAM MINANNAR WAL ‘AFWA ‘INDAL HISAB
{Referensi} : Fathal mu’in hal. 23
Bidayatul hidayah hal. 49-50
Al Adzkar AnNawawiyyah
- TARTIB(mengurut urutkan rukun)
- Rukun sholat ada 17 : NIAT, TAKBIR, BERDIRI, MEMBACA FATIHAH, RUKU’, THUMA’NINAH, I’TIDAL, THUMA’NINAH, SUJUD, THUMA’NINAH, DUDUK, THUMA’NINAH, DUDUK TAHYAT AKHIR, BACAAN TAHYAT AKHIR, SHOLAWAT DALAM TAHYAT AKHIR, SALAM PERTAMA, TARTIB.
- Kedua telapak tangan di usapkan pada dahi dan wajah sampai dagu
{Referensi} : Fathal mu’in hal. 23
Bughyatul mustarsyidin hal. 49
Safinatun naja hal. 52
Mukena dan sajadah ku kemasi dengan rapi dan cepat, tentunya setelah selesai membaca wirid. Ibuku selalu mewanti wanti agar aku selalu membaca wirid setelah selesai sholat, jangan salam klepat, alias tidak pernah baca wirid
“Barang siapa tidak pernah membaca wirid maka dia adalah monyet”.
Jam 06.30 pagi, ibu sudah sibuk dengan warungnya di depan rumah…….
Bersambung….