SUAMI ISTERI BERBUKA PUASA DENGAN BERSENGGAMA
Sebuah realita yang unik terjadi di kalangan komunitas pengajian bersama, yaitu ada salah satu penanya yang mengalami hal yang ketika di sampaikan melalui lisan atau perkataan dalam forum pengajian akan membikin tidak enak bagi sang penanya. Oleh karena itu si penanya menyuruh salah satu peserta pengajian untuk menanyakan apa yang terjadi dengan dirinya atau mungkin orang lain yang punya pengalaman yang sama.
Kemudian salah satu peserta pengajian itu menyuruh kami membuka Hp, karena ternyata dia mengirimkan pertanyaan melalui sms.
Kalau sedang puasa romadlon, berbuka dengan hubungan suami istri apakah di perbolehkan?
JAWABAN
Kami pun saling menyerahkan kepada sesama Kyai yang hadir untuk menjawab lengkap dengan referensinya.
Sehingga ada salah satu kyai yang menjawab sebagaimana uraian di bawah ini.
Bahwa berbuka puasa dengan hubungan suami istri itu boleh, tetapi tidak mendapatkan kesunnahan berbuka (iftar) , karena tjuan berbuka ialah mengembalikan kekuatan badan, sedangkan jima’ malah melemahkan badan.
Menurut pendapat yang Mu’tamad (yang dapat dijadikan pegangan) bahwa orang yang “ berbuka puasa “ dengan cara menggauli istrinya tidak mendapatkan kesunahan menyegerakan diri dalam berbuka puasa ( ta’jilul fithri ). Alasannya karena berbuka puasa itu ber tujuan untuk untuk mengembalikan stamina setelah seharian berpuasa, sedangkan melakukan hubungan intim malah akan melemahkan stamina tubuh. Sedangkan menurut pendapat lain sudah dianggap “berbuka puasa “.
Namun Syeh Ibrohim Al Bajuri memberikan pengecualian, beliau menjelaskan jika memang tidak punya apa-apa yang bisa dibuat berbuka puasa selain berhubungan intim maka diperbolehkan baginya untuk berbuka puasa dengan bersenggama.
Dan karena hubungan intim tersebut dilakukan pada saat berbuka yang berarti sudah tidak lagi berpuasa maka ia tidak terkena kafarot.
Referensi :
1. Nihayatuz Zain, Hal : 194
2. Busyrol Karim, Juz : 1 Hal : 563
3. Hasyiyah Al Bajuri, Juz : 1 Hal : 293
Ibarot :
Nihayatuz Zain, Hal : 194
و) الثاني (تعجيل الفطر) بعد تحقق الغروب وقبل الصلاة للخبر السابق وسن ذلك ولو مارا بالطريق ولا تنخرم مروءته به كطلب الأكل يوم عيد الفطر قبل الصلاة ولو مارا بالطريق والمعتمد عدم حصول سنة التعجيل بالجماع لما فيه من إضعاف القوة
Busyrol Karim, Juz : 1 Hal : 563
ومنه أيضاَ أنه يستحب (تعجيل الفطر)؛ للخبر الصحيح: لا تزال الناس بخير ما عجلوا الفطر، وأخروا السحور
وهل يحصل الفطر بنحو جماع وإدخال نحو عود في أذنه؟ قال (ب ج): الأولى نعم؛ وقال (ق ل): قوله (وتعجيل فطر) أي: بغير جماع.
وإنما يسن ما ذكر (عند تيقن الغروب) أو ظنه بأمارة قوية.
Hasyiyah Al Bajuri, Juz : 1 Hal : 293
فإن لم يجد إلا الجماع أفطر عليه, و قوله بعضهم لا يسن الفطر عليه محمول على ما إذا
وجد غيره
Hawasyi Syarwani ‘ala Tuhfah juz 3 Hal. 420
ويسن تعجيل الفطر ) أي بتناول شيء كما في الجواهر وقضيته عدم حصول سنة التعجيل بالجماع وهو محتمل لما فيه من إضعاف القوة والضرر شرح م ر اه سم قال ع ش قوله م ر وهو محتمل معتمد اه وقال الرشيدي وقضيته أي ما في الجواهر أيضا عدم حصولها بالاستقاءة أو إدخال نحو عود في أذنه أو إحليله أو نحو ذلك وإن كان ما ذكره م ر من التعليل يأبى ذلك اه وقال الشارح في الإيعاب ما نصه وعبر أي المصنف كالقمولي بتناول المفطر لأنه أفطر بالغروب وقضيته حصول أصل السنة بسائر المنافيات للصوم كالجماع اه وجمع شيخنا بما نصه فإن لم يجد إلا الجماع أفطر عليه وقول بعضهم لا يسن الفطر عليه محمول على ما إذا وجد غيره اه قول المتن