Merubah Kesalahan Pola Pikir dalam melakukan Shalat

Merubah Kesalahan Pola Pikir dalam melakukan Shalat

 

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى أَمَرَنَا بِالْعَدْلِ وَالاِحْسَانِ, أَشْهَدُ أَنَّ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِى بَصَرْناَ مِنَ الْعَمَى وَهَدَانَا مِنَ الضَّلاَلِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ مُحَمَّدَ ابْنِ عَبْدِاللهِ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِاِحْسَانِ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَابَعْدُ فَيَاعِبَادَالله أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَّ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ وَافْعَلُوا الْخَيْرَاتِ وَاجْتَنِبُوا السَّيِّئَاتِ لَعَلَكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قاَلَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْأَنِ الْعَظِيْمِ أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ اِنَ الَّذِيْنَ قَالُوا رَبُّناَ اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَلُ عَلَيْهِمُ الْمَلاَئِكَةُ اَلاَ تُخَافُوا وَلاَتَحْزَنُوا وَابْشُرُوا بِالْجَنَّةِ اَلَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُوْنَ

Ma’asyiral Muslimin Rohimakumullah,

Marilah kita bersama-sama meningkat-kan nilai ketaqwaan kita di hadapan Allah swt. Marilah kita saling mengingatkan dan saling bernasehat dalam kebaikan. Siapa tahu saya yang berdiri di sini melakukan sesuatu kealpaan, hendaknya tidak sungkan-sungkan kita saling mengingatkan begitu juga sebaliknya. Karena yang demikian itu menghindarkan kita dari golongan orang-orang yang merugi. Ingatlah kita bahwa banyak sekali pintu-pintu menuju ketaqwaan, tidak hanya terbatas pada shalat, puasa, zakat dan haji saja. Sesungguhnya kehidupan bermasyarakat ini memiliki berjuta pintu menuju ketaqwaan. Diantaranya adalah dengan berbuat baik, berbuat santun dan berakhlaq yang mulia, itu semua merupakan jalan menuju ketaqwaan.

Jama’ah Jum’ah yang Diberkahi Allah Swt,

Shalat adalah sebauh kunci. Kunci yang difirmankan Allah swt., kepada umat Islam untuk dijadikan pegangan dalam menyelesaikan dan menjawab berbagai macam masalah. Atau jalan bagi manusia untuk menemukan berbagai macam solusi. Kita jarang, bahkan mungkin belum menemukan betul tentang kesahihan jawaban (bahwa shalat sebagai solusi masalah kehidupan) dalam pengalaman hidup sehari-hari. Pada kesempatan ini mari kita menyelami dan melihat pengalaman kita dalam hidup sehari-hari tentang tentang shalat sebagai solusi masalah dalam kehidupan sehari-hari, yaitu mengawali dengan mengutip ayat al Qur’an;

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ [٢٩:٤٥]

Artinya:  Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q.S. Al Ankabut;29; 45)

Dalam kaidah tata bahasa arab (nahwu) kata inna merupakan ‘amil (perangkat) untuk menunjukkan ta’kid (kepastian). Suatu kalimat yang diawali dengan inna memberikan akibat bahwa susunan kalimat sesudahnya memiliki ma’na kepastian. Dengan demikian firman Allah di atas memberikan pemahaman kepada kita; ”bahwa orang yang mengerjakan shalat, pasti mampu mencegah dirinya dari melakukan perbuatan keji dan mungkar.”

Kepastian ini didasarkan atas keyakinan bahwa Al Qur’an merupakan firman Allah swt., yang di dalamnya merupakan sekumpulan kebenaran yang diperuntukkan kepada manusia agar jalan kehidupan yang dilalui menjadi terang benderang. Sebagaimana diterangkan dalam Q.S. Al Isra’ [17]; 9.

إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا [١٧:٩

Artinya:  “Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada  pahala yang besar”

Shalat adalah salah satu kebenaran yang ada dalam Al Qur’an itu. Ketika Allah berfirman bahwa “sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar” maka firmannya ini adalah kalimatul haq, sebuah kebenaran yang tidak mungkin lagi salah, tidak mungkin lagi diragukan oleh siapapun. Demikian pula, karena Allah telah memberi suatu bimbingan, bahwa ‘mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat’, berarti shalat adalah sebuah jalan lurus untuk mengungkapkan segala keluh kesah kita dalam menghadapi berbagai problem kehidupan.

Jama’ah Jum’ah yang Dirahmati Allah Swt,

Selama ini, kita menjalankan shalat sebagai rutinitas selama bertahun-tahun, bahkan sampai puluhan tahun. Namun sampai saat ini, shalat yang kita lakukan sepertinya dan mungkin belum atau tidak mampu memberikan efek apapun kepada kita. Hal ini karena shalat kita belum mampu mencapai kualitas shalat yang sebenarnya, yaitu belum khusu’. Buktinya adalah, kita masih merasa sulit mencegah perbuatan-perbuatan buruk dalam hidup kita sehari-hari. Kita shalat, namun masih tetap hasud, iri, dengki bahkan aniaya. Kita masih pemarah, masih riya, masih suka menggunjing (ghibah), masih takabur dan masih melakukan perbuatan keji lainnya. Semakin kuat dorongan kita untuk melepas diri dari perbuatan keji dan mungkar, maka semakin kuat dorongan kita untuk melakukan perbuatan keji dan mungkar.

Ada dua kesalahan sehingga kita tidak atau belum bisa merasakan dan mendirikan shalat dengan khusu’.

Pertama, adalah kesalahan memahami khusu’ dalam shalat. Artinya kita masih terjebak dalam pemahaman tentang devinisi khusu’ sehingga saat shalat hanya melakukan konsentrasi penuh dengan segala upaya untuk mencari devinisi bagaimana cara khusu’ itu tadi. Kita berusaha berfikir fokus untuk khusu’, akibatnya mimik pun kita buat sangat serius, sehingga tubuh kita justru menjadi kaku atau tegang, otot-otot juga tegang, pikiran kita pun tegang dan menjadi satpam terhadap gerak-gerik diri kita sendiri.

Bahkan akibat ketegangan itu, sering sekali muncul pula was-was, karena selalu bertanya dalam hati kita apakah shalat kita sudah sesuai dengan devinisi khusu’ apa belum, ya?, sudah betul gerakannya apa belum, ya? Shalatnya sah apa tidak, ya?. Karena hanya mengingat materi bacaan, gerakan, rukun, syarat sah dan lain-lain sudah benar apa belum, maka hilanglah semua kesadaran kita untuk mengingat Allah swt., sebagai esensi inti dari shalat.

Ma’asyiral Muslimin Rohimakumullah,

Seharusnya kita bisa mengubah pola pikir kita. Yaitu Merubah pola pikir dari ketika shalat terlalu fokus hanya mengingat materi menuju khusu’ sehingga kehilangan terhadap mengingat Allah swt., menuju pola pikir untuk konsentrasi saat kita shalat hanya mengingat Allah swt.,. Dengan begitu,  semua materi menuju shalat yang khusu’ akan mengikuti dengan sendirinya. Rasulullah saw., bersabda, yang artinya: ‘jika orang-orang ini benar-benar khusu’, seluruh panca indra dan anggota tubuhnya juga akan khusu’ (H.R. Muslim).

Syaikh Jalal Muhammad Syafi’i mengajarkan bahwa tindakan-tindakan yang sifatnya berlebihan seyogyanya ditinggalkan, itu bila kita menginginkan shalat kita mencapai derajat khusu’ yang sejati. Bahkan sebagian ulama berpendapat bahwa khusu’ adalah melaksanakan sesuatu dengan sepenuh jiwa (hanya karena Allah swt), sehingga seluruh organ-organ tubuh tampak diam dan tenang sesuai dengan tujuan ibadah.

Kedua, adalah kesalahan pola pikir yang beripa ”tidak begitu suka dengan shalat”, dan ”shalat terasa menjadi beban berat”. Hal itu dapat dibuktikan dengan; Hadirnya perasaan lega yang tiba-tiba muncul ketika sudah selesai melaksanakan shalat; Nafas menjadi ringan setelah selesai shalat;  Seolah-olah baru terlepas dari beban berat, dari belenggu dan dari ketidaknyamanan akibat waktu shalat yang panjang dari bacaannya hingga jeda waktu antar roka’atnya. Ini juga fenomena Kesalahan Pola pikir tentang Shalat yang sering dialami oleh hampir semua orang, yang sudah menjadi kesadaran yang mengalir di bawah alam kesadaran semua manusia.  Padahal Rasulullah saw., teladan kita senang atau suka memanjangkan shalatnya. (Sumber: Ouys Al Kharani, Shalat Solution, Menerima Kelezatan Shalat Sebagai Solusi Semua Masalah, Sulha Medina Indonesia, 2007. Hal. 2-5).

Ma’asyiral Muslimin Rohimakumullah

Apa yang bisa kita petik dari uraian di atas? Untuk Merubah Kesalahan Pola Pikir Pada Shalat, yang harus kita lakukan adalah; Pertama, merubah pola pikir kita terlebih dahulu; yaitu dari tidak begitu suka dengan shalat menjadi suka dan senang terhadap shalat sebagaimana dilakukan oleh teladan kita Nabi Muhammad saw,  dengan cara bagaimana?, dengan berupaya lebih memahami makna, hakikat dan fungsi shalat, lebih dari sekedar aktifitas ibadah rutin untuk memenuhi kewajiban sebagai seorang Muslim.

Kedua, kebiasaan salah dalam memahami devinisi khusu’ hanya dalam materinya saja pada saat shalat, harus dirubah menjadi hanya mengingat Allah swt ketika kita shalat, sehingga devinisi khusu’ secara materi akan mengikuti dengan sendirinya, maka pada akhirnya akan mencapai derajat khusu’ yang sejati dalam shalat.

Ketiga, dengan merenungi dan menyadari apakah bagi kita shalat itu sudah memenuhi kalimatul-haq sebagaimana firman Allah Swt. di atas; yaitu apa sudah membersi bekas (atsar) terhadap perilaku kita. Kesadaran kurang begitu suka atau tidak senang dengan shalat, harus dirubah menjadi merasa butuh dan suka atau senang mengerjakan shalat. Ini bisa dilakukan dengan melatih diri kita untuk merasa butuh dengan shalat, menjadikan shalat sebagai kebutuhan sehingga karenanya, kita akan menjadi suka dan senang terhadap shalat.

Jama’ah Jum’ah yang Berbahagia.

Demikian Khutbah ini. Semoga kita dapat melaksankan shalat dengan khusu’ yang sejati dan menyukai shalat sehingga shalat kita dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Amin.

اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . بسم الله الرحمن الرحيم  وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ [٢٠:١٣٢

بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذْكُرَ الْحَكِيْمَ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَاِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ العَلِيْمُ, وَأَقُوْلُ قَوْلى هَذَا فَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 الخطبة الثانية

اْلحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا.

 اَمَّا بَعْدُ .فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَزَجَرَ.وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اْلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ    وَدَمِّرْ اَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

Leave your comment here: