KAJIAN HISTORIS KEAGUNGAN BAGINDA ROSULILLAH SAW. Bag. 2
Dan sesungguhnya Nur Baginda Nabi Muhammad SAW senantiasa terlihat bersinar kemilauan di muka Nabi Adam AS, laksana matahari yang bersinar terang benderang di siang hari. Maka, Allah SWT mengambil sumpah (perjanjian) kepada Nabi Adam AS agar senantiasa menjaga Nur tersebut dengan Berfirman :
يا آدم خذه) يعني النور النبوي( بعهدي وميثاقي على ان لا تودعه إلا في الأصلاب الطاهرة والمحصنات الزاهرة
Yang artinya kurang lebih;
“Hai Adam, bejanjilah (kepada-Ku) untuk senantiasa benar-benar menjaga Nur Nabi Muhammad SAW (yang telah Kuletakkan dalam dirimu). Janganlah sekali-kali kamu letakkan kecuali kepada orang-orang yang suci mulia..”.
Maka Nabi Adam AS menerima dengan senang hati bahkan Beliau sangat bangga untuk melaksanakan tugas tersebut dengan menjaganya dan mewasiatkan amanat tersebut kepada anak cucunya kelak.
Dan sesungguhnya para malaikat senantiasa berbaris rapi di belakang punggung Nabi Adam AS. Beliau heran dengan amalan perbuatan malaikat tersebut, lantas Beliau bertanya kepada Allah SWT; “Ya Allah, kenapa para malaikat selalu berbaris rapi di belakangku…?” . Allah SWT kemudian menjawab dengan Berfirman..: “Hai Adam..ketahuilah olehmu…bahwa para malaikat-Ku tersebut..senantiasa berdiri di belakangmu untuk memandang kepada Nur Kekasih-Ku Nabi akhir zaman Rasulullah Muhammad SAW…”
Maka Nabi Adam AS memohon kepada Allah SWT agar diijinkan untuk melihat Nur tersebut. Dan Allah SWT mengabulkannya sehingga Nabi Adam AS bisa melihat keagungan Nur Nabi Muhammad SAW. Maka Beliau Nabi Adam semakin tambah cintanya dan kebanggaannya kepada Nabi Muhammad SAW. Beliau benar-benar sangat menjaga kemuliaan dan keagungan Nur tersebut. Oleh sebab itulah, setiap beliau hendak berhubungan dengan istrinya (Ibu Hawwa’) maka Beliau bersuci terlebih dahulu dan memakai wewangian dan memerintahkan Ibu Hawwa’ untuk melakukan hal yang sedemikian rupa, dengan mengatakan..”Hai istriku Hawwa’..Bersucilah, dan pakailah olehmu wangi-wangian..sesungguhnya sudah dekat saatnya, Nur Nabi Muhammad SAW yang berada dalam diriku akan berpindah dalam dirimu…” Maka Nabi Adam AS dan Ibunda Hawwa senantiasa menjaga kesucian demi memuliakan Nur Baginda Nabi Muhammad SAW. Sampai suatu hari Nur Baginda Nabi Muhammad SAW benar-benar telah berpindah dari diri Nabi Adam AS ke dalam diri Ibunda Hawwa’. Sehingga berkat Nur Agung tersebut, Ibunda Hawwa’ semakin tambah kecantikannya setiap hari. Wajahnya semakin bersinar dan berseri-seri.. Sejak saat itulah Nabi Adam AS tidak berani berhubungan dengan Ibu Hawwa’ demi menjaga kesucian dan memuliakan Nur Baginda Nabi Muhammad SAW yang berada dalam dirinya. Dan para malaikat senantiasa berduyun-duyun turun ke bumi setiap hari semata-mata hanya untuk menghaturkan salam sejahtera dari Allah SWT kepada Nur Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah bersemayam dalam diri Ibunda Hawwa’.. Tidak lama kemudian Beliau melahirkan anak laki-laki dan diberinya nama Syits. Dan Nur tersebut telah pindah dalam diri Nabi Syits AS.
Dengan adanya Nur yang terlihat oleh Nabi Adam AS di muka Nabi Syits AS, maka Nabi Adam AS selalu memperhatikan dan menjaga Nabi Syits AS, demi memuliakan dan mengagungkan Nur Nabi Muhammad SAW yang ada dalam diri Nabi Syits AS tersebut.
Setelah Nabi Syits AS dewasa dan Nabi Adam AS merasa telah dekat ajalnya untuk menghadap kepada Allah SWT, maka Beliau Nabi Adam AS memanggil putranya (Nabiyyullah Syits AS) dan memberikan wasiat/amanat kepadanya; “
يا بني إن الله أخذ عليك عهدا وميثاقا من أجل هذا النور المستودع في ظهرك ووجهك أن لا تضعه إلا في أطهر نساء العالمين
Yang artinya kurang lebih;
“Wahai Anakku (Syits), Sesungguhnya Allah SWT telah mengambil perjanjian kepadamu untuk senantiasa menjaga “Nur Agung Nabi Muhammad SAW’, janganlah engkau letakkan kecuali pada wanita yang paling suci nan mulia nasabnya”.
Dan Nabi Adam AS juga telah mewasiatkan kepada Nabi Syits AS (putranya) agar senantiasa membesarkan kemuliaan dan keagungan Baginda Nabi Muhammad SAW di jiwanya, serta senantiasa menyebut-nyebutnya dengan berdzikir kalimat Laailaaha illallaah Muhammadur Rasulullah SAW. Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Imam Jalaluddin Abdur Rahman As-Suyuthi dalam kitabnya Al-Hawi Lil Fatawi Juz 2 hal 174;
قال الإمام جلال الدين عبد الرحمن السيوطي في الحاوي للفتاوي الجزء الثاني ص 174
وقد أخرج ابن عساكر عن كعب الأخبار أن آدم أوصى ابنه شيث فقال كلما ذكرت الله فاذكر إلى جنبه اسم محمد فإني رأيت اسمه مكتوبا على ساق العرش وأنا بين الروح والتين ثم إني طرفت فلم أرى في السماء موضعا إلا رأيت اسم محمد مكتوبا عليه ولم أرى في الجنة قصرا ولا غرفة إلا اسم محمد مكتوبا عليه ولقد رأيت اسم محمد مكتوبا على نحورالحور العين وعلى ورق قصب آجام الجنة وعلى ورق شجرة طوبى وعلى ورق سدرة المنتهى وعلى أطراف الحجب وبين أعين الملائكة فأكثرذكره فإن الملائكة تذكره في كل ساعا تها .
Yang artinya kurang lebih;
“Bahwa sesungguhnya Nabi Adam AS berwasiat kepada putranya (Nabi Syits AS);”(Hai Syits), setiap kamu berdzikir(menyebut) Asma Allah SWT hendaklah kamu sertakan pula berdzikir (menyebut) nama Baginda Nabi Muhammad SAW. Karena sesungguhnya aku (Nabi Adam AS), telah melihat namanya selalu berdampingan dengan Asma Allah SWT (Laailaaha illallaah Muhammadur Rasulullah) tertulis meliputi Arasy’, tertulis di seluruh tempat-tempat di langit, tertulis di gedung-gedung sorga, di kamar-kamar sorga, di leher para bidadari sorga, di seluruh dedaunan pohon-pohon sorga, di seluruh dedaunan pohon Thuba, di seluruh dedaunan pohon Sidratil Muntaha, di seluruh sudut benteng dan di setiap dahi (antara kedua mata) para malaikat. Maka perbanyakilah selalu berdzikir (menyebut-nyebut) namanya, karena seluruh malaikat di alam malakut senantiasa berdzikir (menyebut-nyebut) namanya”.
Dan sesungguhnya Allah SWT telah mewasiatkan pula kepada Para Nabi & Rasul terutama Para Nabi yang diberikan kitab agar benar-benar beriman dan selalu membesarkan kemuliaan Baginda Nabi SAW di sisi Allah SWT dengan senantiasa berdzikir mengucapkan kalimat Laailaaha illallaah Muhammadur Rasulullah SAW. Dan diwajibkan pula untuk mewasiatkan kepada umatnya masing-masing agar sungguh-sungguh beriman, tunduk, patuh dan senantiasa membesarkan kemuliaan Junjungan kita Baginda Nabi Besar Muhammad Rasulullah SAW dan menjadi pembela setianya apabila suatu saat bertemu dengan Baginda Nabi Muhammad SAW.
Sebagaimana yang telah Allah SWT Firmankan dalam Surat Aali Imraan ayat 81;
وإذ أخذ الله ميثاق النبيين لما آتيتكم من كتاب وحكمة ثم جاءكم رسول مصدق لما معكم لتؤمنن به ولتنصرنه قال أأقررتم وأخذتم على ذلكم إصري قالوا أقررنا قال فاشهدوا وأنا معكم من الشاهدين. )آل عمران 81)
Yang artinya kurang lebih;
“Dan (ingatlah), ketika Allah SWT mengambil perjanjian dari para Nabi; “Sungguh apa saja yang Aku berikan kepada kalian semua berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepada kalian semua seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada pada kalian semua, niscaya kalian semua akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan senantiasa mengagungkannya”. Allah SWT Berfirman;”Apakah kalian semua mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?”. Mereka serentak menjawab; “Kami mengakui”. Allah SWT Berfirman; “Kalau begitu saksikanlah (hai para Nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kalian semua.”. (Q.S. Ali Imraan ayat 81).
Dan disebutkan pula dalam Firman Suci Allah SWT, Surat Ash-Shaff ayat 6;
وإذ قال عيسى بن مريم يا بني إسرائيل إني رسول الله إليكم مصدقا لما بين يدي من التوراة ومبشرا برسول يأتي من بعدي اسمه أحمد
) الصف 6(
Yang artinya kurang lebih;
“Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata; “Hai bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah SWT kepada kalian semua, membenarkan kitab(yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku yang namanya Ahmad (Muhammad)”.(Q.S. Ash-Shaff ayat 6).
Dan sesungguhnya demi belas kasih sayang Allah SWT kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang sangat luar biasa, sampai-sampai umatnya dimuliakan oleh Allah SWT dan diberi keutamaan-keutamaan yang tidak pernah diberikan oleh Allah SWT kepada umat siapapun pada masa terdahulu, sebagaimana yang telah disebutkan dalam Kitab Suci Al-Qur’an dan Kitab-kitab Para Nabi terdahulu.
Diantara Firman-firman Allah SWT tentang keutamaan-keutamaan umat Baginda Nabi Muhammad SAW dalam kitab suci Al-Qur’an adalah;
Firman Allah SWT dalam Surat Aali Imraan ayat 10:
كنتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر ) آل عمران 110(
Yang artinya kurang lebih;
“(Sesungguhnya) kamu semua (umat Nabi Muhammad SAW) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf (baik) dan mencegah dari yang munkar (jelek)”.
(Q.S.Aali Imraan 110).
Dan berita tentang keutamaan-keutamaan umat Baginda Nabi Muhammad SAW telah diberitahukan Allah SWT kepada para Nabi dan Rasul.
Diantaranya adalah sebagaimana hal itu telah disebutkan Sayyiduna Al-Imam Al-Habib Abdullah bin ‘Alawiy Al-Haddad dalam kitab Beliau Sabilul Iddikar hal 22 – 26 dan juga disebutkan oleh Imam Abu Na’im Al-Ashfahaniy di kitabnya Dalailun Nubuwwah juz 1 hal 77 bahwa;
Sesungguhnya tatkala Nabi Musa AS membaca Kitab Suci Taurat, Beliau menemukan di dalamnya keutamaan-keutamaan umat Baginda Nabi Muhammad SAW, sehingga Beliau sangat kagum dan menginginkan sebagian dari keutamaan-keutamaan umat Baginda Nabi Muhammad SAW agar diberikan kepada umatnya dengan berkata;
“Ya Allah, sesungguhnya aku telah membaca Kitab Suci Taurat dan aku temukan di dalamnya keutamaan-keutaman umat yang kelak dikumpulkan di padang mahsyar dalam keadaan bercahaya mukanya laksana bulan purnama dan anggota badannya berkemilauan memancarkan cahaya bekas wudlu dan sujud tatkala masih di dunia. Ya Allah, jadikanlah keutamaan itu untuk umatku”. Namun Allah SWT menjawab;
“Tidak Musa, sesungguhnya keutamaan itu hanya Aku khususkan bagi umat Kekasih-Ku Nabi Muhammad SAW”. Nabi Musa AS berkata lagi;
“Ya Allah, sesungguhnya aku telah membaca Kitab Suci Taurat dan aku temukan keutamaan umat yang Engkau anugerahi ibadah sholat lima waktu dan Engkau bukakan pintu langit sehingga turun Rahmat (Belas Kasih Sayang)Mu kepada mereka pada saat mereka melakukannya sehingga para bidadari sorga rindu kepada mereka. Dan Engkau anugerahi pula mereka Bulan Suci Ramadlan sehingga mereka berpuasa sebulan penuh. Dan Engkau anugerahi pula mereka Firman-firman Suci-Mu (Kitab Suci Al-Qur’an) yang senantiasa terjaga/hafal di hati mereka. Dan Engkau anugerahi pula mereka ibadah haji ke Baitullah Ka’bah yang mana pahala haji mabrur adalah sorga-Mu, serta Engkau anugerahi pula mereka ibadah zakat dan sedekah yang Engkau lipat gandakan pahalanya sampai 700 kali. Ya Allah, jadikanlah keutamaan itu untuk umatku”. Namun, Allah SWT menjawab;
“Tidak Musa, sesungguhnya keutamaan itu hanya Aku khususkan bagi umat Kekasih-Ku Nabi Muhammad SAW”. Nabi Musa AS berkata lagi;
“Ya Allah, sesungguhnya aku telah membaca Kitab Suci Taurat dan aku temukan keutamaan umat yang kelak tatkala Engkau bangkitkan di padang mahsyar, sepertiga dari mereka Engkau masukkan ke sorga tanpa hisab (pertanyaan/ pertanggungjawaban atas amal perbuatannya di dunia), yang sepertiga lagi Engkau masukkan ke sorga dengan hisab yang ringan, dan sepertiga lagi juga Engkau masukkan ke sorga setelah Engkau bersihkan mereka dari kotoran dosa. Ya Allah jadikanlah keutamaan itu untuk umatku”. Namun Allah SWT menjawab;
“Tidak Musa, sesungguhnya keutamaan itu hanya Aku khususkan bagi umat Kekasih-Ku Nabi Muhammad SAW”. Akhirnya Nabi Musa AS berkata lagi;
“Ya Allah, jika demikian, jadikanlah saja aku sebagai umat Kekasih-Mu Nabi Muhammad SAW”. Maka Allah SWT kemudian Berfirman kepada Nabi Musa AS;
يا موسى إني اصطفيتك على الناس برسالاتي وبكلامي فخذ ما آتيتك وكن من الشاكرين
Yang artinya kurang lebih;
“Hai Musa, sesungguhnya Aku telah memilihmu dari seluruh umat manusia (saat ini) untuk menjadi Rasul (utusan)Ku yang menyampaikan Firman Suci-Ku (kepada hamba-hamba-Ku). Maka, laksanakanlah apa yang Aku tugaskan kepadamu. Dan hendaklah kamu senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah Aku limpahkan kepadamu”
يا موسى أما علمت أن محمدا أكرم علي من جميع خلقي
Yang artinya kurang lebih;
“Hai Musa, sesungguhnya Nabi Muhammad SAW adalah makhluk yang paling Aku cintai dari seluruh makhluk-makhluk-Ku.”
وإني نظرت في قلوب عبادي فلم أجد قلبا أشد تواضعا من قلبك فلذلك اصطفيتك على الناس برسالاتي وبكلامي فمت على التوحيد وعلى حب محمد
Yang artinya kurang lebih;
“ Dan (saat ini) tidak Aku lihat dari seluruh hati hamba-hamba-Ku yang lebih tawadlu’ (merendahkan diri) dari hatimu. Maka, sebab itulah Aku pilih dirimu sebagai Rasul-Ku. Laksanakanlah semua perintahKu sampai kamu meninggal dalam keadaan meng-EsakanKu dan dalam keadaan cinta kepada Kekasih-Ku Nabi Muhammad SAW”.
Maka, oleh sebab itulah, Nabi Musa AS senantiasa berdzikir/ menyebut-nyebut Baginda Nabi Muhammad SAW dan membanggakannya. Beliau selalu memuji-muji dan menceritakan keagungan dan kemuliaan Baginda Nabi Muhammad SAW kepada umatnya.
Sampai ada sebuah riwayat yang kami dapatkan di kitab Hujjatullah ‘Alal ‘Alamin hal 124 Lis Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhaniy, bahwa sesungguhnya ada seseorang dari umatnya Nabi Musa AS yang senantiasa berbuat kemunkaran selama 200 tahun. Setelah dia meninggal, umat Bani Israil membuangnya di tempat sampah. Lantas Allah SWT Berfirman kepada Nabi Musa AS;
“Wahai Musa (Nabi-Ku), uruslah jenazah hamba-Ku (yang terbuang di tempat sampah). Mandikan, kafani, sholati dan kuburkanlah dengan cara yang terhormat”
Nabi Musa AS kemudian berkata kepada Allah SWT; “Ya Allah Ya Robbi, sesungguhnya banyak sekali dari umatku (Bani Israil) yang telah menyaksikan prilakunya yang tidak terpuji selama 200 tahun, sehingga mereka membuangnya di tempat sampah…”
Allah SWT kemudian Berfirman kepada Nabi Musa AS;
“Wahai Musa, memang benar apa yang disaksikan oleh umatmu (Bani Israil), akan tetapi, yang telah Aku ketahui (sendiri) bahwa sesungguhnya, di akhir hayatnya, dia setiap membuka Kitab Suci Taurat dan melihat nama kekasih-Ku (Nabi Muhammad SAW) dia sangat mengagumi dan mencintainya sampai-sampai dia mencium nama tersebut dan menaruhnya di kedua matanya, dengan senantiasa bersholawat kepadanya (Nabi Muhammad SAW). Oleh sebab itulah Aku (Allah SWT) telah mengampuni seluruh dosa-dosanya dan akan Aku masukkan dia ke sorga dengan memberinya istri 70 bidadari yang cantik jelita..”
Maka, kecintaan Nabi Musa AS kepada Baginda Nabi Muhammad SAW semakin memuncak, sampai Beliau rindu ingin bertemu dengan Baginda Nabi Muhammad SAW.
Begitu pula Allah SWT telah memerintahkan kepada Nabi Dawud AS untuk mencintai Baginda Nabi Muhammad SAW dan senantiasa mengagungkannya, dan Allah SWT telah menetapkannya dalam Kitab Zabur yang telah diwahyukannya kepada Nabi Dawud AS yang menerangkan tentang kemuliaan kekasih-Nya (Nabi Muhammad SAW) beserta umatnya.
Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Imam Abul Fida’ Ismail Ibnu Katsir dalam kitabnya Al-Bidayah Wan Nihayah Juz I hal 326;
قال الإمام ابن كثير في البداية والنهاية الجزء الأول ص 326 :
ذكر وهب بن منبه أن الله تعالى أوحى إلى داود في الزبور يا داود إنه سيأتي من بعدك نبي اسمه أحمد ومحمد صادقا سيدا لا أغضب عليه أبدا ولا يغضبني أبدا وقد غفرت له قبل أن يعصيني ما تقدم من ذنبه وما تأخر وأمته مرحومة أعطيتهم من النوافل مثل ما أعطيت الأنبياء وفرضت عليهم الفرائض التي افترضت على الأنبياء والرسل حتى ياتوني يوم القيامة ونورهم مثل نور الأنبياء
Yang artinya kurang lebih;
“Sesungguhnya Allah SWT Berfirman kepada Nabi Dawud AS; “Hai Dawud, sesungguhnya akan datang sesudahmu seorang Nabi Agung bernama Ahmad (di langit) dan Muhammad(di bumi). Dia adalah seorang Nabi yang jujur dan sebagai Tuan/Junjungan (bagi semua makhluk). Sungguh Aku (Allah SWT) tidak akan murka kepadanya selama-lamanya dan dia juga tidak akan pernah melakukan sesuatu yang membuat Aku murka. Sungguh akan Aku pelihara/jaga Dia dari segala dosa/kesalahan. Dan umatnya adalah umat yang Aku limpahkan Belas Kasih Sayang kepada mereka. Aku anugerahkan kepada mereka amalan ibadah sunah dan wajib sebagaimana yang Aku anugerahkan kepada para Nabi dan Rasul. Dan kelak pada hari kiamat mereka akan datang menghadap kepadaKu dengan diliputi cahaya terang benderang sebagaimana cahayanya para Nabi”.
Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT semata, yang telah melimpahkan anugerah agung-Nya yang tidak terbatas dengan menjadikan kita sebagai umat Baginda Nabi Muhammad SAW yang senantiasa meneladani prilakunya dan mengikuti jejak-jejaknya.
Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memuliakan dan mengagungkan Baginda Nabi Muhammad SAW sejak dahulu kala dengan menekankan kepada Nabi Adam AS dan semua para Nabi dan Rasul sesudahnya untuk benar-benar selalu memuliakan, mengagungkan dan mencintai Baginda Nabi Muhammad SAW. Bahkan diriwayatkan di kitab Al-Haawi Lil Fatawi juz 2 hal 176 Lil Imam Jalaluddin Abdur Rahman As-Suyuthi yang menerangkan tentang rahasia yang terkandung dalam cincin Nabi Sulaiman AS;
قال الإمام جلال الدين عبد الرحمن السيوطي في الحاوي للفتاوي الجزء الثاني ص 176 :
ورد عن عبادة بن الصامت وجابر بن عبد الله مرفوعا كان نقش خاتم سليمان بن داود لا إله إلا الله محمد رسول الله
Yang artinya kurang lebih;
“Imam Jalaluddin As-Suyuthi Rahimahullah berkata; Bahwa telah diriwayatkan dari shahabat ‘Ubadah bin Shamit dan shahabat Jabir bin Abdullah; sesungguhnya pada cincin Nabi Sulaiman AS tertulis kalimat Laa Ilaaha Illallaah Muhammadur Rasuulullaah.”