LEBIH RUSAK MANAKAH KITA DI BANDING KAUM JAHILIYAH

LEBIH RUSAK MANAKAH KITA DI BANDING KAUM JAHILIYAH

JUM

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ عَمَّتْ آلَاؤُهُ جَمِيْعَ مَخْلُوْقَاتِهِ. فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلَّا كُفُوْرًا. وَنَصَبَ مِنَ اْلآيَاتِ الْبَاهِرَاتِ مَا دَلَّ عَلَى وَحْدَانِيَتِهِ فَعَمِيَتْ بَصَائِرُ الْكَافِرِيْنَ وَالْمُنَافِقِيْنَ فَمَا زَادَتْهُمْ إِلَّا نُفُوْرًا. وَبَصَّرَ الْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ التَّفْكِيْرِ فِيْ آيَاتِهِ فَأَشْرَقَتْ قُلُوْبُهُمْ بِالْإِيْمَانِ بِهِ مَنًّا وَتَيْسِيْرًا

فَسُبْحَانَهُ مِنْ قَسَّامِ مَا أَعْدَلَهُ، وَمِنْ قَهَّارِ مَا أَحْلَمَهُ، وَمِنْ جَوَّادِ مَا أَكْرَمَهُ، وَمِنْ عَلِيْمِ مَا أَعْلَمَهُ. لَا يَعْزُبُ عَنْهُ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ فِي السَّمَوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَلَا يُغَادِرُ صَغِيْرًا وَلَا كَبِيْرًا

أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ حَمْدَ عَبْدٍ عَرَّفَهُ حَقَّ مَعْرِفَتِهِ. وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا كَثِيْرًا. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَرْسَلَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيًا إِلَى اللهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Hadirin Jumah Rohimakumullah.

Dalam sebuah hadis riwayat Abdullah bin Amr bin Ash disebutkan bahwa suatu ketika Rasulullah Saw membaca sejumlah ayat al-Quran, di antaranya Surah Ibrahim ayat 36:

 رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Yang kurang lebih artinya: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan dari manusia. Maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya mereka itu termasuk golonganku. Dan barangsiapa mendurhakaiku maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Kemudian Nabi Saw meneruskan membaca ayat yang lain yaitu surah al-Maidah ayat 118:

إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Yang artinya: “Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-MU. Dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Setelah Nabi Saw membaca dua ayat tersebut, tiba-tiba beliau menengadahkan muka sembari berdoa: Allahumma Ummati Ummati… (Wahai Allah Tuhanku, Bagaimana nasib ummatku?) (2 kali) dan kemudian Nabi menangis tersedu-sedu.

Hadirin Rohimakumullah

Lebih lanjut berikutnya Allah memanggil Malaikat Jibril sembari Allah berfirman: “Wahai Jibril, datangilah Muhammad dan tanyakanlah kepadanya: apa yang membuatnya menangis seperti itu?”

Sebelum kita lanjutkan kisah ini, nampak perlu ditegaskan bahwa pada dasarnya Allah tetap Maha Mengetahui segala sesuatu. Allah pasti tahu apa yang menyebabkan Nabi menangis seperti itu. Tetapi Allah berkehendak untuk menampakkan cinta-Nya kepada baginda Nabi sehingga Allah mengutus Jibril dengan tujuan menanyakan perihal tangis sang Nabi. Seolah-olah Jibril adalah perantara sepasang kekasih, dimana Jibril diutus Sang Maha Pengasih untuk menanyakan perihal Nabi Yang dikasihi-Nya.

Ini sejenak mengingatkan kita akan hikayat para Awliya’ Allah kelak di surga, di mana sejumlah kitab Tasawwuf menyebutkan bahwa nanti di surga suatu ketika Allah berkenan mengirim surat melalui para Malaikat kepada Para Awliya yang mengkabarkan tentang kerinduan Allah kepada para kekasih-Nya agar para wali itu segera menghadap Allah untuk melepas kerinduan!

Tentu kita tidak boleh bertanya-tanya spt berikut ini: bukankah Allah Maha Kuasa bahwa dalam hitungan masa kurang dari kedipan mata, Allah mampu menghadirkan para Kekasih-Nya untuk menghadap-Nya tanpa harus melalui perantara sepucuk surat yang dihantarkan oleh para Malaikat?

Itu semua adalah karena Allah berkehendak menampakkan cinta-Nya kepada para kekasih-Nya dan memanggil mereka melalui sepucuk surat layaknya dua sejoli yang sedang memadu kasih!

Hadirin Rohimakumullah

Kembali kepada hikayat hadis di atas, di mana setelah Nabi Saw membaca 2 ayat tadi lalu Nabi menangis tersedu-sedu dan Allahpun mengutus Malaikat Jibril untuk menanyakan sebab-sebab tangisan suci baginda Nabi. Padahal Allah pasti Maha Tahu apa yang menjadikan Nabi menangis. Namun sekali lagi Allah berkehendak menampakkan cinta-Nya kepada Nabi hingga Allah mengutus Jibril untuk keperluan tersebut tadi.

Maka Jibril pun segera turun dari langit dan menjumpai Nabi sembari bertanya, “Wahai Kekasih Allah, hal apakah yang membuatmu menangis tersedu-sedu seperti itu? Aku diutus oleh Allah untuk menanyaimu akan hal itu.” Maka Nabi lalu menjawab bahwa Beliau memikirkan nasib ummatnya setelah Beliau membaca dua ayat tentang kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Isa dengan ummatnya. Yaitu kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Isa yang sempat memelas memohon kepada Allah untuk mengampuni segala kesalahan ummat mereka berdua yang selama itu masih enggan beriman kepada Allah.

Setelah Jibril mendapatkan jawaban Nabi, Jibril pun kembali menghadap Allah untuk menghaturkan jawaban yang didapatkannya dari Nabi. Maka Allah kemudian berfirman, “Wahai Jibril, kembali lah kepada Muhammad dan katakan kepadanya bahwa Aku Allah akan selalu memenuhi keinginannya dan Aku akan selalu mengasihi ummat Kekasihku yaitu Muhammad Saw.

Hadirin Rohimakumullah

Dari pembacaan sekilas hikayat hadis itu, kita bisa menyimpulkan bahwa seperti itulah sikap Nabi dalam memikirkan ummatnya. Baru saja beliau membaca kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Isa, beliau Rasulullah Saw langsung teringat nasib ummatnya sepeninggal beliau. Itulah Nabi kita, pembela ummatnya sepanjang masa.

Maka tidak heran jika dalam suatu ayat, Allah menggambarkan sikap Nabi melalui sebuah firman:

اَلنَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِيْنَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ

“Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan istri-istri Nabi adalah ibu-ibu ummatnya…”

Dari sini, kemudian kita ingat sebuah episode kisah yang lain, di mana digambarkan bahwa suatu ketika Malaikat Jibril datang menemui Nabi karena Jibril melihat betapa kaum kuffar Quraisy berulangkali menyakiti baginda Rasul dan enggan beriman kepadanya. Jibril pun berkata kepada Nabi, “Berkenankah engkau jika aku angkat gunung-gunung itu untuk aku timpakan kepada mereka yang menyakitimu dan enggan beriman kepada Allah dan kepadamu?” Nabi dengan tegas menjawab, “Jangan, wahai saudaraku Jibril, aku berharap jika mereka belum beriman hari ini, maka semoga kelak mereka atau anak cucu mereka segera bersedia untuk beriman”.

Hadirin Rohimakumullah

Berikutnya marilah kita telaah pernyataan Imam Al-Asfahany dalam kitabnya Adz Dzari’ah yang menyatakan bahwa kaum-kaum terdahulu seperti Kaum Ad dan Tsamud telah dibinasakan oleh Allah karena kedua kaum itu memang tak lagi menyisakan kebaikan sedikitpun. Mereka berlaku dhalim sedhalimnya di muka bumi. Maka Allah pun kemudian membinasakan mereka tanpa tersisa sedikitpun. Lalu ternyata Allah tidak membinasakan Kaum Kuffar Quraisy dan justru mengutus seorang Nabi untuk mengajak mereka ke jalan-jalan yang lurus. Pertanyaannya adalah, mengapa Allah membinasakan ummat terdahulu dan tidak membinasakan kaum jahiliyyah yang tidak beradab itu?

Menurut Al-Asfahany, jawabannya adalah karena sebenarnya kaum jahiliyah itu masih memiliki beberapa sifat yang baik, yaitu di antaranya bahwa kaum jahiliyah itu sangat gigih menunjung tinggi harga diri dan mereka ternyata terkenal masih suka menutup aurat dan menjaga diri dari aib mereka sendiri.

Dari rangkaian kisah di atas dan pernyataan Al-Asfahany itu, sudah semestinya kita dapat menyimpulkan beberapa hal dalam sejumlah renungan berikut ini:

  1. Lebih bejat manakah kita hari ini jika dibanding dengan kaum jahiliyah dulu? Bukankah mereka itu adalah kaum yang menjunjung tinggi harga diri mereka? Sedangkan kita? Tidakkah kita sering dengan mudah menjual apa saja bagi memenuhi nafsu kita, termasuk juga menjual harga diri kita semurah-murahnya demi kepentingan duniawi sesaat? Bukankah kita semakin hari semakin disodori dengan tontonan-tontonan media yang super vulgar atau bacaan-bacaan tidak senonoh seperti “Buku Saatnya Aku Belajar Pacaran” yang amoral itu? Yang terang-terangan menyatakan bolehnya hubungan intim di luar pernikahan asal suka sama suka? Atau bukankah kita akhir-akhir ini disuguhi foto-foto sejumlah siswa sekolah menengah tengah memadu kasih dengan disaksikan oleh puluhan temannya yang bersorak sorai seolah menyaksikan sebuah tontonan yang menakjubkan?
  2. Jika kita hari ini lebih bejat daripada kaum jahiliyah, lalu kemudian Malaikat Jibril turun ke bumi untuk mengangkat sejumlah gunung dan akan ditimpakan kepada kita yang sudah berlumuran dosa ini, maka siapa lagi yang mungkin akan mencegah Jibril seperti Nabi dulu pernah mencegahnya?

Hadirin Rohimakumullah

Renungan-renungan seperti itu atau mungkin yang lebih dalam lagi, haruslah selalu kita lakukan terutama ketika kita melihat sejumlah bencana di sekeliling kita yang kian hari kian menyeruak di mana-mana.

Kecuali bahwa bencana itu memang dimaksudkan Allah untuk menguji kesabaran dan keimanan kita, namun tidakkah mungkin bahwa bencana-bencana itu adalah untuk memperingatkan diri kita?

Allah berfirman dalam surah Ar-Rum ayat 41:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar.”

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ

======

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْمَنْعُوْتِ بِصِفَاتِ التَّنْزِيْهِ وَالْكَمَالِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ ثَنْيَ الْخِصَالِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ. عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ فَإِنَّكُمْ عَلَيْهِ تُعْرَضُوْنَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ صَلَّى عَلَى نَبِيِّهِ فِيْ كِتَابِهِ الْمَكْنُوْنِ وَأَمَرَكُمْ بِذَلِكَ فَأَكْثِرُوْا مِنَ الصَّلَاةِ عَلَيْهِ تَكَوَّنُوْا مِنَ الْفَائِزِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَارْضَ عَنِ الْأَرْبَعَةِ الْخُلَفَاءِ، وَبَقِيَّةِ الْعِشْرَةِ الْكِرَامِ وَآلِ بَيْتِ نَبِيِّكَ الْمُصْطَفَى. وَعَنِ الْأَنْصَارِ وَالْمُهَاجِرِيْنَ وَالتَّابِعِيْنَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ. وَنَسْأَلُكَ اَللَّهُمَّ دَوَامَ الْعِنَايَةِ وَالتَّأْيِيْدِ، بِحَضْرَةِ مَوْلَانَا سُلْطَانِ الْمُسْلِمِيْنَ الْمُؤَيَّدِ بِالنَّصْرِ وَالتَّمْكِيْنِ. اَللَّهُمَّ انْصُرْهُ وَانْصُرْ عَسَاكِرَهُ وَامْحَقْ بِسَيْفِهِ رِقَابَ الطَّائِفَةِ الْكَافِرَةِ، وَأَيِّدْ بِسَدِيْدِ رَأْيِهِ عِصَابَةَ الْمُؤْمِنِيْنَ. وَاجْعَلْ بِفَضْلِكَ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنًّا. وَارْفَعْ اَللَّهُمَّ مَقْتَكَ وَغَضَبَكَ عَنَّا. وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَنْ لَا يَخَافُكَ وَلَا يَرْحَمُنَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللَّهُمَّ إِلَيْكَ نَسْأَلُ فَلَا تُخِيْبُنَا، وَإِلَيْكَ نَلْجَأُ فَلَا تُطَرِّدْنَا، وَعَلَيْكَ نَتَوَكَّلُ فَاجْعَلْنَا لَدَيْكَ مِنَ الْمُقَرَّبِيْنَ. إِلَهِيْ هَذَا حَالُنَا لَا يَخْفَى عَلَيْكَ. فَعَامِلْنَا بِالْإِحْسَانِ إِذِ الْفَضْلُ مِنْكَ وَإِلَيْكَ. وَاخْتِمْ لَنَا بِخَاتِمَةِ السَّعَادَةِ أَجْمَعِيْنَ

عِبَادَ اللهِ  إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Leave your comment here: