BAHAYA DOSA DAN AKIBAT YANG DI TIMBULKANYA

Sebagian salaf berkata, “Tidaklah Allah menimpakan suatu hukuman yang lebih besar dari kerasnya hati.”
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Semakin banyak dosa, akan kian parah rasa tak enak dalam hati. Kehidupan paling pahit adalah kehidupan yang dijalani mereka, dan kehidupan yang paling indah adalah kehidupan yang dijalani oleh orang-orang yang hatinya penuh suka cita. Jika orang yang berakal mengamati dan membandingkan antara lezatnya maksiat dengan rasa khawatir dan tak enak hati yang akan ditimbulkannya, ia akan mengetahui sungguh buruk keadaannya dan sungguh besar kerugiannya. Karena ia berarti menjual kelezatan taat dan kenyamaan yang ada di dalamnya dengan kemaksiatan dan rasa gelisah serta keburukan yang ditimbulkannya.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang tidak merasakan manisnya beramal dalam hati dan kelapangan, maka curigailah amal tersebut. Karena sesungguhnya Rabb Mahamembalas. Maksudnya, Allah akan senantiasa memberi ganjaran atas orang yang beramal di dunia dengan memberinya kelezatan, kelapangan hati dan kenikmatan. Jika ia tidak mendapatkan itu semua, maka berarti amalnya disusupi.”
Sufyan Ats Tsauri rahimahullah berkata, “Aku terhalangi dari qiyamul lail karena satu dosa yang aku perbuat.”
Bermaksiat di Hari dan Tempat yang Utama
المعاصي في الأيام المفضلة والأمكنة المفضلة تُغلَّظُ وعقابها بقدر فضيلة الزمان والمكان . مجموع الفتاوى [١٨٠/٣٤] — قال الإمام ابن تيمية
Maksiat yang dilakukan pada hari-hari yang memiliki keutamaan atau pada tempat-tempat yang memiliki keutamaan itu dilipat-gandakan dosanya. Kadar lipat ganda dosanya itu sesuai dengan kadar keutamaan waktunya atau tempatnya tadi.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa (34/180)
Dosa Perusak Tauhid
Ibnu Rojab Al-Hanbali berkata :
وإنما تنشأ الذنوب من محبة ما يكرهه الله أو كراهة ما يحبه الله وذلك ينشأ من تقديم هوي النفس على محبة الله تعالى وخشيته وذلك يقدح في كمال التوحيد الواجب فيقع العبد بسبب ذلك في التفريط في بعض الواجبات وارتكاب بعض المحظورات
“Hanyalah timbul dosa-dosa dikarenakan mencintai apa yang dibenci oleh Allah atau membenci apa yang dicintai oleh Allah, yang hal ini timbul dari sikap mendahulukan hawa nafsu daripada kecintaan dan rasa takut kepada Allah ta’aala. Hal ini mencoreng kesempurnaan tauhid yang wajib, maka dikarenakan hal ini terjatuhlah seorang hamba pada bentuk meninggalkan sebagian kewajiban dan melakukan sebagian hal-hal yang dilarang” (Jaami’ul ‘Uluum wal Hikam, 2/347)
Bahaya Maksiat Tatkala Bersendirian
Seorang bijak berkata :
إِنَّ ذُنُوْبَ الْخَلَوَاتِ هِيَ أَصْلُ الاِنْتِكَاسَاتِ ، وَعِبَادَاتُ الْخَفَاءِ هِيَ أَعْظَمُ أَسْبَابِ الثَّبَاتِ
“Sesungguhnya dosa-dosa yang dilakukan tatkala bersendirian merupakan pokok sebab keterbalikan seseorang (dari shalih menjadi rusak). Dan ibadah-ibadah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi merupakan sebab terbesar tegarnya seseorang (di atas agama).”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ الْجَنَّةِ فِيْمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ النَّار
“Sesungguhnya seseorang benar-benar melakukan amalan surga –menurut yang nampak bagi masyarakat- padahal ia termasuk penduduk neraka”
Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullah dalam kitabnya Jaami’ul ‘Uluum wal Hikam menjelaskan bahwasanya seseorang bisa saja terlihat di hadapan masyarakat benar-benar mengerjakan amalan-amalan kebajikan. Akan tetapi kondisi batinnya yang sesungguhnya adalah sebaliknya. Hal ini menyebabkan ia meninggal dalam kondisi su’ul khatimah, karena ada amalan keburukan (maksiat) yang ia lakukan secara tersembunyi yang tidak diketahui oleh orang lain, atau yang semisalnya.
Karenanya berhati-hatilah dari dosa-dosa yang anda lakukan tatkala bersendirian…tatkala anda menutup pintu-pintu…tatkala tidak ada mata yang melihat…
Zainal Abidin rahimahullah berkata :
مَا أَحْلَمَ اللهَ عَنِّي حَيْثُ أَمْهَلَنِي وَقَدْ تَمَادَيْتُ فِى ذَنْبِي وَيَسْتُرُنِي
Betapa sayangnya Allah padaku… karena telah menangguhkan hukuman-Nya
Bahkan Dia tetap menutupi dosaku… meski aku terus melakukannya
تَمُرُّ سَاعَاتُ أَيَّامِي بِلاَ نَدَمِ وَلاَ بُكَاءٍ وَلاَ خَوْفٍ وَلاَ حَزَنِ
Hari-hariku terus berjalan (dan aku terus melakukan dos-dosa) Tanpa ada rasa penyesalan, tangisan, ketakutan, ataupun kesedihan
أَنَا الَّذِى أَغْلَقَ الأَبِوَابَ مُجْتَهِدًا عَلَى الْمَعَاصِي وَعَيْنُ اللهِ تَنْظُرُنِي
Akulah orang yang telah menutup pintu Untuk giat dalam maksiat, padahal mata Allah selalu mengawasiku
يَا زَلَّة كُتِبَتْ فِي غَفْلَةٍ ذَهَبَتْ يَا حَسْرَة بَقِيَتْ فِي الْقَلْبِ تُحْرِقُنِي
Salah sudah tercatat, dalam kelalaian yang telah lewat Dan sekarang, tinggal penyesalan di hati yg terus membakar diriku
Dosa Selalu Menggelisahkan Hati
Dari cucu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Al Hasan bin ‘Ali, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tinggalkanlah yang meragukanmu dan beralihlah pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa.” (HR. Tirmidzi no. 2518 dan Ahmad 1/200, shahih) Dalam lafazh lain disebutkan, “Kebaikan selalu mendatangkan ketenangan, sedangkan kejelekan selalu mendatangkan kegelisahan.” (HR. Al Hakim 2/51, shahih)
Dalam hadits lainnya, dari Nawas bin Sam’an, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kebaikan adalah dengan berakhlak yang mulia. Sedangkan kejelekan (dosa) adalah sesuatu yang menggelisahkan jiwa. Ketika kejelekan tersebut dilakukan, tentu engkau tidak suka hal itu nampak di tengah-tengah manusia.” (HR. Muslim no. 2553). An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Dosa selalu menggelisahkan dan tidak menenangkan bagi jiwa. Di hati pun akan tampak tidak tenang dan selalu khawatir akan dosa.” (Syarh Muslim, 16/111)
Maksiat Akan Mengajak Maksiat Yang Lain
كان شداد بن أوس رضي الله عنه يقول: “إذا رأيت الرجل يعمل بطاعة الله فاعلم أن لها عنده أخوات, وإذا رأيت الرجل يعمل بمعصية الله, فاعلم أن لها عنده أخوات, فإن الطاعة تدل على أختها وإن المعصية تدل على أختها (فَأَمَّا مَن أَعْطَى وَاتَّقَى وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى وَأَمَّا مَن بَخِلَ وَاسْتَغْنَى وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى)
Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu berkata: “Jika kamu melihat seorang yang mengerjakan ketaatan kepada Allah, maka ketahuilah bahwa ketaatan tersebut mendatangkan saudara-saudara lain (=ketaatan-ketaatan lain) baginya. Dan jika kamu melihat seorang yang mengerjakan maksiat kepada Allah, maka ketahuilah bahwa maksiat tersebut mendatangkan saudara-saudara (=maksiat-maksiat lain) baginya, karena sesungguhnya sebuah ketaatan menunjukkan kepada saudaranya (=ketaatan lainnya) dan sebuah maksiat menunjukkan kepada saudaranya (=maksiat lainnya). Allah berfirman,
(فَأَمَّا مَن أَعْطَى وَاتَّقَى وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى وَأَمَّا مَن بَخِلَ وَاسْتَغْنَى وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى)
Artinya: “Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa”. “Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga)”. “Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah”. “Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup”. “Serta mendustakan pahala yang terbaik”. “Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar”. (QS. Al Lail: 5-10)(Lihat kitab Al Mafshal fi fiqh Ad Da’wat Ila Allah, 3/79).
Celaka Akibat Dosa
Qotadah berkata: “Telah sampai kepada kami bahwa tidaklah ada seseorang yang tergores oleh ranting, atau tergelincir kakinya atau terpelintir uratnya, melainkan akibat dari dosa yang ia perbuat. (Tafsir Ibnu Jarir 27/234, dan Tafsir Ibnu katsir 4/314.)
Lebih Berat Dari Dosa
Ibnu Abbas mengatakan,
“Wahai pelaku dosa, Jangan merasa aman dari akibat buruk berbuat dosa
Karena yang mengikuti dosa bisa lebih besar dari perbuatan dosa, Sedikitnya rasa malumu kepada orang yang berada di kanan kirimu ketika berbuat dosa Lebih berat dari dosa perbuatanmu. Tertawamu sementara kamu tidak tahu apa yang Allah lakukan padamu Lebih berat dari dosa. Kegembiraanmu ketika berbuat dosa Lebih berat dari dosa. Rasa sedihmu ketika terluput dari dosa Lebih berat dari dosa. Rasa takutmu kepada angin yang akan membuka pintumu ketika berbuat dosa Sedangkan hatimu tidak merasa takut dari pengawasan Allah Lebih besar dari dosa yang kamu lakukan.
(Shifatu Ash-Shafwah 1:383, lihat Mawa’idz Shahabah, halaman 358)
Dosa & Maksiat Menghalangi Ketaatan
Al-Hasan Al-Basri berkata, “Jika engkau tidak mampu untuk shalat di malam hari dan puasa di siang hari, maka ketauhilah bahwa engkau terhalangi. Kesalahan dan dosa-dosa telah mengikatmu.” ( Hadits Shahih, lihat : An-Nawafikh Al-‘Atirah oleh Imam Ash-Shafady halaman : 86)
Abdullah bin Mubarak berkata, “Barangsiapa yang meremehkan adab-adab, maka ia akan dihukum dengan terhalanginya ia dari amalan-amalan sunnah. Barangsiapa yang meremehkan sunnah-sunnah, maka ia akan dihukum dengan terhalangi dari apa-apa yang diwajibkan. Barangsiapa yang meremehkan faraidh/kewajiban-kewajiban, maka ia akan diharamkan dari ma’rifah.” (Tadzkirah As-Sami’ wal Mutakallim, Al-Kinani halaman : 68)
Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah pernah berkata: “Aku tercegah untuk melaksanakan shalat malam karena satu dosa yang kuperbuat.”
Ketika Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah duduk di hadapan Al-Imam Malik rahimahullah guna memperdengarkan bacaannya, Al-Imam Malik kagum dengan kecerdasan, kepandaian dan sempurnanya pemahaman Al-Imam Asy-Syafi’i. Al-Imam Malik pun berkata: “Aku berpendapat bahwa Allah telah meletakkan di hatimu cahaya maka jangan engkau padamkan cahaya itu dengan kegelapan maksiat.”
Ketika Hawa Nafsu Mengalahkan Akal
Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, “Seandainya orang yang berakal disuruh untuk memilih antara memenuhi keinginan nafsunya sesaat atau menghabiskan sisa umurnya dalam kerugian akibat mengikuti keinginan nafsu tersebut, pastilah orang itu memilih untuk tak akan pernah mendekati nafsunya tadi kendati ia diberi dunia dengan seluruh isinya. Hanya saja, karena mabuk untuk mengikuti hawa nafsu itu telah menghalangi untuk membedakan antara akal pikiran dan hawa nafsu.” (At-Taubah Wazhifatul ‘Umr, halaman 213)
Dosa Kecil Yang Menghancurkan
Berhati-hatilah terhadap dosa-dosa kecil, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya perumpamaan orang yang melakukan dosa-dosa kecil adalah seperti suatu kaum yang menuruni lembah. Salah seorang dari mereka membawa ranting, dan seorang yang lain membawa ranting, dan seorang yang lain, dan seorang yang lain, sampai mereka mengumpulkan ranting yang cukup untuk membuat api untuk memasak makanan mereka. Ini seperti dosa-dosa kecil, karena kumpulan dosa-dosa kecil akan cukup untuk menghancurkan kalian.” (HR Ahmad dan lainnya).
Mengingat Dosa
Dikatakan pada Sa’id: “Siapakah manusia yang paling banyak ibadahnya?” Beliau menjawab: “Yaitu seseorang yang terluka karena dosanya, sehingga setiap kali ingat pada dosanya ia menganggap remeh amal (kebaikannya)”.
Alamat Kebinasaan
Ibnul Qayyim berkata : “Terus menerus dalam kemaksiatan adalah maksiat. Tidak melakukan introspeksi terhadap kemaksiatan yang dilakukan, berarti sama dengan tetap dalam kemaksiatan, begitu pula jika ia merasa senang dan nyaman bermaksiat. Inilah alamat kebinasaan.” (Tahdzib Madarijus Salikin, Imam Ibnul Qayyim, diringkas oleh Al-‘Izzi, halaman : 123)
Jangan Remehkan Dosa
Al-Ghazali berpesan: “Satu dosa besar yang telah berlalu dan tidak diikuti dengan yang semisalnya, maka lebih memungkinkan untuk diampuni dari pada dosa kecil yang dilakukan terus menerus oleh seorang hamba. Ibarat air yang menetes pada batu secara terus menerus, bisa jadi akan mempengaruhinya, dan jika dituangkan air sekaligus padanya tidak memberikan pengaruh apa-apa.” (Ihya ‘Ulumudin al-Ghazali 4/195)
Pelaku Maksiat Tidak Merasakan Lezatnya Ketaatan
Wahb bin Munabbih ditanya: “Apakah orang yang bermaksiat akan merasakan lezatnya ketaatan? Maka beliau menjawab: “Yang akan bermaksiat saja tidak.” (Shaidul Khatir, Ibnul Jauzi halaman : 51)
Jatuh Dalam Kemaksiatan
Imam Ahmad menyifati seorang hamba yang terjatuh dalam kemaksiatan, ketika beliau sedang berjalan di lumpur dengan hati-hati, namun kaki beliau masuk (ke dalam lumpur tersebut), maka beliau mengatakan pada para sahabatnya: “Beginilah keadaan seorang hamba, ia senantiasa berhati-hati dari dosa, jika ia berada dalam lingkaran dosa, ia akan terjerumus ke dalamnya.” (Al-Adab Asy-Syar’iyyah, 1/97)
Memperhatikan Dosa
Imam Al-Hasan Al-Basri rahimahullah berkata: “Perhatian seorang hamba terhadap dosanya akan mendorongnya untuk meninggalkannya. Penyesalannya akan menjadi pembuka taubatnya. Seorang hamba senantiasa memperhatikan dosa-dosanya hingga hal itu lebih bermanfaat dari sebagian kebaikannya.” (Dzammul Hawa oleh Ibnul Jauzi hal : 103)
Bersegera Menghentikan Dosa
Imam Ghazali rahimahullah berkata: “Aku mengetahui bahwa peminum racun yang menyesal, wajib baginya untuk segera muntah dengan mengeluarkannya dari perut, (kalau demikian halnya), maka meneguk racun agama yaitu (dosa) adalah lebih layak untuk dibatalkan dengan segera menghentikannya.” (Ihya ‘Ulumuddin oleh Imam Al-Ghazali 4/155)
Umar bin ‘Abdul Aziz rahimahullah berkata:
“Aku tidak pernah berdusta saat aku mengetahui bahwa kedustaan merugikan pelakunya.” (Siyar A’lam An-Nubala, 5/121)
Ibn Syubrumah rahimahullah berkata:
“Aku heran terhadap manusia yang menjaga makanannya dalam keadaan takut terhadap penyakit, akan tetapi dia tidak menjaga dari perbuatan dosa dalam keadaan takut ancaman neraka.” (Siyar A’lam An-Nubala, 6/348)
Thalaq bin Habib rahimahullah berkata:
“Sesungguhnya hak-hak Allah itu lebih besar dari yang bisa hamba tunaikan dan nikmat Allah itu lebih banyak dari yang bisa dihitung. Maka hendaknya seseorang itu bertaubat di pagi dan sore hari.” (Siyar A’lam An-Nubala, 4/602)
Syaqiq bin Ibrahim rahimahullah berkata:
“Tanda taubat ialah menangis (menyesal) atas perbuatan (dosa) yang telah dilakukan dan takut akan terjatuh kembali ke dalam dosa (tersebut), tidak bergaul dengan orang-orang yang jahat dan senantiasa bersama orang-orang yang baik.” (Siyar A’lam An-Nubala, 9/315)
Menjauhi Pelaku Maksiat
Dari Yahya bin Yaman, dia berkata, “Sufyan menceritakan sebuah hadits kepada kami, ‘Isa bin Maryam ‘Alaihis Salam telah berkata : Mendekatlah kalian kepada Allah dengan membenci orang-orang yang berbuat maksiat dan dapatkanlah ridha-Nya dengan menjauhi mereka.”