KETIKA ISTRI MEMINTA NAFKAH BERLEBIHAN PADA SUAMI

KETIKA ISTRI MEMINTA NAFKAH BERLEBIHAN PADA SUAMI

Dalam surat At Tolak ayat 7 Allah ta’ala berfirman :

لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا

“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rizkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekadar) apa yang Allah berikan kepadanya.Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.”

Maksudnya, seorang suami hendaklah memberikan nafkah kepada istri dan anaknya yang kecil berdasarkan ukuran kemampuannya jika dia mampu, jika suami tersebut faqir maka wajibnya seukuran kefakirannya tersebut, maka ukuran nafkah berdasarkan hitungan keadaan orang yang menafkahi dan kebutuhan orang yang dinafkahi dengan cara berijtihad berdasarkan kebiasaan hidup yang berlaku. Allah tidak membebani orang yang faqir sebagaimana Allah membebani orang yang kaya.

Kitab Tafsir al Qurtby (18/158-160) :

قوله تعالى : ” لينفق ” أي لينفق الزوج على زوجته وعلى ولده الصغير على قدر وسعه حتى يوسع عليهما إذا كان موسعا عليه . ومن كان فقيرا فعلى قدر ذلك . فتقدر النفقة بحسب الحالة من المنفق والحاجة من المنفق عليه بالاجتهاد على مجرى حياة العادة

الي ان قالقوله تعالى : لا يكلف الله نفسا إلا ما آتاها أي لا يكلف الفقير مثل ما يكلف الغني .

Kitab Tafsir at Tahrir wat Tanwir Ibnu Asyur (29/331) :

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا

” Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekadar) apa yang Allah berikan kepadanya.”

والمقصود منه إقناع المنفق عليه بأن لا يطلب من المنفق أكثر من مقدرته . ولهذا قال علماؤنا : لا يطلق على المعسر إذا كان يقدر على إشباع المنفق عليها وإكسائها بالمعروف ولو بشظف ، أي دون ضر

Maksud ayat tersebut adalah merasa cukupnya orang yang diberi nafkah misalnya dengan tidak meminta kepada orang yang menafkahi melebihi kemampuannya, oleh sebab itulah ulama’ kami berpndapat bahwa orang yang dalam keadaan sempit/miskin tidak ditalak jika dia masih mampu mengenyangkan orang yang dinafkahi dan memberikan pakaian dengan ma’ruf walaupun dengan kesulitan, maksudnya tidak sampai menjadikan madhorot.

المعتمد ج ٤ ص ٢٨٠.

إن نفقة الزوجة مقدرة بحسب حال الزوج في اليسار و الإعسار دون الإعتبار لحال الزوجة لأن النفقة تتبع الإستطاعة و هي عائدة إلى حال المنفق لا إلى حال المنفق عليه لقوله تعالى : لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ ۖ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ ۚ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا ۚ سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا  و الله أعلم.

Nafkah itu dilihat dari sisi si pemberi nafkah bukan dari sisi yang di nafkahi karena itu , jika si suami tidak mampu memberi nafkah lebih, maka dia tidak berdosa dan tidak ada hak pula bagi si istri untuk menuntut nafkah lebih kepada suaminya. Sebagaimana di dalam al quran : Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. Surah At-Talaq (65:7).

Wallohu a’lam bis showab.

Leave your comment here: