PELAJARAN TENTANG IKHLAS

PELAJARAN TENTANG IKHLAS

TENTANG IKHLAS

Dinukil dari kitab Tambihul Ghofiliin karya imam Abul Laits As Samarqondi :

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” إِنَّ الْمَلَائِكَةَ يَرْفَعُونَ عَمَلَ عَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ

فَيَسْتَكْثِرُونَهُ وَيُزَكُّونَهُ حَتَّى يَنْتَهُوا بِهِ حَيْثُ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى مِنْ سُلْطَانِهِ فَيُوحِي اللَّهُ تَعَالَى

إِلَيْهِمْ: أَنَّكُمْ حَفَظَةٌ عَلَى عَمَلِ عَبْدِي وَأَنَا رَقِيبٌ عَلَى مَا فِي نَفْسِهِ، إِنَّ عَبْدِي هَذَا لَمْ يُخْلِصْ

لِي عَمَلَهُ فَاكْتُبُوهُ فِي سِجِّينٍ، وَيَصْعَدُونَ بِعَمَلِ عَبْدٍ فَيَسْتَقِلُّونَهُ وَيَحْتَقِرُونَهُ حَتَّى يَنْتَهُوا بِهِ

إِلَى حَيْثُ شَاءَ اللَّهُ مِنْ سُلْطَانِهِ، فَيُوَحِيَ اللَّهُ إِلَيْهِمْ أَنَّكُمْ حَفَظَةٌ عَلَى عَمَلِ عَبْدِي , وَأَنَا

رَقِيبٌ عَلَى مَا فِي نَفْسِهِ , إِنَّ عَبْدِي هَذَا أَخْلَصَ لِي عَمَلَهُ فَاكْتُبُوهُ فِي عِلِّيِّينَ “.

Rasululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda, ” Sesungguhnya malaikat membawa naik amalan seorang hamba dari hamba2nya Allah kemudian malaikat tsb menganggapnya banyak dan memuji2nya hingga mereka sampai kpd apa yg di kehendaki oleh Allah ta’ala dari kerajaanNya, kemudian Allah mewahyukan kpd mereka : ‘Sesungguhnya kalian adalah malaikat penjaga amalan2 hambaKu dan Aku mengawasi thd apa yg ada di dalam hatinya, sesungguhnya hambaku ini tdk ikhlas ketika beramal kpdKu maka tulislah dia kedalam neraka sijjin.’ Dan malaikat membawa naik amalan seorang hamba maka mereka menganggap amalannya sedikit dan menghinanya hingga mereka sampai kpd apa yg dikehendaki oleh Allah dari kerajaanNya, kemudian Allah mewahyukan kpd mereka: ‘Sesungguhnya kalian adalah malaikat penjaga thd amalannya hambaKu dan aku mengawasi terhadap apa yg ada di dalam hatinya, sesungguhnya hambaku ini ikhlas ketika beramal kpdKu maka tulislah dia kedalam syurga illiyyiin.”

فَفِي هَذَا الْخَبَرِ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ قَلِيلَ الْعَمَلِ إِذَا كَانَ لِوَجْهِ اللَّهِ تَعَالَى خَيْرٌ مِنَ الْكَثِيرِ لِغَيْرِ وَجْهِ

اللَّهِ تَعَالَى، لِأَنَّ الْقَلِيلَ إِذَا كَانَ لِوَجْهِ اللَّهِ تَعَالَى، فَإِنَّ اللَّهَ يُضَاعِفُهُ بِفَضْلِهِ كَمَا قَالَ اللَّهُ

تَعَالَى: {إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ ۖ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا} [النساء: 40]

وَأَمَّا الْكَثِيرُ إِذَا لَمْ يَكُنْ لِوَجْهِ اللَّهِ تَعَالَى فَلَا ثَوَابَ لَهُ وَمَأْوَاهُ جَهَنَّمُ

Dalam hadis ini terdapat dalil bahwa sesungguhnya amalan yg sedikit jika adanya karena mengharap ridho Allah ta’ala itu lebih baik dari pada amalan yg banyak tapi tidak mengharap ridho Allah ta’ala, alasannya karena sesungguhnya amalan yg sedikit jika adanya karena mengharap ridho Allah ta’ala maka sesungguhny Allah melipatgandakanya dengan anugrahNya sebagaimana firman Allah : “Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarah, niscaya Allah akan melipat gandakan dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar “(an nisa’ ayat 40). Adapun amalan yg banyak jika adanya bukan karena mengharap ridho Allah ta’ala maka tiada pahala baginya dan tempat kembalinya adalah neraka jahannam.

وَقِيلَ لِبَعْضِ الْحُكَمَاءِ: مَنِ الْمُخْلِصُ؟ قَالَ: الْمُخْلِصُ الَّذِي كَتَمَ حَسَنَاتِهِ كَمَا يَكْتُمُ سَيِّئَاتِهِ

Dan ditanyakan kpd sebagian ulama’ ahli hikmah : “Siapakah orang yg ikhlas itu?”

“Orang yg ikhlas adalah orang yg menyembunyikan kebaikannya sebagaimana dia menyembunyikan keburukannya.”

وَقِيلَ لِبَعْضِهِمْ: مَا غَايَةُ الْإِخْلَاصِ؟ قَالَ: أَنْ لَا يُحِبَّ مَحْمَدَةَ النَّاسِ.

Ditanyakan kpd sebagian yg lain : “Apa puncaknya ikhlas ?”

“Puncaknya ikhlas adalah ketidaksukaan thd pujian manusia.”

وَقِيلَ لِذِي النُّونِ الْمِصْرِيِّ: مَتَى يَعْلَمُ الرَّجُلُ أَنَّهُ مِنْ صَفْوَةِ اللَّهِ تَعَالَى؟ يَعْنِي مِنْ

خَوَاصِّهِ الَّذِينَ اصْطَفَاهُمُ اللَّهُ تَعَالَى، قَالَ: يَعْرِفُ ذَلِكَ بِأَرْبَعَةِ أَشْيَاءَ: إِذَا خَلَعَ الرَّاحَةَ،

يَعْنِي تَرَكَ الرَّاحَةَ، وَأَعْطَى مِنَ الْمَوْجُودِ، يَعْنِي يُعْطِي مِنَ الْقَلِيلِ الَّذِي عِنْدَهُ، وَأَحَبَّ

سُقُوطَ الْمَنْزِلَةِ، وَاسْتَوَتْ عِنْدَهُ الْمَحْمَدَةُ وَالْمَذَمَّةُ

Ditanyakan kpd Dzun Nun al Misri : “Kapankah seseorang itu mengetahui bahwa sesungguhnya dia adalah termasuk sebagian dari pilihan Allah ? maksudnya sebagian dari orang2 khusus yg dipilih oleh Allah ta’ala. Dzu Nun menjawab: “Hal itu bisa diketahui dengan empat perkara:

  1. ketika dia mencabut kesenangan, maksudnya meninggalkan kesenangan.
  2. memberikan dari yg ada, maksudnya memberikan dari yg sedikit yg ada di sampingnya.
  3. suka terhadap jatuhnya derajat.
  4. sama baginya antara pujian dan celaan.

TINGKATAN KEIKHLASAN

Ada orang yang bertanya:  Apakah boleh kita membaca waqiah dengan tujuan meraih dunia (kelancaran rizki)? Apakah hal ini tidak termasuk kategori Riya’. Permasalahan seperti ini bisa saja menggangu pikiran para jamaah. Maka dalam kesempatan ini saya ingin meluruskan mengenai definisi riya, ikhlas dan tingkatannya seperti berikut dan selanjutnya anda yang akan menjawab pertanyaan diatas dengan sendirinya. Dalam Risalah qusyairiyah disebutkan :

وقال الفضيل بن عياض رحمه الله تعالى: (ترك العمل من أجل الناس رياء، والعمل من أجل الناس شرك، والإخلاص أن يعافيك الله منهما) [“الرسالة القشيرية” ص95 ـ 96)

Fudhail bin iyadl Rahimahullah berkata: Meninggalkan Amal karena manusia itu namanya riya’, beramal karena manusia itu namanya syirik dan Ikhlas adalah jika engkau dijauhkan oleh Allah dari keduanya.

Sedang Ibnu Ajibah Rahimahullah berkata ;

الإخلاص على ثلاث درجات: إخلاص العوام والخواص وخواص الخواص.

Ikhlas terdiri atas tiga tahapan:

فإخلاص العوام: هو إخراج الخلق من معاملة الحق مع طلب الحظوظ الدنيوية والأخروية كحفظ البدن والمال وسعة الرزق والقصور والحور.

(1) Ikhlas awam. Yaitu, berbuat karena Allah semata, namun masih menginginkan bagian dunia dan akhirat, seperti kesehatan dan kekayaan –Rizki yang melimpah , juga kemegahan di surga serta bidadari;

وإخلاص الخواص: طلب الحظوظ الأخروية دون الدنيوية.

(2) Ikhlas Khusus. Yaitu, hanya menginginkan bagian akhirat tanpa memperdulikan bagiannya di dunia;

وإخلاص خواص الخواص: إخراج الحظوظ بالكلية، فعبادتهم تحقيق العبودية والقيامُ بوظائف الربوبية محبة وشوقاً إلى رؤيته،

(3) Ikhlas khawasul khawas. Yaitu, melepaskan seluruh keinginan atau bagian kesenangan serta balasan dunia dan akherat, persembahan mereka semata-mata hanya untuk merealisasikan ubudiyah sekaligus melaksanakan hak dan perintah Ke-Tuhanan (Rububiyah), karena cinta dan rindu untuk melihat Allah SWT. Dalam kitab minhajul abidin terdapat permasalahan yaitu: Banyak masyayikh yang mengamalkan surat waqiah sewaktu dilanda kesulitan (ayyamul usri), mereka membaca quran yang termasuk amalan akhirat tapi dengan menghendaki harta dunia, apakah tidak termasuk riya’? Imam ghazali menjawab bahwa tujuan mereka adalah dunia yang digunakan untuk kebaikan, mengajarkan ilmu, menolak ahli bid’ah, membela kebenaran, mengajak-ngajak manusia menuju ibadah, dan mempermudah ibadah.

فَهَذِهِ كُلُّهَا إرَادَاتٌ مَحْمُودَةٌ لَا يَدْخُلُ شَيْءٌ مِنْهَا فِي بَابِ الرِّيَاءِ ؛ إذْ الْمَقْصُودُ مِنْهَا أَمْرُ الْآخِرَةِ بِالْحَقِيقَةِ

Ini semua adalah keinginan / tujuan yang terpuji yang tidak masuk kedalamnya sesuatupun dari unsur riya’. Karena harta dunia (yang dicari dari surat waqiah) hakikatnya adalah berorientasi akhirat. Hal ini berlandaskan pada hadits shohih; “innamal a’mal bin niyyaat ” yang dijabarkan dalam sebuah hadits :

كم من عمل يتصور بصورة الدنيا فيصير من أعمال الآخرة بحسن النية, وكم من عمل يتصور بصور الآخرة فيصير من أعمال الدنيا بسوء النية

Betapa banyak amal yang berbentuk amal dunia tetapi menjadi amal akhirat karena baiknya niat dan betapa banyak amal yang berbentuk amal akhirat tetapi jadi amal dunia belaka karena jeleknya niat.

Leave your comment here: