PENJELASAN QURBAN DALAM KITAB FATHUL QORIB
(Fasal) Menjelaskan hukum-hukum kurban.
(فَصْلٌ)
فِيْ أَحْكَامِ (الْأُضْحِيَّةِ)
Al udhiyah, dengan membaca dlammah huruf hamzahnya menurut pendapat yang paling masyhur, yaitu nama binatang ternak yang disembelih pada hari Raya Kurban dan hari At Tasyriq karena untuk mendekatkan diri pada Allah Swt.
بِضَمِّ الْهَمْزَةِ فِيْ الْأَشْهَرِ وَهُوَ اسْمٌ لِمَا يُذْبَحُ مِنَ النَّعَمِ يَوْمَ عِيْدِ النَّحْرِ وَأَيَّامَ التَّشْرِيْقِ تَقَرُّبًا إِلَى اللهِ تَعَالَى
Hukum Kurban
Al udhiyah hukumnya adalah sunnah kifayah mu’akadah.
(وَالْأُضْحِيِّةُ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ)
عَلَى الْكِفَايَةِ
Sehingga, ketika salah satu dari penghuni suatu rumah telah adalah yang melaksanakannya, maka sudah mencukupi dari semuanya.
فَإِذَا أَتَى بِهَا وَاحِدٌ مِنْ أَهْلِ الْبَيْتِ كَفَى عَنْ جَمِيْعِهِمْ
Al udhiyah tidak bisa wajib kecuali dengan nadzar.
وَلَا تَجِبُ الْأُضْحِيَّةُ إِلَّا بِنَذْرٍ
Binatang Kurban
Yang bisa mencukupi di dalam Al udhiyah adalah kambing domba yang berusia satu tahun dan menginjak dua tahun.
(وَيُجْزِئُ فِيْهَا الْجَذْعُ مِنَ الضَّأْنِ)
وَهُوَ مَا لَهُ سَنَةٌ وَطَعَنَ فِيْ الثَّانِيَةِ
Dan kambing kacang yang berusia dua tahun dan menginjak tiga tahun.
(وَالثَّنِيُّ مِنَ الْمَعْزِ)
وَهُوَ مَا لَهُ سَنَتَانِ وَطَعَنَ فِيْ الثَّالِثَةِ
Dan onta ats tsaniyah yang berusia lima tahun dan memasuki usia enam tahun.
(وَالثَّنِيُّ مَنَ الْإِبِلِ)
مَا لَهُ خَمْسُ سِنِيْنَ وَطَعَنَ فِيْ السَّادِسَةِ
Dan sapi ats tsaniyah yang berusia dua tahun dan memasuki usia tiga tahun.
(وَالثَّنِيُّ مِنَ الْبَقَرَةِ)
مَالَهُ سَنَتَانِ وَطَعَنَ فِيْ الثَّالِثَةِ
Untuk Siapa Kurban ???
Satu ekor onta cukup digunakan kurban untuk tujuh orang yang bersama-sama melakukan kurban dengan satu onta.
(وَتُجْزِئُ الْبَدَنَةُ عَنْ سَبْعَةٍ)
اشْتَرَكُوْا فِيْ التَّضْحِيَّةِ بِهَا
Begitu juga satu ekor sapi cukup digunakan kurban untuk tujuh orang.
(وَ)
تُجْزِئُ (الْبَقَرَةُ عَنْ سَبْعَةٍ) كَذَلِكَ
Satu ekor kambing hanya cukup digunakan kurban untuk satu orang. Dan satu ekor kambing lebih afdlal daripada bersama-sama dengan orang lain melakukan kurban dengan onta.
(وَ)
تُجْزِئُ (الشَّاةُ عَنْ) شَخْصٍ (وَاحِدٍ) وَهِيَ أَفْضَلُ مِنْ مُشَارَكَتِهِ فِيْ بَعِيْرٍ
Kurban yang paling utama adalah onta, kemudian sapi lalu kambing.
وَأَفْضَلُ أَنْوَاعِ الْأُضْحِيَّةِ إِبِلٌ ثُمَّ بَقَرٌ ثُمَّ غَنَمٌ
Binatang Yang Tidak Sah
Ada empat binatang, dalam sebagian redaksi menggunakan bahasa, “arba’atun” yang tidak mencukupi untuk dijadikan kurban
(وَأَرْبَعٌ)
وَفِيْ بَعْضِ النُّسَخِ وَأَرْبَعَةٌ (لَا تُجْزِئُ فِيْ الضَّحَايَا)
Salah satunya adalah binatang yang buta satu matanya yang nampak jelas, walaupun bulatan matanya masih utuh menurut pendapat al ashah.
أَحَدُهَا (الْعَوْرَاءُ الْبَيِّنُ) أَيْ ظَاهِرٌ (عِوَرُهَا) وَإِنْ بَقِيَتِ الْحَدَقَةُ فِيْ الْأَصَحِّ
Yang kedua adalah binatang pincang yang nampak jelas pincangnya, walaupun pincang tersebut terjadi saat menidurkan miring binatang itu karena untuk disembelih saat prosesi kurban sebab gerakan binatang tersebut.
(وَ)
الثَّانِيْ (الْعَرْجَاءُ الْبَيِّنُ عَرَجُهَا) وَلَوْ كَانَ حُصُوْلُ الْعَرَجِ لَهَا عِنْدَ إِضْجَاعِهَا لِلتَّضْحِيَّةِ بِهَا بِسَبَبِ اضْطِرَابِهَا
Yang ketiga adalah binatang sakit yang nampak jelas sakitnya.
(وَ)
الثَّالِثُ (الْمَرِيْضَةُ الْبَيِّنُ مَرَضُهَا)
Dan tidak masalah jika hal-hal ini hanya sedikit saja.
وَلَا يَضُرُّ يَسِيْرُ هَذِهِ الْأُمُوْرِ
Yang ke empat adalah binatang al ‘ajfa’, yaitu binatang yang hilang bagian otaknya sebab terlalu kurus.
(وَ)
الرَّابِعُ (الْعَجْفَاءُ) وَهِيَ (الَّتِيْ ذَهَبَ مُخُّهَا) أَيْ ذَهَبَ دِمَاغُهَا (مِنَ الْهُزَالِ) الْحَاصِلِ لَهَا
Sudah dianggap cukup berkurban dengan binatang yang dikebiri, maksudnya binatang yang dipotong dua pelirnya, dan binatang yang pecah tanduknya jika memang tidak berpengaruh apa-apa pada dagingnya.
(وَيُجْزِئُ الْخَصِيُّ) أَيِ الْمَقْطُوْعُ الْخَصِيَّتَيْنِ (وَالْمَكْسُوْرُ القَرْنِ) إِنْ لَمْ يُؤَثِّرْ فِيْ اللَّحْمِ
Begitu juga mencukupi berkurban dengan binatang yang tidak memiliki tanduk, dan binatang seperti ini disebut dengan al jalja’.
وَيُجْزِئُ أَيْضًا فَاقِدَةُ الْقُرُوْنِ وَهِيَ الْمُسَمَّةُ بِالْجَلْجَاءِ
Tidak mencukupi berkurban dengan binatang yang terpotong seluruh telinganya, sebagiannya atau terlahir tanpa telinga.
(وَلَا تُجْزِئُ الْمَقْطُوْعَةُ)
كُلُّ (الْأُذُنِ) وَلَا بَعْضُهَا وَلَا الْمَخْلُوْقَةُ بِلَا أُذُنٍ
Dan tidak mencukupi binatang yang terpotong seluruh atau sebagian ekornya.
(وَ)
لَا الْمَقْطُوْعَةُ (الذَّنْبِ) وَلَا بَعْضِهِ
Waktu Pelaksanaan Kurban
Waktu penyembelihan kurban dimulai dari waktunya sholat Hari Raya, maksudnya Hari Raya Kurban.
(وَ) يَدْخُلُ (وَقْتُ الذَبْحِ) لِلْأُضْحِيَّةِ (مِنْ وَقْتِ صَلَاةِ الْعِيْدِ) أَيْ عِيْدِ النَّحْرِ
Ungkapan kitab ar Raudlah dan kitab asalnya, “waktu pelaksanaan kurban masuk ketika terbitnya matahari Hari Raya Kurban dan telah melewati kira-kira waktu yang cukup untuk melaksanakan sholat dua rakaat dan dua khutbah yang dilakukan agak cepat.” Ungkapan kitab ar Raudlah dan kitab asalnya telah selesai.
وَعِبَارَةُ الرَّوْضَةِ وَأَصْلِهَا يَدْخُلُ وَقْتُ التَّضْحِيَّةِ إِذَا طَلَعَتِ الشَّمْسُ يَوْمَ النَّحْرِ وَمَضَى قَدْرُ رَكْعَتَيْنِ وَخُطْبَتَيْنِ خَفِيْفَتَيْنِ انْتَهَى
Waktu penyembelihan binatang kurban tetap ada hingga terbenamnya matahari di akhir hari at Tasyriq. Hari at Tasyriq adalah tiga hari yang bersambung setelahnya tanggal sepuluh Dzil Hijjah.
وَيَسْتَمِرُّ وَقْتُ الذَّبْحِ (إِلَى غُرُوْبِ الشَّمْسِ مِنْ آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيْقِ) وَهِيَ الثَّلَاثَةُ الْمُتَّصِلَةُ بِعَاشِرِ الْحِجَّةِ
Kesunnahan Kurban
Disunnahkan melakukan lima perkara saat pelaksanaan kurban,
(وَيُسْتَحَبُّ عِنْدَ الذَّبْحِ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ)
Salah satunya adalah membaca basmalah. Maka orang yang menyembelih sunnah mengucapkan, “bismillah”. Dan yang paling sempurna adalah, “bismillahirahmanirrahim.”
أَحَدُهَا (التَّسْمِيَّةُ) فَيَقُوْلُ الذَّابِحُ “بِسْمِ اللهِ” وَالْأَكْمَلُ “بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ”
Dan seandainya orang yang menyembelih tidak mengucapkan basmalah, maka binatang kurban yang disembelih hukumnya halal.
وَلَوْ لَمْ يُسَمِّ حَلَّ الْمَذْبُوْحُ
Yang kedua adalah membaca shalawat kepada baginda Nabi Saw.
(وَ)
الثَّانِيْ (الصَّلَّاةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
Dimakruhkan mengumpulkan diantara nama Allah dan nama Rasul-Nya.
وَيُكْرَهُ أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَ اسْمِ اللهِ وَاسْمِ رَسُوْلِهِ
Yang ketiga adalah menghadapkan binatang kurbannya ke arah kiblat.
(وَ)
الثَّالِثُ (اسْتِقْبَالُ الْقِبْلَةِ) بِالذَّبِيْحَةِ
Maksudnya, orang yang menyembelih menghadapkan leher binatang yang disembelih kearah kiblat. Dan ia sendiri juga menghadap kiblat.
أَيْ يُوَجِّهُ الذَّابِحُ مَذْبَحَهَا لِلْقِبْلَةِ وَيَتَوَجَهُ هُوَ أَيْضًا.
Ke empat adalah membaca takbir tiga kali, maksudnya sebelum atau setelah membaca basmalah, sebagaimana yang dijelaskan oleh imam al Mawardi.
(وَ)
الرَّابِعُ (التَّكْبِيْرُ) أَيْ قَبْلَ التَّسْمِيَّةِ أَوْ بَعْدَهَا ثَلَاثًا كَمَا قَالَ الْمَاوَرْدِيُّ
Yang ke lima adalah berdoa semoga diterima oleh Allah Swt.
(وَ)
الْخَامِسُ (الدُّعَاءُ بِالْقَبُوْلِ)
Maka orang yang menyembelih berkata, “ya Allah, ini adalah dari Engkau dan untuk Engkau, maka sudilah Engkau menerimanya.” Maksudnya, “binatang kurban ini adalah nikmat dari-Mu untukku, dan aku mendekatkan diri pada-Mu dengan binatang kurban ini, maka terimalah binatang kurban ini dariku.”
فَيَقُوْلُ الذَّابِحُ “اللهم هَذِهِ مِنْكَ وَإِلَيْكَ فَتَقَبَّلْ” أَيْ هَذِهِ الْأُضْحِيَّةُ نِعْمَةٌ مِنْكَ عَلَيَّ وَتَقَرَّبْتُ بِهَا إِلَيْكَ فَتَقَبَّلْهَا مِنِّيْ
Memakan Daging Kurban
Orang yang melaksanakan kurban tidak diperkenankan memakan apapun dari kurban yang dinadzari.
(وَلَا يَأْكُلُ الْمُضَّحِيْ شَيْئًا مِنَ الْأُضْحِيَّةِ الْمَنْذُوْرَةِ)
Bahkan bagi dia wajib mensedekahkan semua dagingnya.
بَلْ تَجِبُ عَلَيْهِ التَّصَدُّقُ بِجَمِيْعِ لَحْمِهَا
Kemudian, seandainya ia menunda untuk mensedekahkannya hingga rusak, maka wajib baginya untuk mengganti.
فَلَوْ أَخَّرَهَا فَتَلِفَتْ لَزِمَهُ ضَمَانُهُ
Ia diperkenankan memakan sepertiga dari binatang kurban yang sunnah menurut pendapat al Jadid.
(وَيَأْكُلُ مِنَ الْأُضْحِيَّةِ الْمُتَطَوِّعَةِ بِهَا) ثُلُثًا عَلَى الْجَدِيْدِ
Sedangkan untuk dua sepertiganya, maka ada yang mengatakan harus disedekahkan, dan ini diunggulkan oleh imam an Nawawi di dalam kitab Tashhih at Tanbih.
وَأَمَّا الثُّلُثَانِ فَقِيْلَ يُتَصَدَّقُ بِهِمَا وَرَجَّحَهُ النَّوَوِيُّ فِيْ تَصْحِيْحِ التَّنْبِيْهِ
Dan ada yang mengatakan, bahwa ia menghadiahkan sepertiga dari dagingnya kepada kaum muslimin yang kaya dan mensedekahkan sepertiganya kepada kaum faqir.
وَقِيْلَ يُهْدِيْ ثُلُثًا لِلْمُسْلِمِيْنَ الْأَغْنِيَاءَ وَيَتَصَدَّقُ بِثُلُثٍ عَلَى الْفُقَرَاءِ مِنْ لَحْمِهَا
Di dalam kitab ar Raudlah dan kitab asalnya, imam an Nawawi tidak mengunggulkan salah satu dari dua pendapat ini.
وَلَمْ يُرَجِّحِ النَّوَوِيُّ فِيْ الرَّوْضَةِ وَأَصْلِهَا شَيْئًا مِنْ هَذَيْنِ الْوَجْهَيْنِ
Menjual Daging Kurban
Tidak boleh menjual, maksudnya bagi orang yang melaksanakan kurban diharamkan untuk menjual bagian dari binatang kurbannya, maksudnya dari daging, bulu atau kulitnya.
(وَلَا يَبِيْعُ) أَيْ يَحْرُمُ عَلَى الْمُضَّحِيْ بَيْعُ شَيْئٍ (مِنَ الْأُضْحِيَّةِ) أَيْ مِنْ لَحْمِهَا أَوْ شَعْرِهَا أَوْ جِلْدِهَا
Begitu juga haram menjadikan bagian dari binatang kurban sebagai ongkos untuk pejagal, walaupun berupa binatang kurban yang sunnah.
وَيَحْرُمُ أَيْضًا جَعْلُهُ أُجْرَةً لِلْجَزَارِ وَلَوْ كَانَتِ الْأُضْحِيَّةِ تَطَوُّعًا
Wajib memberi makan bagian dari binatang kurban yang sunnah kepada kaum faqir dan kaum miskin.
(وَيُطْعِمُ) حَتْمًا مِنَ الْأُضْحِيَّةِ الْمُتَطَوِّعَةِ بِهَا (الْفُقَرَاءَ وَالْمَسَاكِيْنَ)
Yang paling utama adalah mensedekahkan semuanya kecuali satu atau beberapa cuil daging yang dimakan oleh orang yang melakukan kurban untuk mengharapkan berkah. Karena sesungguhnya hal itu disunnahkan baginya.
وَالْأَفْضَلُ التَّصَدُّقُ بِجَمِيْعِهَا إِلَّا لُقْمَةً أَوْ لُقَمًا يَتَبَرَّكُ الْمُضَّحِيْ بِأَكْلِهَا فَإِنَّهُ يُسَنُّ لَهُ ذَلِكَ
Ketika ia memakan sebagian dan mensedekahkan yang lainnya, maka ia telah mendapatkan pahala berkurban semuanya dan pahala sedekah sebagiannya saja.
وَإِذَا أَكَلَ الْبَعْضَ وَتَصَدَّقَ بِالْبَاقِيْ حَصَلَ لَهُ ثَوَابُ التَّضْحِيَّةِ بِالْجَمِيْعِ وَالتَّصَدُّقِ بِالْبَعْضِ
(Sumber : Kitab Fathul Qorib)