CARA MEMPEROLEH PENYEMANGAT DALAM BERIBADAH KEPADA ALLOH SWT.

CARA MEMPEROLEH PENYEMANGAT DALAM BERIBADAH KEPADA ALLOH SWT.

بسم الله الرحمن الرحيم

فصلٌ
Ketahuilah bahwa permulaan menempuh jalan menuju Allah (thariqah) adalah sebuah dorongan kuat yang diletakkan di dalam hati seorang hamba yang membuatnya gelisah, khawatir dan mendorongnya untuk mendatangi Allah dan (menuju) Akhirat, serta berpaling dari (kehidupan) dunia dan menjauhi perkara yang semua manusia sibuk dengannya seperti ikut andil dalam meramaikan dunia (bermegahan), menumpuk-numpuknya, menikmati kesenangan di dunia (sehingga lalai) dan tertipu dengan hiasan luarnya.
اِعلم أنّ أوّل الطريق باعثٌ قويّ يُقذف في قلب العبد يُزعجه ويُقْلقه ويَحثُّه على الإقبال على الله والدّارِ الآخرة، وعلى الإعراض عن الدُّنيا وعمّا الخَلْقُ مشغولون به مِن عَمارَتِها وجَمعِها والتَّمَتُّع بشهواتِها والاغتِرارِ بِزخَارِفها.

Dorongan ini adalah sebagian dari tentara Allah yang bersifat batin. Ia termasuk pemberian atau hadiah yakni berupa pertolongan dan tanda-tanda hidayah (memperoleh petunjuk). Sering kali dorongan seperti ini dibukakan pada hamba saat dalam kondisi takut, susah, suka ataupun rindu dan (juga) saat memandang Ahlullah[1] ta’ala atau dilihat oleh mereka. Dan kadang-kadang dorongan tersebut diperoleh tanpa sebab.
وهذا الباعِثُ مِن جنود الله الباطِنة، وهو مِن نَفحاتِ العِناية وأعلامِ الهِدايَة، وكثيراً ما يُفتَح بهِ على العبْدِ عِند التَخْويف والتّرغيب والتّشويق، وعِند النّظَرِ إلى أهل الله تعالى والنّظَرِ منهم، وقد يقعُ بِدون سببٍ

Menyingkap dan berupaya memperoleh pemberian-pemberian-Nya itu merupakan perbuatan yang diperintahkan dan disukai. Sedangkan menunggu dan meneliti saja tanpa ada upaya menyingkap dan tanpa membuka pintunya adalah sebuah kebodohan dan kedunguan. Bagaimana tidak seperti itu? Sementara Rasulullah –‘alaihi assholatu wassalam- telah bersabda: “Sesungguhnya Tuhan kalian memiliki banyak pemberian di hari-hari dalam tahun kalian. Ingatlah, cari dan temukanlah pemberian itu!”
والتّعرُّضُ للنَّفحات مأمورٌ به ومُرغَّبٌ فيه والانتِظار والاِرتِقاب بدون التَّعرُّض ولزوم الباب حُمقٌ وغَباوةٌ. كيف و قد قالَ عليه الصّلاةُ والسّلام: ” إنَّ لِرَبّكم في أيّام دهركُم نفحاتٍ ألاَ فتَعرّضوا لها”

Dan siapapun yang diistimewakan oleh Allah dengan dorongan yang mulia ini maka ketahuilah kadar dan ukurannya yang luhur. Yakinlah bahwa hal tersebut merupakan sebagian nikmat paling besar dari Allah yang tidak ternilai dan tidak bisa dibandingkan dengan apapun. Oleh karena itu, (orang yang memperoleh dorongan tadi) hendaknya memperbanyak bersyukur kepada Allah ta’ala atas apapun yang Ia berikan dan prioritaskan kepada orang tersebut serta beryukur karena Allah telah mengistimewakannya daripada teman dan rekan-rekannya. Padahal berapa banyak orang islam yang telah mencapai umur 80 tahun bahkan lebih sementara itu ia belum menemukan dorongan ini dan (juga) tidak menempuh –mencarinya- satu haripun dari waktunya.
ومَن أكرَمه الله بهذا الباعِث الشَّريف فَليَعرِف قَدرَهُ المُنيف، وَلْيَعلَم أنّهُ مِن أعظَم نِعَم الله تعَالى عليه التي لا يُقدّرُ قَدرُها ولا يُبْلَغُ شُكرُها فَلْيُبالِغ في شُكر الله تعالى على ما منَحه وأوْلاهُ، وخصّه به مِن بين أشكالِه وأقرانِه فَكم مِن مُسلمٍ بلَغَ عُمرُه ثمانين سنَةً وأكثر لم يجد هذا الباعِث ولم يطْرُقْهُ يوماً مِن الدّهر

Keharusan bagi murid[2] berusaha dengan tekun dalam menguatkan, menjaga dan menurutinya -yakni dorongan ini-.
(Cara) menguatkannya adalah dengan dzikrullah (berdzikir dan ingat kepada Allah, memikirkan/merenungkan apa-apa yang ada di sisi Allah dan bergaul serta dekat pada Ahlullah.
(Cara) menjaga dan memeliharanya adalah dengan menjauhi duduk-duduk, berkumpul dengan orang yang terhalangi dari Allah dan melawan godaan-godaan syetan.
Dan (cara) menurutinya (yakni menuruti dan meng-iyakan dorongan yang sudah dijelaskan) yaitu dengan bergegas kembali menuju kepada Allah ta’ala, bersungguh-sungguh dalam mendatangi dan menuju Allah, tidak bermalas-malasan, menunda-nunda, mengkendurkan dan mengakhirkannya karena kesempatan telah datang kepadanya untuk itu bergegaslah menggunakannya. Dan (juga) pintu (menuju Allah melalui dorongan yang telah telah diberikan) telah dibukakan untuknya, untuk itu masuklah. Serta ia sudah diajak (oleh dorongan tadi) maka bergegaslah. Dan waspadalah dari “besok-besok” (menunda dengan alasan masih ada waktu) karena hal tersebut termasuk dari perbuatan syetan. Kerjakanlah, jangan menjadi kendur (lengah) dan jangan beralasan tidak sempat dan tidak pantas (belum layak).
وعلى المُريد أن يجتهد في تَقْويَته وحِفظِه وإجابَته -أعني هذا الباعِث-
فَتقوِيَته بالذّكر لله، والفِكر فيما عِند الله، والمُجالسة لأهل الله
وحِفظِه بالبُعد عَن مُجالسة المحجوبين والإعراضِ عَن وَسوَسة الشياطين
وإجابَتهِ بأن يُبادر بالإنابة إلى الله تعالى، ويَصْدُقَ في الإقبالِ على الله، ولا يَتَوَانى ولا يُسوِّف ولا يَتَباطَأ ولا يُؤَخِّر وقد أمكنَتْه الفُرصةُ فلْيَنتهِزها، وفُتِح له الباب فلْيَدخُل، ودَعاه الدّاعي فليُسرع، وَلْيحذَر مِن غدٍ بعد غدٍ فإنّ ذلك مِن عمَل الشّيطان، ولْيُقبل ولا يَتَثبّط ولا يتَعلَّل بِعَدم الفَراغ وعدم الصّلاحِيّة

Syaikh Abu Rabi’ rahimahullah telah berkata: “Berjalanlah menuju Allah dengan keadaan pincang dan lemah. Janganlah kalian menunggu sehat, karena menunggu sehat adalah wujud tunakarya (pengangguran yang tidak akan memperoleh apa-apa)”.
Dan Syaikh Ibnu ‘Athaillah telah berkata di kitab al Hikam: “menunda beramal (bekerja ataupun berkegiatan) sampai (menunggu) adanya kesempatan merupakan kebodohan jiwa”.
قال أبو الرّبيع رحِمه الله: سِيروا إلى الله عُرْجاً وَمَكَاسِير ولا تَنتَظروا الصِّحة فإنّ انتظار الصِّحة بَطالَةٌ
وقال ابنُ عطاءِ الله في الحِكم: إحالَتُك العَمَل على وُجود الفراغِ مِن رُعوناتِ النّفوس

وقال ابنُ عطاءِ الله في الحِكم: إحالَتُك العَمَل على وُجود الفراغِ مِن رُعوناتِ النّفوس

[1] Kata “ahlu” tidak diterjemahkan karena malahan akan menyempitkan makna, ahlu secara bahasa bisa berarti keluarga, pakar dan kelompok. Sehingga Ahlullah secara bahasa bermakna keluarga Allah, orang atau kelompok yang concern pada Allah. Jadi Ahlullah bisa jadi wali, orang-orang sholih, ulama ataupun kiyai.
[2] Istilah ini sudah dijelaskan pada ngaji yang pertama silahkan yang merujuk di sini.

Leave your comment here: