KHUTBAH JUM’AT : IMAN KEPADA ALLOH SWT DAN ROSULNYA ADALAH PERBUATAN YANG PALING UTAMA

KHUTBAH JUM’AT : IMAN KEPADA ALLOH SWT DAN ROSULNYA ADALAH PERBUATAN YANG PALING UTAMA

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ وَفَّقَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِفَضْلِهِ وَكَرَمِهِ، وَخَذَلَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِمَشِيْئَتِهِ وَعَدْلِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَلَا شَبِيْهَ وَلَا مِثْلَ وَلَا نِدَّ لَهُ، وَلَا حَدَّ وَلَا جُثَّةَ وَلَا أَعْضَاءَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا وَعَظِيْمَنَا وَقَائِدَنَا وَقُرَّةَ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،وَصَفِيُّهُ وَحَبِيْبُهُ. اَللهم صَلِّ وَسَلِّمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَّالَاهُ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ. أَمَّابَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ (التوبة: ١١٩)

Saudara-saudara seiman, Perbuatan-perbuatan baik, adakalanya dilakukan dengan anggota badan yang tampak (a’mâlul jawârih), seperti shalat, zakat, puasa, haji, sedekah, baca al-Qur’an, dan lain-lain; dan adakalanya dilakukan oleh hati yang disebut para ulama dengan istilah perbuatan-perbuatan hati (a’mâlul qalb), seperti kewajiban iman, ikhlash, tawakkal dan lainnya. Di antara seluruh perbuatan baik tersebut, baik yang tampak maupun yang dilakukan oleh hati, perbuatan yang paling utama dan mulia adalah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Al-Bukhari dalam Shahih-nya meriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu bahwa Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallamditanya: Apakah amal yang paling utama? maka Nabi menjawab :

إِيْـمَانٌ بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)

Maknanya: “Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya” (HR al Bukhari).

Jadi perbuatan baik yang paling utama secara mutlak adalah iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Iman adalah pondasi dari bangunan takwa. Tanpa iman, seseorang tidak akan meraih derajat takwa. Amal shalih yang dibangun di atas pondasi iman akan membentuk bangunan takwa. Iman adalah syarat diterimanya amal shalih. Sebanyak apa pun seseorang melakukan bentuk-bentuk amal shalih, maka itu semua tidak bernilai pahala dan tidak diterima oleh Allah ta’ala , jika tidak dilandasi iman.

Ma‘âsyiral muslimîn hafidhakumullah, Oleh karena itu, jika ada sejumlah hadits yang menyatakan bahwa sebaik-baik perbuatan adalah shalat di awal waktu, berbakti kepada kedua orang tua dan jihad di jalan Allah atau yang lain, maka yang dimaksud bahwa perbuatan-perbuatan tersebut adalah termasuk di antara perbuatan yang paling utama, bukan perbuatan yang paling utama secara mutlak.Karena, sekali lagi, perbuatan yang paling utama secara mutlak adalah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Ma‘âsyiral muslimîn hafidhakumullâh, Beriman kepada Allah adalah meyakini seyakin-yakinnya tanpa ada keraguan sedikit pun bahwa Allah ada, tidak serupa dengansegala yang ada. Dia adalah satu-satunya Dzat yang berhak dan wajib disembah. Dialah yang menetapkan, menentukan, menghendaki, menciptakan dan menaqdirkan segala sesuatu. Juga meyakini bahwa Dia Mahasuci dari tempat, arah, bentuk dan segala sifat makhluk. Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah. Dia bukan benda yang tersusun dari bagian-bagian. Dia tidak berbentuk atau berukuran.Dia bersifat dengan segala sifat kesempurnaan yang layak baginya dan Mahasuci dari segala sifat yang menunjukkan kekurangan dan kelemahan.

Allah ta’ala menegaskan tentang Dzat-Nya :

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (الشورى: ١١)

Maknanya: “Tidak ada sesuatu apa pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS asy-Syura: 11).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

لَا فِكْرَةَ فِي الرَّبِّ (رَوَاهُ الدَّارَقُطْنِيُّ فِي الْأَفْرَادِ وَالْبَغَوِيُّ فِي تَفْسِيْرِهِ)

Maknanya: “Tuhan tidak dapat dibayangkan” (HR ad-Daraquthni dalam al-Afrad dan al-Baghawi dalam Tafsirnya).

Syekh Abdul Qadir al-Jilani qaddasallahu sirrahu mengatakan dalam kitab al-Fath ar-Rabbani :

اِنْفُوْا عَنْهُ مَا لَا يَلِيْقُ بِهِ، وَأَثْبِتُوْا لَهُ مَا يَلِيْقُ بِهِ

Maknanya: “Sucikan Allah dari sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya dan tetapkan bagi-Nya sifat-sifat yang layak bagi-Nya.” Beliau juga menegaskan bahwa kita tidak boleh menyatakan Allah ada di mana-mana atau di semua tempat, karena kita wajib meyakini bahwa Allah ada tanpa membutuhkan tempat.

Beliau mengatakan dalam kitabal-Ghunyah :

وَلَا يَجُوْزُ وَصْفُهُ بِأَنَّهُ فِي كُلِّ مَكَانٍ

Maknanya:“Tidak boleh menyifati Allah dengan berada di mana-mana.”

Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani dalam kitab Nur azh-Zhalam ‘ala ‘Aqidat al-‘Awam menyatakan :

وَكُلُّ مَا خَطَرَ بِبَالِكَ مِنْ صِفَاتِ الْحَوَادِثِ لَا تُصَدِّقْ أَنَّ فِي اللهِ شَيْئًا مِنْ ذٰلِكَ، وَلَيْسَ لَهُ مَكَانٌ أَصْلًا

Maknanya: “Dan semua yang terlintas dalam benakmu yang berupa sifat-sifat makhluk, jangan percaya bahwa terdapat pada Allah salah satu dari sifat-sifat makhluk tersebut. Allah sama sekali tidak menempati suatu tempat.”

Ma‘âsyiral muslimîn hafidhakumullâh, Sedangkan beriman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maknanya adalah meyakini dengan keyakinan yang pasti, tanpa tercampuri keraguan sedikitpun, bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah utusan Allah, jujur dalam segala hal yang ia sampaikan dari Allah, baik berkaitan dengan halal-haram, perkara-perkara ghaib seperti adanya para malaikat, berita tentang para nabi dan rasul serta umat terdahulu, peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di alam barzakh dan akhirat, ataupun tentang keyakinan bahwa segala sesuatu adalah taqdir dan ketentuan Allah ta’ala. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah salah dalam satu pun di antara perkara-perkara yang telah beliau beritakan tersebut.

Allah ta’ala menguatkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan mukjizat-mukjizat luar biasa, yang menunjukkan secara pasti akan kenabian dan kerasulannya. Seperti halnya para nabi dan rasul seluruhnya, Allah menghiasi Nabi Muhammad dengan sifat jujur, amanah, terjaga dari perbuatan-perbuatan rendah dan hina, ma’shum sehingga tidak muncul darinya kekufuran sebelum diangkat menjadi nabi dan sesudahnya. Juga tidak muncul darinya salah satu dosa besar atau perbuatan hina yang menunjukkan kerendahan dan kehinaan jiwa.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyeru kepada kita semua untuk memeluk agama Islam, agama para nabi seluruhnya, satu-satunya agama yang diridlai oleh Allah ta’ala. Akhirnya, kita berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar menetapkan iman dan islam kita hingga akhir hayat sehingga kita meninggalkan dunia yang fana’ ini dalam keadaan husnul khatimah. Amin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Leave your comment here: