KISAH ISROILIYYAT : PELACUR BERTAUBAT YANG MENURUNKAN TUJUH NABI

KISAH ISROILIYYAT : PELACUR BERTAUBAT YANG MENURUNKAN TUJUH NABI

Bismillahir rohmaanir rohiim

Kisah tersebut termaktub dalam kitab Tanbih al-Ghafilin karya asy-Syaikh al-Alim al-Faqih Abi Laits as-Samarqondi (kisah isroiliyyat), berikut teks arob nya

سَمِعْتُ أَبِي يَحْكِي أَنَّ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتِ امْرَأَةٌ بَغِيًّا، وَكَانَتْ مُفْتِنَةً لِلنَّاسِ بِجَمَالِهَا، وَكَانَ بَابُ دَارِهَا أَبَدًا مَفْتُوحًا، فَكُلُّ مَنْ مَرَّ بِبَابِهَا رَآهَا قَاعِدَةً فِي دَارِهَا عَلَى السَّرِيرِ بِحِذَاءِ الْبَابِ، فَكُلُّ مَنْ نَظَرَ إِلَيْهَا افْتُتِنَ بِهَا، فَإِذَا أَرَادَ الدُّخُولَ إِلَيْهَا احْتَاجَ إِلَى إِحْضَارِ عَشْرَةِ دَنَانِيرَ، أَوْ أَقَلِّ أَوْ أَكْثَرِ، حَتَّى تَأْذَنَ لَهُ بِالدُّخُولِ عَلَيْهَا

فَمَرَّ بِهَا ذَاتَ يَوْمٍ عَابِدٌ مِنَ الْعُبَّادِ فَوَقَعَ بَصَرُهُ فِي الدَّارِ وَهِيَ قَاعِدَةٌ عَلَى السَّرِيرِ، فَافْتُتِنَ بِهَا فَجَعَلَ يُجَاهِدُ نَفْسَهُ وَيَدْعُو اللَّهَ تَعَالَى لِيُزِيلَ ذَلِكَ مِنْ قَلْبِهِ، فَلَمْ يَزَلْ ذَلِكَ عَنْهُ، وَكَانَ يُكَابِدُ نَفْسَهُ الْمُكَابَدَةَ الشَّدِيدَةَ حَتَّى بَاعَ قُمَاشًا كَانَ لَهُ وَجَمَعَ مِنَ الدَّنَانِيرَ مَا يَحْتَاجُ إِلَيْهِ، فَجَاءَ إِلَى بَابِهَا وَأَمَرَتْ أَنْ يُسَلِّمَ ذَلِكَ إِلَى وَكِيلٍ لَهَا، وَوَاعَدَتْهُ وَقْتًا لِمَجِيئِهِ، فَجَاءَ إِلَيْهَا فِي ذَلِكَ الْوَقْتِ وَقَدْ تَزَيَّنَتْ وَجَلَسَتْ فِي بَيْتِهَا عَلَى سَرِيرِهَا فَدَخَلَ عَلَيْهَا الْعَابِدُ وَجَلَسَ مَعَهَا عَلَى السَّرِيرِ، فَلَمَّا مَدَّ يَدَهُ إِلَيْهَا وَانْبَسَطَ إِلَيْهَا، تَدَارَكَهُ اللَّهُ تَعَالَى بِرَحْمَتِهِ وَبَرَكَاتِهِ وَعِبَادَتِهِ الْمُتَقَدِّمَةِ، فَوَقَعَ فِي قَلْبِهِ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَرَانِي فِي هَذِهِ الْحَالَةِ فَوْقَ عَرْشِهِ وَأَنَا فِي الْحَرَامِ، وَقَدْ أَحْبَطَ عَمَلِي كُلَّهُ فَوَسِعَتِ الْهَيْبَةُ فِي قَلْبِهِ

وَارْتَعَدَتْ فَرَائِصُهُ وَتَغَيَّرَ لَوْنُهُ

فَنَظَرَتِ الْمَرْأَةُ إِلَيْهِ فَرَأَتْهُ مُتَغَيِّرَ اللَّوْنِ فَقَالَتْ: أَيُّ شَيْءٍ أَصَابَكَ قَالَ: إِنِّي أَخَافُ رَبِّي، فَائْذَنِي لِي بِالْخُرُوجِ، فَقَالَت لَهُ، وَيْحَكَ إِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ يَتَمَنَّوْنَ الَّذِي وَجَدْتَهُ، فَأَيُّ شَيْءٍ هَذَا الَّذِي أَنْتَ فِيهِ؟ فَقَالَ لَهَا: إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ تَعَالَى، وَإِنَّ الْمَالَ الَّذِي دَفَعْتُهُ إِلَيْكِ هُوَ حَلَالٌ لَكِ فَائْذَنِي لِي بِالْخُرُوجِ

(1/121)

فَقَالَتْ لَهُ كَأَنَّكَ لَمْ تَعْمَلْ هَذَا الْعَمَلَ قَطُّ

قَالَ: لَا

قَالَتِ الْمَرْأَةُ: مِنْ أَيْنَ أَنْتَ؟ وَمَا اسْمُكَ؟ فَأَخْبَرَهَا أَنَّهُ مِنْ قَرْيَةِ كَذَا، وَاسْمُهُ كَذَا، فَأَذِنَتْ لَهُ بِالْخُرُوجِ فَخَرَجَ مِنْ عِنْدِهَا وَهُوَ يَدْعُو بِالْوَيْلِ وَالثُّبُورِ، وَيَبْكِي عَلَى نَفْسِهِ، وَيَحْثُو التُّرَابَ عَلَى رَأْسِهِ.

فَوَقَعَتِ الَهَيْبَةُ فِي قَلْبِ الْمَرْأَةِ بِبَرَكَةِ ذَلِكَ الْعَابِدِ، فَقَالَتْ فِي نَفْسِهَا: إِنَّ هَذَا الرَّجُلَ أَوَّلُ ذَنْبٍ أَذْنَبَهُ، وَقَدْ دَخَلَ عَلَيْهِ مِنَ الْخَوْفِ مَا دَخَلَ، وَإِنِّي قَدْ أَذْنَبْتُ مُنْذُ كَذَا وَكَذَا سَنَةٍ، وَإِنَّ رَبَّهُ الَّذِي يَخَافُ مِنْهُ هُوَ رَبِّي، فَخَوْفِي مِنْهُ يَنْبَغِي أَنْ يَكُونَ أَشَدَّ، فَتَابَتْ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى وَأَغْلَقَتْ بَابَهَا عَنِ النَّاسِ وَلَبِسَتْ ثِيَابًا خَلِقَةً، وَأَقْبَلَتْ عَلَى الْعِبَادَةِ.

وَكَانَتْ فِي عِبَادَتِهَا مَا شَاءَ اللَّهُ

فَقَالَتْ فِي نَفْسِهَا إِنِّي لَوِ انْتَهَيْتُ إِلَى ذَلِكَ الرَّجُلِ فَلَعَلَّهُ يَتَزَوَّجُنِي فَأَكُونُ عِنْدَهُ فَأَتَعَلَّمُ مِنْ أَمْرِ دِينِي وَيَكُونُ عَوْنًا لِي عَلَى عِبَادَةِ اللَّهِ تَعَالَى، فَتَجَهَّزَتْ وَحَمَلَتْ مَعَهَا مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْخَدَمِ مَا شَاءَ اللَّهُ، فَانْتَهَتْ إِلَى تِلْكَ الْقَرْيَةِ وَسَأَلَتْ عَنْهُ، فَأُخْبِرَ الْعَابِدُ أَنَّهُ قَدِمَتِ امْرَأَةٌ تَسْأَلُ عَنْهُ، فَخَرَجَ الْعَابِدُ إِلَيْهَا فَلَمَّا رَأَتْهُ الْمَرْأَةُ كَشَفَتْ وَجْهَهَا لِيَعْرِفَهَا، فَلَمَّا رَآهَا الْعَابِدُ عَرَفَ وَجْهَهَا وَتَذَكَّرَ الْأَمْرَ الَّذِي كَانَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا، فَصَاحَ صَيْحَةً وَخَرَجَتْ رُوحُهُ وَبَقِيَتِ الْمَرْأَةُ حَزِينَةً، وَقَالَتْ: إِنِّي خَرَجْتُ لِأَجْلِهِ وَقَدْ مَاتَ، فَهَلْ مِنْ أَقْرِبَائِهِ أَحَدٌ يَحْتَاجُ إِلَى امْرَأَةٍ؟ فَقَالُوا: إِنَّ لَهُ أَخًا صَالِحًا لَيْسَ لَهُ مَالٌ، فَقَالَتْ لَا بَأْسَ، وَإِنَّ لِي مِنَ الْمَالِ مَا فِيهِ غُنْيَةٌ فَجَاءَ أَخُوُه فَتَزَوَّجَ بِهَا فَوَلَدَ مِنْهَا سَبْعَةً مِنَ الْبَنِينِ، كُلُّهُمْ صَارُوا أَنْبِيَاءَ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ وَاللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَعْلَمُ.

(1/122)

TERJEMAHAN BEBAS

Diceritakan, dahulu di kalangan bani Israil terdapat seorang wanita pelacur yang sangat cantik dan telah menimbulkan banyak fitnah di kalangan manusia karena kecantikannya. Pintu rumah pelacur tersebut selalu terbuka, sehingga setiap orang yang melintasi rumahnya, selalu dapat melihat diri pelacur tersebut sedang duduk di atas ranjang menunggu pelanggan yang akan datang kepadanya.

Setiap orang yang melihatnya pasti akan tergoda oleh kecantikannya. Barangsiapa yang ingin berkencan dengannya, maka orang tersebut harus menyediakan paling sedikit sepuluh dinar emas atau lebih.

Suatu ketika, melintaslah seorang ahli ibadah di depan rumah pelacur tersebut dan tanpa sengaja karena memang pintu rumah pelacur tersebut selalu terbuka, pandangan mata ahli ibadah tersebut jatuh pada pelacur yang sedang duduk di atas ranjang di dalam rumahnya. Dan dengan sebab pandangan itulah, tiba-tiba muncul dalam diri ahli ibadah tersebut keinginan luar biasa kepada si wanita pelacur.

Keinginan yang tiba-tiba muncul tersebut sangat menyiksa dirinya, dia telah berusaha sekuat tenaga dan berdoa kepada Allah agar keinginan tersebut dihilangkan dari dirinya tapi tetap saja tidak bisa, sehingga akhirnya bekerjalah ahli ibadah tersebut untuk mengumpulkan dinar sebagai upah yang akan dibayarkan pada si wanita pelacur.

Setelah terkumpul sepuluh dinar, ia segera menuju rumah si pelacur dan diserahkannya uang tersebut kepada pembantunya. Setelah uang diserahkan dan dipersilahkan masuk oleh pembantu tadi, ia diminta untuk menunggu sebentar karena si wanita pelacur sedang berdandan.

Tidak begitu lama ahli ibadah tersebut menunggu, muncullah si wanita pelacur dengan dandanan yang sangat mempesona sekali lalu segera menuju ranjang yang biasa ia gunakan untuk menjamu para tamunya.

Melihat si wanita pelacur sudah siap di atas ranjang, ahli ibadah tersebut segera bergegas menuju ranjang dan duduk dipinggirnya. Dengan agak canggung dan perlahan, ahli ibadah tersebut ingin menyentuh si wanita pelacur dengan tangannya, tetapi ketika tangannya hampir menyentuh tubuh si wanita pelacur tersebut, tiba-tiba dengan rahmat dan barokah ibadah yang telah ia lakukan dimasa yang lalu, Allah Ta’ala mengingatkan dirinya bahwasanya apa yang akan ia lakukan adalah salah satu perbuatan yang sangat hina dan memalukan.

Hati kecil ahli ibadah tersebut tiba-tiba berkata pada dirinya sendiri; “Sesungguhnya apa yang saya lakukan saat ini dilihat oleh Allah Ta’ala di atas Arsy-Nya, saat ini saya sedang dalam keadaan yang diharamkan oleh-Nya, maka hancurlah sudah amal-amalku yang telah lalu”.

Setelah ahli ibadah tersebut berkata demikian di dalam hatinya, tiba-tiba ia dikuasai ketakutan luar biasa kepada Allah Ta’ala sehingga badannya seakan lumpuh dan berubah warna wajahnya menjadi sangat pucat.

Melihat perubahan drastis pada diri si ahli ibadah, pelacur tersebut memandangnya dengan agak kebingungan dan berkata kepadanya; “Apa yang terjadi padamu?”.

Ahli ibadah menjawab; “Aku sungguh takut kepada Tuhanku, izinkanlah aku keluar dari tempat ini”.

Pelacur tersebut berkata; “Lucu sekali dirimu….banyak orang yang telah menanti-nanti kesempatan ini, kenapa engkau malah menyia-nyiakannya?, apa gerangan yang menyebabkan kamu berubah pikiran?!”.

Ahli ibadah menjawab; “Aku sungguh takut pada Allah Ta’ala, uang yang telah aku serahkan padamu aku halalkan dan izinkan aku keluar dari tempat ini”.

Pelacur tersebut berkata; “Sepertinya kamu belum pernah melakukan hal seperti ini sama sekali?”.

Ahli ibadah tersebut menjawab; “Tidak….aku belum pernah melakukannya sama sekali”.

Melihat kepolosan si ahli ibadah, pelacur tersebut penasaran dan bertanya; “Dari mana asalmu dan siapa namamu?”.

Mendengar pertanyaan dari pelacur tersebut, ahli ibadah menjawab bahwa ia berasal dari daearah ini dan namanya adalah fulan. Setelah memberi tahu tentang daerah asalnya dan namanya, barulah ahli ibadah tersebut diizinkan untuk keluar dari rumah si pelacur.

Setelah keluar dari rumah si pelacur, ahli ibadah tersebut tidak henti-hentinya memaki dirinya sendiri sambil mengambil debu dijalanan dan dilumurkannya ke kepalanya.

Melihat apa yang terjadi pada diri si ahli ibadah barusan, tiba-tiba hati wanita pelacur tersebut tersentuh oleh cahaya hidayah berkat dari ahli ibadah tadi, lalu ia berkata pada dirinya sendiri; “Laki-laki tadi baru sekali melakukan dosa, tetapi ketakutan yang dia rasakan sebegitu hebatnya, sedangkan aku sudah melakukan dosa sejak lama sekali tetapi kenapa kok tidak merasakan apa yang dia rasakan?, Tuhan yang ditakuti oleh laki-laki tersebut adalah juga Tuhanku, bukankah sudah seharusnya ketakutanku pada Tuhanku melebihi ketakutannya ?!”.

Setelah merenungkan apa yang terjadi pada dirinya, wanita pelacur tersebut memutuskan untuk taubat dan menghentikan seluruh dosa-dosa yang pernah ia lakukan. Pintu rumahnya ia kunci dan mulai saat itu ia mulai mengenakan pakaian seorang ahli ibadah.

Setelah ia bertaubat dan beribadah beberapa lama, ia berkata pada dirinya; “Jika aku bisa menemukan laki-laki ahli ibadah yang aku temui dulu, mungkin ia sudi menikahiku dan aku bisa bersamanya. Ia bisa membimbingku dalam urusan agamaku dan menuntunku dalam beribadah kepada Allah Ta’ala”.

Setelah membulatkan tekat untuk mencari si ahli ibadah, wanita bekas pelacur tersebut segera berangkat dengan membawa semua hartanya dan sebagian pembantunya. Setelah sampai pada daerah tempat tinggal si ahli ibadah, wanita bekas pelacur tersebut segera bertanya pada penduduk yang tinggal di daerah tersebut tentang ahli ibadah yang ia cari.

Mengetahui ada seorang wanita yang mencari si ahli ibadah, salah seorang warga memberitahukan hal tersebut kepada si ahli ibadah. Mendengar ada seorang yang mengabarkan demikian, ahli ibadah tersebut bertanya-tanya, siapa gerangan wanita yang mencarinya tersebut. Karena dihinggapi rasa ingin tahu, ahli ibadah tersebut segera bergegas menuju tempat dimana wanita yang mencarinya itu berada.

Setelah sampai pada tempat si wanita yang mencarinya dan mengetahui bahwasanya wanita yang mencarinya tersebut ternyata adalah wanita pelacur yang pernah ia temui dulu, ingatlah si ahli ibadah tentang kejadian yang dialaminya dulu.

Setengah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya dan merasa sangat malu sekali karena teringat dengan apa yang terjadi padanya dulu, tiba-tiba ahli ibadah tersebut berteriak sangat keras sekali lalu setelah itu tubuhnya rubuh ke tanah. Orang-orang yang berada disekitar tempat tersebut segera menolong ahli ibadah tersebut dan memeriksa jantungnya, dan ternyata nyawa si ahli ibadah yang shalih tersebut telah meninggalkan jasadnya.

Melihat kejadian yang memilukan itu, wanita bekas pelacur tersebut sangat sedih sekali. Sambil menangis sesenggukan, wanita tersebut berkata pada orang yang berada ditempat tersebut; “Aku keluar dari negeriku adalah untuk dirinya, tetapi sekarang ia telah tiada. Apakah dia memiliki saudara laki-laki yang membutuhkan calon istri?”.

Mendengar pertanyaan dari wanita tadi, orang yang ditanyainya menjawab; “Ahli ibadah ini memiliki saudara laki-laki yang juga shalih, tetapi ia tidak memiliki harta”.

Mendengar jawaban seperti itu, wanita tersebut berkata; “Tidak apa-apa….harta yang aku miliki adalah lebih dari cukup untuk hidup berumah tangga”.

Setelah berkata demikian, orang-orang yang berada di tempat tersebut segera mengantarkan wanita tadi menuju kediaman saudara dari si ahli ibadah, dan setelah mengutarakan maksud hatinya, saudara laki-laki dari ahli ibadah tersebut mau menikahinya, dan Alhamdulillah……dari pernikahan tersebut lahirlah tujuh orang anak laki-laki yang ganteng-ganteng yang kesemuanya dengan anugrah Allah Ta’ala menjadi nabi-nabi dikalangan bani Israil.

Wallohu a’lam

sumber: Tanbih al-Ghafilin karya asy-Syaikh al-Alim al-Faqih Abi Laits as-Samarqondi

Leave your comment here: