KHUTBAH JUM’AT : MENJAGA DAN MENGISI KEMERDEKAAN NEGARA KITA INDONESIA

KHUTBAH JUM’AT : MENJAGA DAN MENGISI KEMERDEKAAN NEGARA KITA INDONESIA

اَلْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ،ـ أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ: لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ، كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ، بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ (سورة سبأ: ١٥)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Mengawali  khutbah  yang  singkat  ini,  khatib  berwasiat  kepada  kita  semua, terutama  kepada  diri  khatib  pribadi  untuk  senantiasa  berusaha  meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala, kapan pun dan di mana pun kita berada serta dalam keadaan sesulit apa pun dan dalam kondisi yang   bagaimana   pun,   dengan   cara   melaksanakan   segenap   kewajiban   dan menjauhi segala larangan Allah ta’ala.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Tidak   lama   lagi,   kita   akan   memperingati   HUT   Kemerdekaan   Republik Indonesia  yang  ke-75.  Ya,  17  Agustus  nanti  kita  akan  merayakan  kemerdekaan yang telah kita raih dan lalui selama 75 tahun.  Kemerdekaan Indonesia bukanlah pemberian  dari  siapa  pun.  Bukan  pulahadiah  dari  penjajah.  Juga  tidak  dibantu oleh  negara  mana  pun.  Kemerdekaan  yang  diraih  oleh  bangsa  ini  murni  adalah rahmat   Allah   yang   diikhtiarkan   melalui   perjuangan   berdarah-darah   serta pengorbanan nyawa dan harta dari para pendahulu kita. Sungguh benar apa yang dinyatakan  dalam  pembukaan  UUD  1945  bahwa  kemerdekaan  bangsa  Indonesia adalah  atas  berkat  rahmat  Allah  Yang  Maha  Kuasa.  Para  pahlawan  dan  pejuang kemerdekaanlah  yang  mengerahkan  daya  upaya  dan  ikhtiar,  dan  Allah-lah  yang menentukan   dan   memberikan kemenangan.   Allah   adalah   pencipta   segala sesuatu.   Allah   yang   menghendaki   terjadinya   segala   sesuatu.   Allah-lah   yang mencurahkan dan menganugerahkan rahmat kemerdekaan kepada kita semua.

وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ

“Allahlah sendirian yang mengalahkan semua musuh” Alhamdulillah, ikhtiar para pendahulu kita diiringi rahmat Allah subhanahu wa ta’ala. Sehingga kemenangan dan kemerdekaan pada akhirnya dapat diraih. Mudah-mudahan  para  pahlawan  yang  telah  berjuang  untuk  Islam  dan  Indonesia di bumi nusantara yang telah gugur mendahului kita memperoleh balasan pahala yang berlipat ganda dari Allah ta’ala.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,Kemerdekaan  adalah  rahmat  dari  Allah  dan  merupakan  nikmat  bagi  kita semua.  Jika  kita  terus  bersyukur  atas  nikmat  kemerdekaan  dan  nikmat-nikmat Allah  lainnya,  maka  Allah  akan  menambahkan  nikmat-nikmat-Nya  sebagaimana yang Ia firmankan:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Maknanya: “Sesungguhnya  jika  kalian  bersyukur,  niscaya  Aku  akan menambah  nikmat  kepada  kalian.  Tetapi  jika  kalian  mengingkari  nikmat-Ku, maka pasti azab-Ku sangat berat” (QS Ibrahim: 7).

Mensyukuri    nikmat    adalah    dengan    tidak    menggunakannya    dalam bermaksiat kepada Allah. Kita syukuri nikmat kemerdekaan ini dengan melakukan berbagai kebaikan dan berbuat baik kepada orang lain. Kita syukuri kemerdekaan ini dengan melaksanakan semua kewajiban dan menjauhi seluruh larangan Allah. Kita lakukan tugas dan kewajiban kita sebagai ayah, ibu, anak, sebagai suami, istri, sebagai   guru,   murid,   sebagai   pejabat,   rakyat,   sebagai   orang   yang   hidup bertetangga,  sebagai  orang  yang  hidup  bermasyarakat  dan  sebagai  orang  yang hidup berdampingan dengan umat agama lain. Jika masing-masing dari kita telah mengetahui,  memahami  dan  melakukan  tugas  dan  kewajibannya  sebagaimana mestinya, maka negara ini akan senantiasa aman dan sentosa. 

Hadirin jamaah shalat Jumat yang berbahagia, Kemerdekaan  adalah  nikmat  yang  menjadikan  kita  terbebas  dari  berbagai belenggu. Nikmat kemerdekaan adalah pintu yang membuka nikmat-nikmat yang lain.  Dengan  nikmat  kemerdekaan,  kita  dapat  merasakan  nikmatnya  beribadah dengan  leluasa.  Dengan  nikmat  kemerdekaan,  kita  dapat  merasakan  nikmatnya belajar   dan   mengajar.   Dengan   nikmat   kemerdekaan,   kita   dapat   menikmati kebersamaan  kita  sebagai  saudara-saudara  seagama,  saudara-saudara  sebangsa dan  setanah  air.  Dan  dengan  nikmat  kemerdekaan,  kita  bisa  membangun  negeri ini secara bersama-sama.   Oleh  karena  itulah,  kita  rawat  dan  lestarikan  nikmat  kemerdekaan  ini dengan  sebaik-baiknya.  Jangan  sampai  nikmat  yang  agung  ini  terlepas  dari  kita. Bagaimana  cara  merawat  dan  melestarikannya?  Dengan  cara  terus  membangun negeri ini dan memperbaikinya. Kita mulai dengan membangun dan memperbaiki diri dan keluarga kita. Lalu meluas ke masyarakat. Ibarat sebuah bangunan, maka Indonesia terdiri dari banyak sekali batu-bata dan komponen-komponen lainnya. Kita dan keluarga kita adalah salah satu dari batu-bata negeri ini. Jika semua batu-bata  dan  komponen  lainnya  baik  dan  kuat,  maka  bangunan  negeri  ini  akan  kuat. Sebaliknya, jika ada satu saja atau beberapa batu-bata yang rapuh, maka bisa jadi hal   itu   akan   berakibat   rapuhnya   bangunan   seluruh   negeri,   bahkan   bisa menjadikan seluruh bangunan menjadi runtuh. 

Hadirin yang mudah-mudahan dimuliakan Allah, Negeri ini tidak hanya berupa wilayah geografis, yaitu tanah, air dan udara semata.  Tapi  lebih  dari  itu,  negeri  ini  juga  mencakup  manusia  yang  merupakan penduduk negeri yang di tangan merekalah nasib negeri ini akan seperti apa. Oleh karena  itu,  kita  utamakan  membangun  manusia  daripada  membangun  yang  lain. Karena  sendi  dan  tiang  penyangga  dari  bangunan  negeri  ini  tiada  lain  adalah akhlak  karimah.  Lalu  apa  gerangan fondasi  dari  bangunan  negeri  ini?  Fondasinya adalah  paham  dan  haluan  yang  moderat.  Ya,  paham  dan  haluan  yang  moderat dalam berpolitik,   ekonomi,   pendidikan   dan   lain-lain,   terutama berpaham, berpandangan dan berhaluan yang moderat dalam keagamaan. 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Islam  memerintahkan  kita  agar  berpaham  moderat  (wasathiyyah),  tidak ghuluww(melampaui  batas  yang  digariskan  Islam)  dan  tidak taqshir(ceroboh sehingga tidak sampai pada batas yang digariskan Islam), tidak ekstrem kanan dantidak ekstrem kiri. Paham keagamaan yang moderat adalah paham yang diajarkan dan disampaikan oleh para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah dan diyakini oleh mayoritas  umat  Islam  dari  masa  ke  masa.  Paham  inilah  yang  harus  selalu  kita junjung   tinggi   jika   kita   ingin   membangun   negeri   ini.   Karena   fakta   sejarah membuktikan  bahwa  pemikiran  dan  paham  yang ghuluww,  taqshir,  dan  ekstremtelah  memporak-porandakan  dan  meluluhlantakkan  berbagai  negara.  Contoh konkretnya  di  masa  sekarang  adalah  Irak,  Suriah,  Afghanistan  dan  lain-lain. Jangan  sampai  Indonesia  menjadi  Irak  atau  Suriah  kedua.  Paham takfir  syumuli(pengkafiran  menyeluruh  kepada  semua  orang  yang  tidak  sepaham),  paham pengkafiran terhadap pemerintah yang tidak berhukum dengan hukum Islam dan menuduhnya  dengan thaghut,  paham  pengkafiran  dan  pemusyrikan  terhadap para  pelaku  tabarruk,  tawassul,  peringatan  maulid  Nabi  dan  ziarah  makam  para nabi dan wali, semua itu telah menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan   bernegara   di   berbagai   belahan   dunia.   Hal   itu   juga telah   merenggut kemerdekaan dari banyak orang. Akibat paham-paham ekstrem tersebut, banyak orang yang tidak bisa lagi menikmati kebebasan dan kemerdekaan dalam banyak hal.  Lebih-lebih  lagi,  apabila  paham  dan  pemikiran  ekstrem  tersebut  dituangkan dalam  aksi-aksi  pengeboman,  perusakan  fasilitas  umum,  kekerasan  terhadap sesamadan   pembunuhan   serta   penyembelihan   orang-orang   yang   dianggap musyrik dan kafir. 

Hadirin jama’ah shalat Jumat rahimakumullah, Jika  kita  mencintai  negeri  ini,  jika  kita  cinta  tanah  airini,  maka  buktikan cinta  itu.  Jangan  hanya  cinta  yang  terucap  di  bibir  saja.  Tapi  cinta  yang  benar-benar cinta. Yaitu cinta yang senantiasa mendorong kita untuk terus membangun dan  memperbaiki  negeri  ini.  Kita  bangun  dan  perbaiki  negeri  ini  dengan  menjadipribadi-pribadi   yang   shalih.   Yaitu   pribadi-pribadi   yangberakhlakul   karimah,berilmu,  beramal  dan  penuh  dedikasi  untuk  membangun  negeri.  Pribadi-pribadi yang   shalih   akan   melahirkan   keluarga-keluarga   yang   shalih.   Dan   keluarga-keluarga  yang  shalih  akan  mewujudkan  masyarakat  yang  shalih.  Jadi  keshalihan individu  akan  mewujudkan  keshalihan  sosial.  Keshalihan  sosial  akan  menjadikan negeri  ini  aman,  sentosa  dan  sejahtera.  Dengan  keshalihan  sosial,  segala  bentuk kejahatan   akan   terputus.   Dan   satu   lagi,   jangan   pernah   bosan   untuk   terus mengampanyekan paham-paham Ahlussunnah  yang  moderat  dan  rahmatan  lil ‘alamin.Paham moderatlah yang akan menjadikanIndonesia sebagai baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur.Dirgahayu  Republik  Indonesia  yang  ke-75.  Bersama,  kita  jadikan  Indonesia lebih maju.

 Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Demikian khutbah yang singkat ini. Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا،ـ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Leave your comment here: