ALLOH SWT BERBEDA DENGAN MAKHLUK DAN TIDAK BUTUH TEMPAT

ALLOH SWT BERBEDA DENGAN MAKHLUK DAN TIDAK BUTUH TEMPAT

Kita jangan sembarangan menghukumi orang dengan hukuman murtad, kafir, dan sejenisnya sebelum kita menguasai permasalahan hukum tersebut sesuai dengan apa yang dipermasalahkan. Hal itu dilarang keras dalam ajaran Islam.

Di dalam kitab “Hasyiyah ad-Dasuqi ‘ala Ummil Barahin” halaman 109 diterangkan tentang orang yang mengi’tiqadkan atau meyakinkan bahwa Allah swt disamakan seperti makhluk (lihat tulisan yang ada di foto baris ke-9 – 12 !) sebagai berikut:

و اعلم أن من اعتقد أن الله جسم كالأجسام فهو كافر و من المعتقد أنه جسم لا كالأجسام فهو عاص غير كافر و الاعتقاد الحق اعتقاد أن الله ليس بجسم و لا صفة و لا يعلم ذاته الا هو

Artinya: “Dan ketahuilah oleh kalian bahwa sesungguhnya:

1. Barangsiapa mengi’tiqadkan (meyakinkan) bahwa Allah swt seperti jisim (bentuk suatu makhluk) sebagimana jisim-jisim lainnya, maka orang tersebut hukumnya “Kafir (orang yang kufur dalam i’tiqad, bukan berarti keluar dari Islam pindah ke agama lain).”

2. Orang yang mengi’tiqadkan (meyakinkan) bahwa Allah swt seperti jisim (bentuk suatu makhluk), tapi tidak disamakan sebagaimana jisim-jisim (bentuk-bentuk makhluk) lainnya, maka orang tersebut hukumnya “‘Aashin” atau orang yang telah berbuat durhaka kepada Allah swt, dan bukanlah orang “kafir (orang yang kufur dalam i’tiqad).”

3. I’tiqad yang benar adalah i’tiqad yang menyatakan bahwa sesungguhnya Allah swt itu bukanlah seperti jisim (bentuk suatu makhluk) dan bukan pula berupa sifat. Tidak ada yang dapat mengetahui Dzat Allah swt kecuali Dia.”

Dengan demikian, berdasarkan keterangan tauhid di kitab “Hasiyah ad-Dasuqi ‘ala Ummil Barahin” tersebut di atas, ucapan yang dikeluarkan oleh seseorang dalam kaitannya dengan ilmu tauhid, tergantung dari i’tiqadnya, apakah ucapannya itu di’itiqadkan atau tidak. Hal ini diperkuat dengan keterangan yang diungkapkan Syeikh Al-Akhthal dalam sya’irnya:

ان الكلام لفى الفؤاد و انما #### جعل اللسان على الفؤاد دليلا

Di dalam kitab “Kifayatul ‘Awam” karya Syeikh Ibrahim Al-Baijuri halaman 60 diterangkan sebagai berikut:

و الرابعة المماثلة ضد المخالفة فيستحيل عليه تعالي أن يماثل الحوادث في شيء مما اتصفوا به فلا يمر عليه تعالي زمان و ليس له مكان و ليس له حركة و لا سكون و لا يتصف بألوان و لا بجهة فلا يقال فوق الجرم و لا عن يمين الجرم و ليس له تعالي جهة فلا يقال اني تحت الله فقول العامة اني تحت ربي و ان ربي فوقي كلام منكر يخاف علي من يعتقده الكفر

Artinya:

“Dan sifat mustahil yang keempat bagi Allah swt adalah sifat “Al-Mumatsalah (المماثلة)”. Artnya: Menyerupai makhluk, lawan dari sifat yang wajib bagi Allah swt yaitu sifat “Al-Mukhalafah (المخالفة)”. Artinya: Allah swt berbeda dengan makhluk.

Maka mustahil bagi Allah swt menyerupai makhluk pada sesuatu yang disifatinya. Olehkarena itu, Allah tidak dilewati (diliputi) oleh zaman (waktu), tempat, gerakan, dan diam, dan tidak pula disifati oleh warna-warna dan arah. Maka tidak boleh dikatakan bahwa Allah itu berada di atas jirim (bentuk makhluk seperti manusia) dan berada di sebelah kanan jirim. Begitupula, Allah tidak mempunyai arah. Maka tidak boleh dikatakan bahwa sesungguhnya aku berada di bawah Allah.

Adapun ucapan ‘awam (orang-orang yang tidak tahu tentang ilmu tauhid) mengatakan bawa sesungguhnya aku berada di bawah Tuhanku dan sesungguhnya Tuhanku berada di atasku merupakan kalam munkar, yang dikuatirkan dapat menimbulkan kekufuran bagi orang yang mengi’tiqadkan atau meyakininya”.

Tambahan:

Dalil sifat ‘Al-Mukhalafah (Allah swt berbeda dengan makhluk”) Al-Qur’an surat Asy-Syuraa ayat 11:

فَاطِرُ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ‌ۚ جَعَلَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٲجً۬ا وَمِنَ ٱلۡأَنۡعَـٰمِ أَزۡوَٲجً۬ا‌ۖ يَذۡرَؤُكُمۡ فِيهِ‌ۚ لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَىۡءٌ۬‌ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ

Artinya:

“(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat”.