PENCATATAN DAN PENGAMALAN SEBAGAI KUNCI ILMU BERMANFAAT
Meraih ilmu yang bermanfaat tidaklah mudah. Ribuan aral melintang siap menghadang. Otak brilian bukanlah jaminan. Malahan, tak sedikit orang-orang pintar yang mendalami ilmu agama bukannya mendapatkan ilmu bermanfaat, melainkan menjadi oknum-oknum ulama yang justru merongrong akidah agama.
Oleh karena itu, seorang murid yang hendak melangkahkan kakinya untuk menuntut ilmu haruslah terlebih dahulu mengetahui metode belajar yang tepat. Dalam hal ini panduan dari orang tua, para guru, atau mereka yang telah sukses sangatlah diperlukan.
Faktor utama penyebab gagalnya seseorang murid meraih ilmu Rasulullah Saw adalah metode belajar yang keliru. Salah guru, salah kitab dan kesalahan lainnya akan menyebabkan seorang murid salah jalan pula. Berikut adalah panduan tepat dalam meraih ilmu yang bermanfaat dari al-Imam Habib Ali bin Hasan al-Attas Shohib al-Masyhad.
“Ketahuilah sesungguhnya ilmu pengetahuan ibarat samudera yang tiada bertepi. Luqman al-Hakim pernah ditanya oleh puteranya, “Siapakah yang mampu menampung semua ilmu itu?” “Seluruh manusia” jawab al-Hakim. “Akan tetapi itu sebatas ilmu yang diberikan kepada manusia. Sedangkan Allah menurunkan ilmu di dunia ini dalam bagian yang sedikit saja.” Lanjutnya.
Oleh karena itu, dalam menuntut ilmu, prioritaskanlah ilmu-ilmu yang penting dan bersifat urgen. Mulailah dengan dengan mempelajari kitab-kitab ringkasan (Mukhtasar). Seperti ringkasan Abu Suja’ yang sudah diakui kualitasnya, disertai kitab Bidayatul Hidayah karya al-Ghazali, kitab al-Adzkar karya Imam an-Nawawi. Kemudian dilanjutkan dengan mempelajari kitab al-Minhaj karya an-Nawawi, disertai syarh-syarahnya juga apabila memungkinkan.
Setelah itu, pelajarilah kitab Risalah Qusyairiyah karya Syaikh Abdul Karim al-Qusyairi yang merupakan kitab pedoman bagi pengikut jalan ahlussunnah wal jama’ah. Demikian halnya kitab-kitab karya Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad. Karya-karyanya sangat bagus dan mendidik, terutama kitab an-Nashaih ad-Dinniyah. Kemudian pelajari pula kitab al-‘Awarif karya Syaikh Umar bin Muhammad as-Suhrawardi dan kita Ihya’ Ulumiddin karya Hujjatul Islam al-Ghazali.
Galilah ilmu-ilmu Al-Qur’an dan ilmu-ilmu alatnya yang akan membuatmu mengerti makna-makna yang terkandung di dalam Al-Qur’an. Dan seandainya mampu, berusahalah menghafalkan Al-Qur’an. Karena terdapat keutamaan yang besar di dalam menghafalkannya. Rasulullah s.a.w bersabda, “Barangsiapa menghafalkan Al-Qur’an maka maqam nubuwah diturunkan ke dalam dirinya, hanya saja ia takkan pernah mendapatkan wahyu.” Bahkan Nabi Musa a.s pernah melukiskan sifat-sifat umat Nabi Muhammad s.a.w di dalam munajatnya. “kitab-kitab suci mereka ada di dalam dada mereka, sedangkan selain mereka membaca kitab suci melalui mushaf-mushaf.” Katanya. Imam Syafi’I berkata, “ apabila seseorang bersedekah dengan niat diberikan kepada qurra’ (orang yang ahli membaca Al-Qur’an), maka sedekah itu diberikan kepada orang-orang yang hafal Al-Qur’an. Dan apabila ada seseorang bersedekah dengan niat diberikan kepada orang yang paling berakal, maka sedekah itu diberikan kepada orang-orang yang berzuhud dari dunia.”
Diantara kitab-kitab tafsir yang sangat penting untuk dibaca dan dipelajari adalah tafsir karya Imam al-Husein bin Mas’ud al-Farra’ al-Baghawi. Tafsir al-Baghawi ini adalah bekal untuk menyelami lautan makna Kalamullah. Para imam Bani Alawi sangat menganjurkan para penuntut ilmu agar membaca tafsir al-Baghawi tersebut.
Jika memungkinkan, sempatkanlah diri mempelajari kitab-kitab adab seperti nahwu, lughot dan selainnya. Janganlah enggan membaca dan menelaahi kitab Maqaamaatul Hariri setelah mempelajarinya dan mendapatkan penjelasan dari seorang guru yang kompeten. Kitab tersebut menjadi referensi para salaf. Syaikh Ahmad bin ‘Ujail berkata, “Maqamatul Hariri adalah sepiring manisan. Kami telah mengambil manfaat yang sangat besar darinya.”
Bacalah pula karya al-Hariri yang lain, kitab al-Malhah. Sebagian ulama meyakini bahwa al-Hariri menyimpan sir-nya dalam kitab tersebut. Kitab ini disyarahi oleh Syaikh Abubakar bin Ali al-Qurasyi. Dan kitab mughni al-labib, karya Syaikh Jamaluddin Abdullah bin Yusuf bin Hisyam al-Anshori. Kitab mughni al-labib ini adalah kitab yang mengandung ilmu pengetahuan yang luas.
Dalam bidang sirah, bacalah kitab al-Iktifa’ karya al-Kula’i dan sirah karya Ibnu Sayid an-Nas.
Dalam bidang tarikh, bacalah kitab Mir’atul Janan wa ‘Ibratal Yaqdhan, karya Imam Abu Muhammad Abdullah bin As’ad bin Ali al-Yafi’i. dan kitab al-Khamis karya Imam Abul Hasan al-Bakrie dan kitab Thabaqat al-khawwas karya as-Syarji.
Dalam bidang hadits, bacalah kitab Shahih Bukhori dan Muslim, Sunan Abu Dawud, Turmudzi, an-Nasai, Ibnu Majah, al-Jami’ as-Shaghir karya Imam as-Suyuti dan kitab Taisiirul Wusul karya ad-Diba’i al-Yamani.
Untuk mengetahui hak-haknya Nabi Saw, bacalah kitab as-Syifa’ karya al-Qhadi ‘Iyadh. Sedangkan untuk mengetahui hak-hak keluarga Nabi Saw, bacalah kitab al-Iqdun Nabawi karya Habib Syaikh bin Abdullah al-‘Aydrus, kitab al-Jawharus Saffaf karya Syaikh al-Khatib, kitab al-Masra’ur Rawi karya sayid Muhammad bin Abubakar as-Syilli, dan kitab al-‘Ainiyah karya Habib Ahmad bin Zein al-Habsyi.
Selain kitab-kitab yang telah disebutkan, bacalah juga kumpulan-kumpulan kasidah yang dilazimi oleh para salaf. Diantaranya kasidah al-Hamaziyah dan Burdah karya Imam al-Bushiri beserta syarahnya yang ditulis oleh Syaikh Ibnu Hajar dan Imam al-Mahalli. Dan tatkala kalian mendapatkan permasalahan atau hujan yang tak kunjung diturunkan, bacalah kasidah al-Munfarijah karya Imam al-Bushiri. Maka dengan seizin Allah, segala permasalahan kalian akan mendapatkan jalan keluar dan hujan akan diturunkan.
Janganlah kalian menuntut ilmu kepada sembarangan orang. Akan tetapi carilah seorang guru (syaikh) yang memenuhi tujuh kriteria. Pertama, ilmu pengetahuannya luas. Kedua, sikapnya arif dan rendah hati. Ketiga, memiliki pemahaman yang dalam. Keempat, akhlak dan nasabnya mulia. Kelima, memiliki mata hati yang tajam. Keenam, berhati baik dan riwayat hidupnya baik. Ketujuh, memiliki mata rantai keilmuwan yang bersambung kepada rasulullah s.a.w. dan apabila ada seorang sayid (cucu nabi Saw) memenuhi tujuh kriteria tersebut , maka ia adalah seorang guru yang sempurna. Rasulullah s.a.w bersabda, “Ulama dari golongan Quraiys, ilmunya memenuhi seluruh penjuru bumi.”
Jika kalian mendapatkan seorang guru yang memenuhi kriteria di atas, maka serahkanlah diri kalian kepadanya, sandarkan semua urusan-urusanmu yang penting pada keputusannya, bersikaplah tawadhu kepadanya, jadikanlah ia sebagai perantara kalian untuk sampai kepada Allah, ambillah ijazah riwayat ilmu secara menyeluruh darinya, dapatkanlah ilbas khirqah dan talqin kalimat la ilaaha illallah darinya, ketahui dan penuhilah hak-haknya seperti yang tersebut dalam kitab Ihya’ ulumiddin karya Imam al-Ghozali dan kitab at-Tibyan karya Imam an-Nawawi.
Dan sudah sepantasnya apabila kalian menghormati guru kalian melebihi ulama-ulama yang lain. Dan janganlah sesekali menentang keputusan gurumu dalam setiap persoalan baik yang dhahir maupun yang bathin, agar kalian sampai ke tujuan. Abdullah bin Abbas berkata, “Aku menghinakan diri sewaktu menuntut ilmu, dan diriku menjadi mulia setelah meraihnya.” Bahkan ia tak malu mencium telapak kaki gurunya, Zaid bin Tsabit al-Khazraji.
Diceritakan pula bahwa kedua putera kesayangan Harun ar-Rasyid, al-Amin dan al-Makmun saling berebutan memasangkan sandal guru mereka, al-Kasa’i. sampai-sampai al-Kasa’i menengahi mereka dengan memberikan jalan keluar, yaitu masing-masing memasangkan satu sandal.
Dan janganlah lupa, apabila kalian telah mendapatkan ilmu, maka amalkanlah semampu kalian, disertai selalu memohon pertolongan kepada Allah Swt. “
Faedah Ilmu Terletak Pada Pengamalan dan Pencatatannya
Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi yang kita kenal sebagai penyusun kitab Maulid Simthud Duror, memiliki kepedulian tinggi dan amat bangga terhadap para penuntut ilmu. Sehingga semasa hidupnya, tidak jarang beliau menyempatkan diri duduk di serambi rumahnya untuk menyaksikan para pelajar yang berlalu-lalang di depan kediamannya, berangkat menuju ke tempat mereka menunut ilmu.
Dalam kumpulan kalam beliau yang disusun Habib Umar bin Muhammad Maula Khela, berjudul “Jawahirul Anfas Fii Maa Yurdli Rabban Naas” disebutkan, karena begitu bangganya kepada para penuntut ilmu Al Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi Ra pernah berkata, “Aku doakan agar kalian berumur panjang dan memperoleh fath. Ketahuilah setiap orang yang mengajar sesuai dengan ilmu yang dimiliki, kelak di hari kiamat akan mendapatkan syafaat Rasulullah SAW”.
Habib Ali tak dapat menyembunyikan kegembiraannya bila melihat para pelajar, sampai-sampai beliau berucap, “Jika aku bertemu pelajar yang membawa bukunya, ingin aku mencium kedua matanya”.
Suatu ketika, tepatnya pada hari Ahad, 11 Syawal 1322 Hijriyah, Al- Habib Ali mengundang dan menjamu para pelajar di suatu tempat yang dikenal dengan nama Anisah, yakni tempat yang rindang dan sejuk karena banyaknya pepohonan, sekitar 2 Km dari kota Sewun. Kepada para pelajar itu beliau berkata, “Ketahuilah, hari ini aku mengundang kalian untuk membangkitkan semangat kalian menuntut ilmu. Giatlah belajar, semoga Allah memberkahi kalian”
Tidak itu saja, beliau mengajak para pelajar itu serius menuntut ilmu, sebagaimana dilakukan para salafus shaleh. Dikatakannya, “Bersungguh-sungguhlah dalam menuntut ilmu. Perhatikan para salaf kalian, mereka menghafal berbagai matan (naskah). Mereka telah hafal kitab Az-Zubad, Mulkah I’rob dan Al-Fiyah di masa kecilnya. Setelah dewasa ada yang telah hafal kitab Al Minhaj, Ihya’ Ulumiddin, dan lainnya”.
Beliau mengingatkan agar ketika menuntut ilmu, para pelajar tidak melalaikan peralatan tulisnya. Sebab, itu sudah menjadi kelengkapan bagi seorang penuntut ilmu yang dapat mendatangkan banyak kemanfaatan. Bahkan, menurutnya, jika tidak memperhatikan kelengkapan tersebut bisa mendatangkan aib baginya.
“Aku ingin setiap pelajar membawa alat-alat tulisnya ketika mengikuti pelajaran. Ketahuilah, keuntungan (faedah) ilmu terletak pada pengamalan dan pencatatannya. Sebaliknya, menjadi aib bagi seorang pelajar jika saat mengikuti pelajaran (menuntut ilmu) ia tidak membawa buku dan peralatan tulis lainnya,” tandasnya.
Larang Remehkan Anak-anak
Pada kesempatan tersebut, Al-Habib Ali benar-benar ingin menuntaskan nasehatnya kepada para pelajar yang amat dicintainya itu. Termasuk tidak sekali pun meremehkan nasihat yang diucapkan anak-anak. Beliau menuturkan, “Pelajarilah cara membunuh atau mengendalikan hawa nafsu, adab dan tata krama. Tuntutlah ilmu baik dari orang dewasa maupun anak-anak. Jika yang mengajarkan ilmu jauh lebih muda dari mu janganlah berkata, “Kami tidak mau belajar kepadanya, aib bagi kami”.
Habib juga mengingatkan pelajar agar tidak segan-segan mengulang pelajaran yang telah diterima dari gurunya. Malah, sebaiknya para pelajar dianjurkan untuk membacanya berkali-kali, sebelum guru pembimbing datang mengajarkan ilmunya. “Pelajarilah pelajaran yang hendak kalian bacakan di hadapan guru. Dengan demikian kalian akan memetik manfaatnya. Tauladani apa yang telah dilakukan oleh kebanyakan salaf kita, saat menuntut ilmu,” ajak beliau.
Beliau juga mencontohkan beberapa ulama besar dari kalangan aslafunas shaleh ketika mereka menuntut ilmu, diantaranya Al Habib Ahmad bin Zein Al-Habsyi yang membaca pelajarannya sebanyak 25 kali sebelum mengikuti pelajaran yang disampaikan gurunya. Setelah itu mempelajari lagi sebanyak 25 kali seusai menerima pelajaran dari gurunya. Bahkan, syeikh Fakhrur Razi mengulang-ulang pelajarannya sebanyak 1000 kali. “Sementara kalian hanya (baru) membuka buku ketika berada di depan guru,” tambah beliau mengingatkan.
Di tengah-tengah para pelajar yang serius mengikuti nasehat-nasehatnya, beliau mengingatkan mereka agar menjauhi sifat dengki dan iri hati. Karena kedua sifat ini dapat mencabut keberkahan ilmu yang telah diperoleh. Beliau juga menceritakan pengalamannya ketika masih belajar.
“Ketika aku masih menuntut ilmu di Mekah. Setiap malam aku bersama kakakku Husein dan Alwi Assegaf mempelajari 12 kitab Syarah dari Al Mihaj, lalu menghafalkan semuanya. Pernah pada suatu hari saat nisful lail (akhir malam) ayahku Al Habib Muhammad keluar dari kamarnya dan mendapati kami sedang belajar. Beliau berkata, Wahai anak-anakku kalian masih belajar? Semoga Allah SWT memberkati kalian”.
Bahaya Makanan Haram
Pada kesempatan lain Habib Ali menggambarkan betapa gembira Rasulullah SAW jika melihat umatnya bersungguh-sungguh thalabul (mencari) ‘ilmu, kemudian mengamalkannya, dan menyampaikan (menyebarkannya) kepada saudaranya sesama umat Islam.
Beliau berkata, “Tidak ada yang lebih menggembirakan hati Rasulullah Muhammad SAW dari melihat upaya umat beliau menuntut ilmu, lalu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-harinya, dan menyebarkannya kepada saudaranya. Adakah yang lebih berharga dibandingkan kebahagiaan Habibi Muhammad SAW itu ? Dunia dan akhirat beserta segenap isinya tak mampu menyamai kebahagiaan beliau SAW”
Namun, beliau juga mengakui saat itu telah melihat gejala menurunnya semangat menuntut ilmu agama dan mengamalkan serta menyebarluaskannya di kalangan kaum muslimin. Menurutnya, semangat itu telah tidur terlalu lama, bahkan dikhawatirkan akan mati dalam tidurnya. Semangat itu telah hilang, cinta kepada ilmu telah menipis, keinginan berbuat kebajikan semakin melemah. Barangkali itu merupakan gejala awal rusaknya watak manusia. Putra Habib Muhammad Al-Habsyi ini menyatakan, penyebab utama semua itu adalah telah dikonsumsinya makanan haram oleh sebagian, atau bahkan kebanyakan umat Islam.
Diriwayatkan, bahwa Imam Haromain setiap kali ditanya seseorang selalu dapat menjawab. Imam Haromain adalah salah seorang yang menjadi rujukan (tempat bertanya) masyarakat di zamannya. Beliau menghafal ucapan guru beliau, Abu Bakar Al Baqillaniy yang tertulis dalam 12000 lembar kertas mengenai ilmu ushul. Sedangkan, Imam Sufyan bin Uyainah telah menghafal Al Qur’an dan menerangkan makna-maknanya di depan para ulama ketika ia masih usia 4 tahun. Kapan ia membaca Al Qur’an dan menghafalnya, serta kapan ia mempelajari makna-maknanya ?.
Namun suatu kali Imam Haromain ini tidak berkutik dan tidak dapat menjawab ketika menerima pertanyaan. Orang yang bertanya itu kemudian menanyakan mengapa sampai demikian, tidak biasanya beliau tak bisa menjawab. Lalu, Imam Haromain itu kemudian menjawab, “Mungkin ada susu yang masih tersisa di tubuhku”.
Sang penanya semakin penasaran apa yang dimaksud Imam Haromain. Dia kemudian bertanya lagi, “Apa maksudmu wahai Imam ?”. Beliau menjawab, “Dahulu ketika aku masih menyusui, ayahku sangat wara’ (berhati-hati) dalam menjaga kehalalan dan kebersihan minumanku. Beliau tidak membiarkan ibuku makan sesuatu kecuali yang benar-benar halal”.
Al Imam melanjutkan, “Suatu hari seorang budak wanita keluarga Fulan masuk ke rumah kami, tanpa sepengetahuan ibuku. Budak itu meletakkan aku di pangkuannya kemudian menyusuiku. Mengetahui hal itu ayahku sangat marah lalu memasukkan jari tangannya ke dalam mulutku, sehingga aku dapat memuntahkan semua susu yang baru saja kuminum dari budak itu. Namun, rupanya masih ada susu yang tersisa”.
Akhirnya Al Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi berwasiat kepada anak cucu dan keturunannya, termasuk kita semua, agar selalu meniru sikap dan tindakan para salaf ketika mencari ilmu dan beramal ibadah. Beliau berkata, “Wahai anak-anakku sekalian, jika kalian mau berusaha dengan sungguh-sunguh, maka bagimu kesempatan masih amat terbuka. Tauladani amal para salaf. Janganlah kalian menganggap mustahil mujahadah yang telah dilakukan orang-orang terdahulu, sebab mereka diberi kekuatan dhohir-bathin oleh Allah SWT”.
Beliau semakin menekankan perlunya mencontoh amal para salaf. Dituturkannya, “Mereka juga mempunyai niat dan tekad yang kuat untuk mencontoh para pendahulunya dalam berilmu dan beramal. Ketahuilah tidak ada yang menyebabkan manusia rugi, kecuali keengganan mereka mengkaji buku-buku sejarah kehidupan kaum sholihin. Jika riwayat hidup mereka dibacakan kepada orang mukmin, iman mereka akan semakin teguh kepada Allah SWT”.
FAIDAH ILMU BERADA DI PENGAMALAN DAN PENCATATANYA
Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi yang kita kenal sebagai penyusun kitab Maulid Simthud Duror, memiliki kepedulian tinggi dan amat bangga terhadap para penuntut ilmu. Sehingga semasa hidupnya, tidak jarang beliau menyempatkan diri duduk di serambi rumahnya untuk menyaksikan para pelajar yang berlalu-lalang di depan kediamannya, berangkat menuju ke tempat mereka menunut ilmu.
Dalam kumpulan kalam beliau yang disusun Habib Umar bin Muhammad Maula Khela, berjudul “Jawahirul Anfas Fii Maa Yurdli Rabban Naas” disebutkan, karena begitu bangganya kepada para penuntut ilmu Al Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi Ra pernah berkata, “Aku doakan agar kalian berumur panjang dan memperoleh fath. Ketahuilah setiap orang yang mengajar sesuai dengan ilmu yang dimiliki, kelak di hari kiamat akan mendapatkan syafaat Rasulullah SAW”.
Habib Ali tak dapat menyembunyikan kegembiraannya bila melihat para pelajar, sampai-sampai beliau berucap, “Jika aku bertemu pelajar yang membawa bukunya, ingin aku mencium kedua matanya”.
Suatu ketika, tepatnya pada hari Ahad, 11 Syawal 1322 Hijriyah, Al- Habib Ali mengundang dan menjamu para pelajar di suatu tempat yang dikenal dengan nama Anisah, yakni tempat yang rindang dan sejuk karena banyaknya pepohonan, sekitar 2 Km dari kota Sewun. Kepada para pelajar itu beliau berkata, “Ketahuilah, hari ini aku mengundang kalian untuk membangkitkan semangat kalian menuntut ilmu. Giatlah belajar, semoga Allah memberkahi kalian”
Tidak itu saja, beliau mengajak para pelajar itu serius menuntut ilmu, sebagaimana dilakukan para salafus shaleh. Dikatakannya, “Bersungguh-sungguhlah dalam menuntut ilmu. Perhatikan para salaf kalian, mereka menghafal berbagai matan (naskah). Mereka telah hafal kitab Az-Zubad, Mulkah I’rob dan Al-Fiyah di masa kecilnya. Setelah dewasa ada yang telah hafal kitab Al Minhaj, Ihya’ Ulumiddin, dan lainnya”.
Beliau mengingatkan agar ketika menuntut ilmu, para pelajar tidak melalaikan peralatan tulisnya. Sebab, itu sudah menjadi kelengkapan bagi seorang penuntut ilmu yang dapat mendatangkan banyak kemanfaatan. Bahkan, menurutnya, jika tidak memperhatikan kelengkapan tersebut bisa mendatangkan aib baginya.
“Aku ingin setiap pelajar membawa alat-alat tulisnya ketika mengikuti pelajaran. Ketahuilah, keuntungan (faedah) ilmu terletak pada pengamalan dan pencatatannya. Sebaliknya, menjadi aib bagi seorang pelajar jika saat mengikuti pelajaran (menuntut ilmu) ia tidak membawa buku dan peralatan tulis lainnya,” tandasnya.
Larang Remehkan Anak-anak
Pada kesempatan tersebut, Al-Habib Ali benar-benar ingin menuntaskan nasehatnya kepada para pelajar yang amat dicintainya itu. Termasuk tidak sekali pun meremehkan nasihat yang diucapkan anak-anak. Beliau menuturkan, “Pelajarilah cara membunuh atau mengendalikan hawa nafsu, adab dan tata krama. Tuntutlah ilmu baik dari orang dewasa maupun anak-anak. Jika yang mengajarkan ilmu jauh lebih muda dari mu janganlah berkata, “Kami tidak mau belajar kepadanya, aib bagi kami”.
Habib juga mengingatkan pelajar agar tidak segan-segan mengulang pelajaran yang telah diterima dari gurunya. Malah, sebaiknya para pelajar dianjurkan untuk membacanya berkali-kali, sebelum guru pembimbing datang mengajarkan ilmunya. “Pelajarilah pelajaran yang hendak kalian bacakan di hadapan guru. Dengan demikian kalian akan memetik manfaatnya. Tauladani apa yang telah dilakukan oleh kebanyakan salaf kita, saat menuntut ilmu,” ajak beliau.
Beliau juga mencontohkan beberapa ulama besar dari kalangan aslafunas shaleh ketika mereka menuntut ilmu, diantaranya Al Habib Ahmad bin Zein Al-Habsyi yang membaca pelajarannya sebanyak 25 kali sebelum mengikuti pelajaran yang disampaikan gurunya. Setelah itu mempelajari lagi sebanyak 25 kali seusai menerima pelajaran dari gurunya. Bahkan, syeikh Fakhrur Razi mengulang-ulang pelajarannya sebanyak 1000 kali. “Sementara kalian hanya (baru) membuka buku ketika berada di depan guru,” tambah beliau mengingatkan.
Di tengah-tengah para pelajar yang serius mengikuti nasehat-nasehatnya, beliau mengingatkan mereka agar menjauhi sifat dengki dan iri hati. Karena kedua sifat ini dapat mencabut keberkahan ilmu yang telah diperoleh. Beliau juga menceritakan pengalamannya ketika masih belajar.
“Ketika aku masih menuntut ilmu di Mekah. Setiap malam aku bersama kakakku Husein dan Alwi Assegaf mempelajari 12 kitab Syarah dari Al Mihaj, lalu menghafalkan semuanya. Pernah pada suatu hari saat nisful lail (akhir malam) ayahku Al Habib Muhammad keluar dari kamarnya dan mendapati kami sedang belajar. Beliau berkata, Wahai anak-anakku kalian masih belajar? Semoga Allah SWT memberkati kalian”.
Bahaya Makanan Haram
Pada kesempatan lain Habib Ali menggambarkan betapa gembira Rasulullah SAW jika melihat umatnya bersungguh-sungguh thalabul (mencari) ‘ilmu, kemudian mengamalkannya, dan menyampaikan (menyebarkannya) kepada saudaranya sesama umat Islam.
Beliau berkata, “Tidak ada yang lebih menggembirakan hati Rasulullah Muhammad SAW dari melihat upaya umat beliau menuntut ilmu, lalu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-harinya, dan menyebarkannya kepada saudaranya. Adakah yang lebih berharga dibandingkan kebahagiaan Habibi Muhammad SAW itu ? Dunia dan akhirat beserta segenap isinya tak mampu menyamai kebahagiaan beliau SAW”
Namun, beliau juga mengakui saat itu telah melihat gejala menurunnya semangat menuntut ilmu agama dan mengamalkan serta menyebarluaskannya di kalangan kaum muslimin. Menurutnya, semangat itu telah tidur terlalu lama, bahkan dikhawatirkan akan mati dalam tidurnya. Semangat itu telah hilang, cinta kepada ilmu telah menipis, keinginan berbuat kebajikan semakin melemah. Barangkali itu merupakan gejala awal rusaknya watak manusia. Putra Habib Muhammad Al-Habsyi ini menyatakan, penyebab utama semua itu adalah telah dikonsumsinya makanan haram oleh sebagian, atau bahkan kebanyakan umat Islam.
Diriwayatkan, bahwa Imam Haromain setiap kali ditanya seseorang selalu dapat menjawab. Imam Haromain adalah salah seorang yang menjadi rujukan (tempat bertanya) masyarakat di zamannya. Beliau menghafal ucapan guru beliau, Abu Bakar Al Baqillaniy yang tertulis dalam 12000 lembar kertas mengenai ilmu ushul. Sedangkan, Imam Sufyan bin Uyainah telah menghafal Al Qur’an dan menerangkan makna-maknanya di depan para ulama ketika ia masih usia 4 tahun. Kapan ia membaca Al Qur’an dan menghafalnya, serta kapan ia mempelajari makna-maknanya ?.
Namun suatu kali Imam Haromain ini tidak berkutik dan tidak dapat menjawab ketika menerima pertanyaan. Orang yang bertanya itu kemudian menanyakan mengapa sampai demikian, tidak biasanya beliau tak bisa menjawab. Lalu, Imam Haromain itu kemudian menjawab, “Mungkin ada susu yang masih tersisa di tubuhku”.
Sang penanya semakin penasaran apa yang dimaksud Imam Haromain. Dia kemudian bertanya lagi, “Apa maksudmu wahai Imam ?”. Beliau menjawab, “Dahulu ketika aku masih menyusui, ayahku sangat wara’ (berhati-hati) dalam menjaga kehalalan dan kebersihan minumanku. Beliau tidak membiarkan ibuku makan sesuatu kecuali yang benar-benar halal”.
Al Imam melanjutkan, “Suatu hari seorang budak wanita keluarga Fulan masuk ke rumah kami, tanpa sepengetahuan ibuku. Budak itu meletakkan aku di pangkuannya kemudian menyusuiku. Mengetahui hal itu ayahku sangat marah lalu memasukkan jari tangannya ke dalam mulutku, sehingga aku dapat memuntahkan semua susu yang baru saja kuminum dari budak itu. Namun, rupanya masih ada susu yang tersisa”.
Akhirnya Al Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi berwasiat kepada anak cucu dan keturunannya, termasuk kita semua, agar selalu meniru sikap dan tindakan para salaf ketika mencari ilmu dan beramal ibadah. Beliau berkata, “Wahai anak-anakku sekalian, jika kalian mau berusaha dengan sungguh-sunguh, maka bagimu kesempatan masih amat terbuka. Tauladani amal para salaf. Janganlah kalian menganggap mustahil mujahadah yang telah dilakukan orang-orang terdahulu, sebab mereka diberi kekuatan dhohir-bathin oleh Allah SWT”.
Beliau semakin menekankan perlunya mencontoh amal para salaf. Dituturkannya, “Mereka juga mempunyai niat dan tekad yang kuat untuk mencontoh para pendahulunya dalam berilmu dan beramal. Ketahuilah tidak ada yang menyebabkan manusia rugi, kecuali keengganan mereka mengkaji buku-buku sejarah kehidupan kaum sholihin. Jika riwayat hidup mereka dibacakan kepada orang mukmin, iman mereka akan semakin teguh kepada Allah SWT”.
SEJARAH HIDUP ATAU MANAQIB SAYYIDAH FATHIMAH AZ ZAHRA RA.
Sayyidatuna Fathimah Az-Zahra ra putri Rasulullah saw ,beliau adalah Al-Batul ( yang hidup hanya untuk beribadah ), wewangian Rasulullah saw, ibundanya Sayyidatuna Khadijah binti Khuwailid Ummul Mukminin istri Rasulullah saw mengandung beliau saat berusia 50 tahun; beliau merupakan putri ke empat Rasulullah saw. Beliau adalah anak Rasulullah saw yang hidup paling akhir, karena itulah beliau dapat menyaksikan wafatnya Rasulullah saw; dan beliau adalah orang yang pertama kali menyusul wafatnya Rasulullah saw.Rasulullah saw amat gembira sekali dengan kelahiran Sayyidatuna Fathimah ra yang merupakan pembawa kabar gembira dan nasib baik yaitu pada hari orang-orang Quraisy merampungkan pembangunan Baitul Haram dan masing-masing pemuka Quraisy ingin mendapat kehormatan meletakkan Hajar Aswad di tempat asalnya. Terjadilah perselisihan diantara mereka dan nyaris terjadi saling membunuh di antara mereka. Kemudian mereka sepakat untuk menjadikan hakim diantara orang yang lebih dahulu masuk masjid. T
ernyata orang yang pertama kali masuk masjid adalah Muhammad Rasulullah saw; maka mereka berkata :“Ini adalah Muhammad Al-Amin ( yang sangat dipercaya ). Sungguh kami rela dia bertindak sebagai hakim pemutus perkara”
Ketika Muhammad Raulullah saw mengetahui sebab terjadinya perselisihan diantara mereka, maka baeliau berkata :“Letakkan Hajar Aswad itu di atas pakaian ini”.
Lalu beliau membentangkan pakaiannya. Mereka pun melakukannya. Kemudian beliau berkata ;“Saya minta masing-masing para pimpinan kabilah memegang ujung pakaian ini, dan angkatlah Hajar Aswad ini bersama-sama”.
Maka merekapun melakukannya, lalu beliau mengambil Hajar Aswad ketika mereka sudah mengangkatnya dan beliau letakkan di tempatnya; dan keputusan ini tidak ada yang menentang beliau dan padamlah perselisihan mereka. Kemudian Rasulullah saw pulang ke rumahnya dan beliau mendapati istrinya Sayyidatuna Khadijah telah melahirkan Sayyidatuna Fathimah, timbul rasa gembira dan bahagia luar biasa dengan kelahiran putrinya ini. Beliau memberi nama Fathimah ( yang menyapih ) dengan harapan agar kelak ia menjadi seorang ibu serta bisa menyapih anak-anaknya,.
Sayyidatuna Fathimah tumbuh dewasa di dalam naungan dakwah, beriman kepada Allah dan Rasulnya, hidup di sisi Rasulullah saw dengan terus membantu beliau, mengawasi beliau dan memperhatikan penentangan, kebencian dan perlakuan buruk orang-orang Quraisy terhadap Rasulullah saw. Beliau selalu berusaha menolong ayahnya, bersikap tabah dan terus membelanya.Dan tatkala ibundanya Sayyidatuna Khadijah ra wafat, maka menjadi berlipat gandalah beban berat hidupnya; karena itu beliau mendapat sebutan “Ummu Abiba” ( ibu bagi ayahnya ).
Ketika seorang kafir Quraisy bernama Uqbah bin Mu’aith meletakkan isi perut kambing diatas kepala Rasulullah saw yang sedang sujud di bawah naungan Ka’bah; dengan cepat Sayyidatuna Fathimah menyingkirkannya dari kepala beliau dan mencaci maki Uqbah serta menantang sikap kasar dan kesombongannya.Sayyidatuna Fathimah telah ikut serta mengalami peristiwa-peristiwa kerasulan, hidup mengiringi masa-masa kerasulan, ikut merasakan besarnya beban berat yang harus dipikul Nabi saw dan beliau bersabar menghadapi pahit getirnya penderitaan itu. Beliau merasa sedih sekali dan menangis melihat apa yang telah menimpa Nabi saw. Rasulullah selalu menenangkan kegelisahan puterinya, menghilangkan kesusahannya dan memberinya kabar gembira akan datangnya pertolongan Allah swt.Saat terjadi peristiwa pemblokadean keluarga Rasulullah saw oleh orang-orang kafir Quraisy di sebuah bukit; Sayyidatuna Fathimah jatuh sakit dan ibundanya Sayyidatuna Khadijah sangat menghawatirkan kondisi anak perempuannya yang masih kecil itu. Semua keluarga Rasulullah saw ikut menderita akibat blokade orang-orang kafir Quraisy.Sayyidatuna Khadijah sendiri terserang penyakit berat dan merasakan ajalnya sudah dekat. Ketika Sayyidatuna Khadijah wafat, Rasulullah saw merasakan duka dan pahitnya perpisahan dengan seorang wanita yang amat agung, yang telah memberi keteguhan hati beliau, memberi motivasi serta pertolongan kepada beliau.Ketika Rasulullah saw terluka dalam perang Uhud; Sayyidatuna Fathimah ra segera mendekati ayahnya dan melihat wajahnya yang mulia bercucuran darah, beliau pun memberikan pertolongan dan mencoba menghentikan darah yang keluar dengan ke dua tangannya, namun tidak berhasil. Sementara Sayyidina Ali bin Abu Thalib menuangkan air ke wajah Nabi saw, namun darah tetap keluar. Maka beliau mengambil potongan tikar yang sudah lama dan membakarnya. Setelah menjadi abu, maka abu tersebut beliau tempelkan ketempat luka Rasulullah saw, hingga darah tersebut menjadi tertahan dan berhenti ( HR. Buhhari, Muslim, Ibnu Majah dan Ahmad )
Sayyidina Ali bin Abu Thalib meminang Sayyidatuna Fathimah ra.
Diriwayatkan dari Abdillah bin Buraidah dari ayahnya bahwa ia pernah berkata : Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar pernah meminang Sayyidatuna Fathimah, maka Rasulullah saw bersabda :”Sesungguhnya ia masih kecil”.
Kemudian Sayyidina Ali ra meminangnya, maka Rasulllah saw menikahkan Sayyidatuna Fathimah dengannya. Diriwayatkan dari Imam Thabroni bahwa Rasullah bersabda :
(إنّ اللّه تعالى أمرني أن أزوّج فاطمة من عليّ. ( رواه الطبراني )
“Sesungguhnya Allah swt telah memerintahkan kepadaku agar menikahkan Fathimah dengan Ali”.
Sayyidina Ali telah menyiapkan sebuah rumah sebagai tempat untuk menyambut calon istrinya. Putra-putri Bani Abdul Muthallib sangat merasa gembira sekali sebagaimana kebahagiaan itu meliputi para sahabat Anshar dan Muhajirin.Telah diriwayatkan dari Atho’ bin As Sa’ib dari ayahnya dari Sayyidina Ali ra, bahwa beliau berkata :
“Rasulullah saw telah memberi perlengkapan kepada Fathimah berupa khomil ( kain beludru yang terbuat dari kapas ), geriba ( tempat minum dari kulit ) dan bantal yang berisi rumput idzkir ( sejenis rumput yang basah dan berbau harum ).”
Dalam riwayat lain dari Sayyidina Ali ra, bahwasanya ketika Rasulullah saw mengawinkan dirinya dengan Sayyidatuna Fathimah, maka beliau membekali Sayyidatuna dengan Khomilah ( kain beludru ), bantal yang berisi sabut, dua alat penggiling, siqo’ ( wadah air dari kulit ) dan dua tempayan air.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa beliau berkata:“Ketika Rasulullah saw, menikahkan Sayyidatuna Fathimah dengan Sayyidina Ali, maka sesuatu yang dihadiahkan Rasulullah kepada Fathiimah adalah ranjang tempat tidur yang diikat dengan tali yang terbuat dari daun kurma dan bantal yang berisi sabut, serta geriba.
Ibnu Abbas berkata lagi : “Orang-orang datang membawa kerikil pasir, kemudian mereka letakkan merata di dalam rumah pengantin .”( Hadits ).
Demikianlan pernikahan berlangsung dengan biaya relative sedikit serta ongkos yang amat murah, dan terlaksana dengan penuh keramahan, kemudahan serta penuh kebaikan.
Kehidupan Sayyidatuna Fathimah ra di rumah suaminya.
Sayyidina Ali Kw adalah seorang faqir yang tidak memiliki apa-apa. Kehidupan dirinya bersama Sayyidatuna Fathimah ra dalam keadaan serba sulit. Keadaan tubuh Sayyidatuna Fathimah yang lemah akibat penderitaan beliau yang pernah dialami ketika terjadi pemblokadean kaum muslimin dibukit berupa kelaparan dan embargo ekonomi. Dan setelah bebas dari pemblokadean, Sayyidatuna fathimah menanggung penderitaan dan kepayahan hidup serta ikut bersama Nabi saw, menanggung perlakuan jahat orang-orang kafir Quraisy. Beliau hijrah ke kota Madinah dalam keadaan kedua kaki berdarah dan tinggal di rumah suaminya Sayyidina Ali kw yang alim dan wara’, seorang mujtahid yang dalam keterpaksaannya ia tidak pernah dapat menjamin untuk bisa makan pagi atau sore, maka Sayyidatuna Fathimah pun mengikuti suaminya dengan rela sepenuhnya.Sayyidina Ali kw selalu membantu pekerjaan istrinya semampunya, karena beliau tidak mampu membayar seorang pelayan yang dapat membantu tugas istrinya. Diriwayatkan dari Sayyidina Ali kw, bahwa beliau pernah berkata kepada Ibnu Ummi Abd :
“Maukah Kuceritakan kepadamu tentang diriku bersama putri Rasulullah saw, ia adalah keluarga Rasulullah saw yang amat beliau cintai. Suatu hari ia pernah berada disampingku, lalu ia menggiling dengan alat penggiling sampai alat itu menimbulkan bekas ditangannya. Ia juga mengambil air dengan geriba sampai alat itupun membekas pada lehernya. Ia juga menyapu rumah sehingga pakaiannya penuh dengan debu. Ia pun memasak dengan periuk sehingga pakaiannya menjadi sangat kotor.”
Diriwayatkan dari Sayyidatuna Fathimah ra, bahwa beliau berkata :
“Sungguh kedua tangan saya menjadi tebal dan kasar karena alat penggiling, kadangkala aku membuat tepung dan kadangkala aku membuat adonan.” (HR. Ad Daulabi, Ahmad dan Turmudzi )
Suatu ketika kaum muslimin menang dalam peperangan dan berhasil menawan beberapa tawanan wanita; saat itu Sayyidina Ali kw berkata kepada Sayyidatuna Fathimah :
“Pergilah dan mintalah seorang tawanan wanita yang dapat menolong pekerjaanmu dan saya kira Nabi saw tidak akan menolak permintaanmu karena kedudukanmu yang dekat dengan beliau.”
Maka Sayyidatuna Fathimah ra mematuhi perintah suaminya dan berangkat ke tempat Nabi saw. Maka Nabi saw bertanya kepadanya :“Ada apa wahai putriku?”
Sayyidatuna Fathimah menjawab :“Saya hanya datang untuk mengucapkan selamat kepada ayah.”
Beliau malu untuk meminta sesuatu dari ayahnya sendiri; lalu beliau kembali ke rumahnya. Ketika Sayyidina Ali kw mengetahui keadaan ini, maka beliau mengantar Sayyidatuna Fathimah pergi ke tempat Nabi saw dan mengutarakan niatnya untuk meminta seorang tawanan wanita yang dapat membantu pekerjaan Sayyidatuna Fathimah di rumah, karena ia kelihatan tidak mampu menyelesaikan pekerjaannya sendirian. Maka Rasulullah saw menjawab :
“Tidak, Demi Allah aku tidak akan memberi kalian, sementara aku membiarkan Ahlus Shuffah ( orang-orang fakir yang tinggal diserambi masjid ) dalam keadaan perut mereka terlipat. Aku tidak mendapatkan sesuatu yang akan kubelanjakan untuk mereka, tapi akan menjual para tawanan itu lalu akan kubelanjakan hasilnya untuk Ahlus Shuffah.”
Dalam riwayat lain dari sanad Abi Umamah dari Sayyidina Ali kw, bahwasanya Rasulullah bersabda :
“Bersabarlah engkau wahai Fathimah! Sesungguhnya wanita yang paling baik adalah yang bisa memberi manfaat bagi keluarganya.”
Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda :
“Maukah kalian kuberitahu mengenai sesuatu yang lebih baik daripada sesuatu yang telah kalian minta kepadaku? Ada beberapa kalimat yang diajarkan kepadaku oleh Jibril yaitu setiap selesai menjalankan sholat, hendaklah kalian membaca tasbih 10x, membaca tahmid 10x serta membaca takbir 10x. dan ketika kalian beranjak ketempat tidur, maka hendaklah kalian membaca tasbih 33x, membaca tahmid 33x serta membaca takbir 33x.(HR. Bukhari, Muslim, Turmudzi, Nasa’i, Ahmad, Ad Darimi dan Abu Nua’im).
Kepribadian Sayyidatuna Fathimah Az Zahra.
Beliau hidup sebagai sosok wanita yang giat dan yang teguh, suatu kehidupan yang seluruhnya merupakan hasil tempaan kasih sayang serta perhatian dari dua orang tua yang sangat mulia keturunannnya, budi pekertinya, kebangsawanan dan nasabnya. Sayyidatuna Fathimah Az-Zahra selalu belajar di rumah kedua orang tuanya tentang sesuatu yang tidak dipelajari oleh anak perempuan selainnya di kota Makkah, yaitu berupa ayat Al-Qur’an dan tradisi-tradisi yang tidak mungkin orang-orang sekitar mereka menanggungnya, baik mereka yang ahli ibadah ataupun yang lainnya.
Disamping itu, Sayyidatuna Fathimah Az-Zahra juga mempelajari apa saja yang dipelajari oleh anak-anak perempuan yang lain. Maka tidaklah heran bila beliau pernah membalut luka-luka ayahnya ketika perang Uhud, dan beliau melakukan sendiri pekerjaan-pekerjaan rumahnya serta beliau tidak pernah dibantu oleh seorang wanitapun di dalam sebagian besar masa hidupnya.Beliau tumbuh dewasa dan berkembang di tengah rumah tangga yang suci ini adalah seorang wanita yang berilmu, mempunyai keistimewaan dan menjiwai ilmu-ilmu Al-Qur’an, makna-maknanya seta isi kandungannya. Beliau tumbuh dewasa dalam ketenangan, kesederhanaan, dan perasaan cukup beliau dengan kemuliaan nasabnya; memiliki kemauan yang kuat, semamgat yang gigih dan jiwa yang mulia.Beliau menjunjung tinggi hubungan nasab dirinya dengan ayahnya dan merasa gembira sekali terhadap kemiripan anak-anaknya dengan ayah beliau. Beliau selalu menyebut-nyebut hal ini pada waktu menimang.Fithroh keagamaan pada diri Sayyidatuna Fathimah Az-Zahra ra, merupakan fithroh yang telah diwarisi dari kedua orang tuanya yang mulia. Beliau sangat hati-hati sekali menjaga perintah agama yang telah diyakininya, sehingga selalu waspada dan selalu bertindak paling hati-hati ( Al-Ahwath ) didalam setiap urusan. Beliau adalah orang yang paling mirip ayahnya dalam gaya berjalannya, ucapan dan pebicaraannya. Sayyidatuna A’isyah ra berkata tentang Sayyidatuna Fathimah Az-Zahra :
“Saya tidak pernah melihat seorangpun yang gaya berjalannya, ketenangan dan tingkah lakunya mirip dengan Rasulullah saw daripada Fathimah putri Rasulullah saw pada waktu ia berdiri dan duduk.”( HR. Turmudzi, Abu Daud dan Nasa’i )
“Ketika Fathimah masuk ke tempat Rasulullah saw. Maka Rasulullah pun berdiri menyambutnya, lalu menciumnya kemudian mendudukkannya di tempat duduk beliau; dan apabila Nabi saw masuk ke tempat Fathimah ra, maka iapun berdiri menyambut beliau, lalu mencium beliau kemudian mempersilahkan beliau duduk di tempat duduknya.”( HR. Turmudzi, Abu Daud dan Nasa’i )
“Sayyidatuna Aisyah merasa aneh ketika sikap Sayyidatuna Fathimah seperti orang biasa, pada waktu beliau melihat Sayyidatuna Fathimah menangis kemudian terus tertawa disisi Rasulullah saw, sewaktu beliau sakit menjelang wafatnya. Kemudian Sayyidatuna Aisyah baru tahu bahwa Sayyidatuna Fathimah menjadi tertawa karena telah mendengar dari ayahnya bahwa ia adalah orang yang pertama kali diantara keluarganya yang akan menyusul ayahnya.”( HR. Bukhari, Muslim, Turmudzi, Abu Daud, Ibnu Majah, Nasa’i, Ibnu Sa’ad, Hakim dll )
Kedudukan Sayyidatuna Fathimah disisi Rasulullah saw.
Rasulullah bersabda :
فاطمة بضعة منّي فمن أغضبها فقد أغضبني. ( رواه البخارى )
“Fathimah adalah bagian darah dagingku, barangsiapa yang membuatnya marah maka ia telah membuatku marah.”( HR. Bukhari )
Diriwayatkan dari Zaid bin Arqam bahwa ia berkata ; Rasulullah saw pernah berkata kepada Sayyidina Ali, Sayyidatuna Fathimah, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein :
انا حرب لمن حاربتم وسلم لمن سا لمتم ( رواه احمد، التر مذى، إبن هباّن و الحاكم )
”Saya memerangi orang-orang yang kalian perangi dan saya berdamai dengan orang-orang yang kalian ajak berdamai.”( HR. Ahmad, Turmudzi, Ibnu Hibban dan Al-Hakim, serta shahih menurut Ibnu Hibban dan Al-Hakim )
Keistimewaan Sayyidatuna Fathimah Az-Zahra.
كمل من الرّجال كثيرا ولم يكمل من النّساء إلاّ مريم بنت عمران وآسية امرأة فرعون و خديجة بنت خويلد و فا طمة بنت محمّد و فضل عائسة على النّسآء كفضل الثريد على سائر الطعام. ( رواه البخارى و مسلم )
“Banyak dari kaum lelaki ( para hamba Allah swt ) yang sempurna, dan tidak ada dari kalangan kaum perempuan ( hamba Allah swt ) yang sempurna kecuali Maryam putri ‘Imran, Asiyah istri Fira’un, Khadijah puteri Khuwailid dan Fathimah putri Muhammad, sedangkan keistimewaan ‘Aisyah dibandingkan dengan perempuan lain ( dari para hamba Allah swt ) adalah seperti keistimewaan tsarid ( roti yang diremuk dalam kuah ) melebihi seluruh makanan lainnya.” ( HR. Bukhari – Muslim )
حسبك من نساء العالمين اربع : مريم بنت عمران وخديجة بنت خويلد وفاطمة بنت محمد وآسية امرأة الفرعون. ( رواه الترمذى,حاكم, احمد و ابن هبان )
“Cukup untuk kamu ketahui bahwa diantara wanita sealam semesta ( yang paling mulia ) ada empat orang yaitu Maryam puteri Imran, Khadijah puteri Khuwailid, Fathimah puteri Muhammad dan Asiyah istri Fir’aun.”( HR. Turmudzi, Hakim, Ahmad dan ibnu Hibban )
يافاطمة أمّا ترضين ان تكونى سيّدة نسآء المؤمنين او سيّدة هذه الأمة, فضحكت الذى رأيت. ( متّفق عليه )
“Wahai Fathimah tidakkah engkau senang menjadi junjungan para wanita orang-orang mukmin atau junjungan para wanita umat ini.”( HR. Bukhari, Muslim, dll )
افضل نساء اهل الجنّة خديجة و فاطمة. ( رواه احمد و الحاكم )
“Wanita penduduk surga yang paling utama adalah Khadijah dan Fathimah.”( HR. Ahmad dan Al Hakim )
ان فاطمة الزّهراء احبّ اهل بيتى إليّ. ( رواه احمد )
“Sesungguhnya Fathimah Az-Zahra adalah Ahli Baitku yang paling kucintai.”( HR. Imam Ahmad )
Diantara keistimewaan Sayyidatuna Fathimah ra adalah sesungguhnya Allah swt telah melestarikan anak cucu Nabi saw lewat anak cucu Fathimah dan melanggengkan keturunan Raulullah saw lewat keturunan Sayyidatuna Fathimah ra. Karena hanya Sayyidatuna Fathimah satu-satunya diantara putra-putri Nabi saw yang menjadi ibu bagi keturunan Ahli Bait. Anak-anak Nabi saw yang laki-laki tidak ada yang berumur panjang. Putra-putra beliau yang bernama Qasim, Abdullah dan Ibrahim telah meninggal dunia saat mereka masih anak-anak. Adapun putri-putri Nabi saw adalah empat orang yaitu Zainab, Ruqaiyah, Ummu Kultsum dan Fathimah Az-Zahra. Semua putri Nabi saw terputus keturunannya; kecuali keturunan Sayyidatuna Az-Zahra Al-Batul. Allah swt telah memberi karunia kepada Sayyidatuna Az-Zahra ra berupa dua orang putra yaitu Sayyidina Hasan dan Husein dan seorang putri yaitu Sayyidatuna Zainab ra; dan hanya dari kedua putranya ( Sayyidina Hasan dan Husein ) cucu Rasulullah saw asal-usul seluruh para Ahli Bait yang mulya.
Wafatnya Sayyidatuna Fathimah Az-Zahra Al-Batul.
Ketika menjelang wafatnya, beliau berkata kepada Asma binti Amis :
“Tidakkah engkau lihat, sudah seberapa parah sakitku ini, maka janganlah engkau akan mengusungku di atas keranda yang terbuka.”
Dalam riwayat lain dari Abdullah bin Buraidah menyebutkan bahwa Sayyidatuna Fathimah ra, telah berkata kepada Asma’ :“Sesungguhnya saya sangat malu bila keluar dalam keadaan terbungkus, diusung oleh para lelaki, sedangkan ditengah-tengah bungkus itu terdapat tubuh saya.”
Dalam riwayat Ummi Ja’far menyebutkan, bahwa Sayyidatuna Fathimah berkata :“Sesungguhnya saya menganggap jelek sekali perlakuan yang diperuntukkan kepada para wanita yang ( jenazahnya ) dikenakan pakaian ( diberi kafan ) lalu pakaian itu memperlihatkan bentuk tubuhnya.”
Maka Asma’ berkata kepada beliau :“tidak… sungguh demi hidupku wahai puteri Rasulullah saw.. namun aku akan membikin keranda ( yang tertutup rapat ) sebagaimana yang pernah engkau lihat itu dilakukan di Habasyah.”
Sayyidatuna Fathimah berkata :“Coba hal itu perlihatkan kepadaku.”
Maka Asma’ mengambil beberapa pelepah daun kurma yang masih basah, lalu ia melengkungkan pelepah-pelepah itu kemudian ia jadikan keranda di atas tempat tidur. Ketika Sayyidatuna Fathimah melihatnya, beliau langsung tersenyum, padahal beliau tidak pernah kelihatan tersenyum ( sepeninggal Rasulullah saw ).
Beliau berkata kepada Asma’ :“Alangkah bagusnya keranda ini dan alangkah indahnya. Dengan bentuk macam ini, maka wanita akan bisa dibedakan dari orang laki-laki. Mudah-mudahan Allah swt menutupi aibmu sebagaimana engkau telah menutupiku, dan bilamana aku telah meninggal, maka mandikanlah bersama dengan Ali serta jangan ada seorangpun yang masuk ke tempatku.”
Sayyidatuna Fathimah ra wafat pada hari selasa tanggal 3 Ramadhan tahun 11 H, dalam usia 28 tahun. Beliau dimakamkan di Baqi’ pada malam hari. Shalat jenazah beliau dipimpin oleh Sayyidina Ali. Dan ada yang mengatakan dipimpin oleh Sayyidina Abbas ra. Yang menurunkan jenazah beliau ke liang lahat adalah Sayyidina Abbas ra dan Sayyidina Ali ra serta Fadhil bin Abbas. Sedangkan dalam kitab Adz Dzurriyah Ath Thahirah karangan Ad Daulabi menyebutkan bahwa Sayyidatuna Fathimah hidup setelah wafatnya Nabi saw, selama 3 bulan.
Adapun riwayat yang paling shahih adalah riwayat Az-Zuhri dari Urwah bin Zubair dari Aisyah bahwa beliau berkata:“ Fathimah hidup setelah wafatnya Rasulullah saw selama 6 ( enam ) bulan. ( HR.Bukhari Muslim ).
Rahasia Sang Penarik Hati al Habib Ali al Habsyi Haul Solo Jawa Tengah
Ada yang bertanya : Ya habib, kenapa kok haul Habib Ali alhabsyi begitu banyak yang hadir laksana lautan ummat bahkan yang tak hadirpun meresa resah karena tidak dapat hadir…???
Masya ALLAH…
Itu semua terjadi karena mujahadah beliau yang sangat hebat dalam beribadah dan menjaga perintah ALLAH SWT dan dalam menerapkan Sunnah Nabi SAW sehingga beliau dicintai oleh Allah
sebagaimana janji ALLAH SWT bagi hambanya yang ia cintai di sebutkan dalam hadits
( ﻳُﻮﺿَﻊُ ﻟَﻪُ ﺍﻟْﻘَﺒُﻮﻝُ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ )
[ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ]
ALLAH akan jadikan hatinya di cintai oleh semua hati manusia bahkan semua makluq pun mencintainya…
Sehingga beliau laksana “MAGNET” yang menarik semua hati walaupun jauh..
Subhanallah
Hal ini Sebagaimana isyarat dari guru besar beliau Al habib Abubakar bin Abdullah Alathos beliau berkata :
ﻳَﺎ ﻋَﻠِﻰ ﺑﺎَﺗَﻜُﻮﻥ ﻣَﻐﻨَﺎﻃِﻴﺲ ﺍﻟﻘُﻠُﻮﺏ
Wahai Ali Engkau akan menjadi magnet nya hati ( semua hati akan tertarik dan mendekat padamu….
Alhabib Abdul Qodir bin Qudban pernah berkata kepada Al habib Ali Bin Muhammad Alhabsyi :
Ya.. Habib Ali, kenapa setiap aku melihat arwah para salaf ahli Tarim dan aku bertanya kepada mereka hendak kemanakah kalian wahai para salafku maka mereka menjawab : Kami akan ke Ali Habsyi…!
Al habib Ali menjawab : Wahai Abdul Qodir itu semua karena aku telah memegang ketuanya.. aku memegang teguh Muhammad Sayyidil wujud…
Beliau pernah berkata :
Bukanlah keindahan surga yang membuatku rindu kepadanya, akan tapi karena kekasih hatiku Rosulullah shallallahu alaihi wasallam yang bersemayam didalamnya
Siapa yang jiwanya terikat kepada Rosulullah shallallahu alaihi wasallam, maka hatinya akan mudah tertarik dan mudah terikat dengan jiwa yang mencintai
Rosulullah shallallahu alaihi wasallam, satu ikatan yang tidak nampak tapi tidak terputus, jadi penghubung kita dengan Rosulullah shallallahu alaihi wasallam dengan mengikuti jalan Rosulullah shallallahu alaihi wasallam dan memperbanyaklah kita membaca sholawat kepada Rosulullah shallallahu alaihi wasallam” Man ahabballah ahabba man ahabballah wa ahabba ma ahabbahullah, siapa yang mencintai Allah SWT maka dia akan mencintai orang yang mencintai Allah SWT, dan akan mencintai apa-apa yang dicintai oleh Allah SWT……..
ﻳﺎﻟﻠﻪ ﺑﺎﻟﺘﻮﻓﻴﻖ ﺣﺘﻰ ﻧﻔﻴﻖ ﻭﻧﻠﺤﻖ ﺍﻟﻔﺮﻳﻖ
Mudah mudahan kita mendapat taufiq sehingga kita bisa di golongkan dan mencintai orang-orang sholeh…
Amien…
IMAM MUHAMMAD AL BAQIR AL HUSAINI ( 114 H/ 732 M ) KETURUNAN ROSULULLOH YANG MULIA
Nama lengkap dan silsilah beliau adalah Al-Imam Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib Al- Qurosyi Al- Hasyimi (Rodhiallaahu ‘anhum). Beliau lahir di kota Madiinatul Munawwaroh hari Jum’at 12 safar Tahun 57 H/676M dalam riwayat lain ada yang mengatakan 1 Rajab 57H.
Ayah nya dan sekaligus gurunya adalah Imam ‘Ali Zainal ‘Aabidiin yang selamat dari tragedi karbala, putra dari Sayyid Syuhadaa’ Sayyidinaa Husain bin ‘Ali bin Abi Thaalib (Rodhiallaahu ‘anhum).. Dan ibu nya adalah Sayyidah Faathimah binti hasan bin ‘Ali (Radhiallaahu ‘anhum). Dari pernikahan ini, maka lahirlah generasi pertama Ahlul Bayt yang kedua duanya bertemu, baik dari jalur Imam Hasan maupun Imam Husain, bertemu pada Sayyidina ‘Ali Karomallaahu wajhah maupun Sayyidaatinaa Fathimah Az-Zahroo putri Rosuulullaah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam..
Nama panggilan beliau adalah Abu Ja’far. Meski beliau diberi banyak gelar seperti Abu ‘Abdullah, Imam Muhammad Al-Baqir, Maulana AL-Baqir AL-‘Uluum, panggilan yang umum dikenal dan digunakan adalah Imam Muhammad Al-Baqir. Al-Baqir kata harfiah artinya memotong/ membelah. Digelari Al-Baqir (yang membelah bumi) karena kapasitas keilmuan beliau yang begitu mendalam sehingga diibaratkan dapat membelah bumi dan mengeluarkan isinya yang berupa pengetahuan-pengetahuan ( Al-Baqir Al-‘Uluum). Mereka yang beruntung bertemu dan bertanya dengan beliau pasti akan puas, karena beliau membuka pengetahuan sampai ke akar akar nya, sampai ke asal usul nya, dan kemudian menyampaikan pengetahuan itu pada masyarakat luas. Dan yang pasti namanya harum dan tersohor sampai ke seantaro pelosok negri khusus nya jazirah arab kala itu..
Selama 34 Tahun beliau berada dalam perlindungan dan didikan ayahnya, Ali Zainal Abidin a.s. Selama hidupnya beliau tinggal di kota Madinah dan menggunakan sebagian besar waktunya untuk beribadah guna mendekatkan diri kepada Allah SWT serta membimbing masyarakat ke jalan yang lurus.
Al-Imam Ibnu Al-Madiny meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah (Radhiallaahu ‘anhumaa) bahwasannya Jabir berkata kepada Imam Muhammad Al-Baqir yang pada waktu itu masih kecil, “Rasulullah SAW mengirimkan salam untukmu.” Beliau bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?.” Jabir menjawab, “Pada suatu hari saya sedang duduk bersama Rasulullah SAW, sedangkan Al-Husain (cucu beliau) lagi bermain-main di pangkuan beliau. Kemudian Rasulullah SAW berkata, ‘Pada suatu saat nanti, dia (yaitu Al-Husain) akan mempunyai seorang putra yang bernama Ali (Zainal Abidin). Jika hari kiamat datang, akan terdengar seruan, ‘Berdirilah wahai pemuka para ahli ibadah.’ Maka kemudian putranya (yaitu Ali-Zainal Abidin) itu akan bangun. Kemudian dia (yaitu Ali Zainal Abidin) akan mempunyai seorang putra yang bernama Muhammad. Jika engkau sempat menjumpainya, wahai Jabir, maka sampaikan salam dariku.’ “
Mengenai keilmuan dan ketaatannya, kita semak kata-kata Ahmad lbnu Hajar Al-Makki al-Haitami Rahmatullaahi ‘alaih , seorang ulama sunni ,beliau mengatakan dalam kitab nya “AS-SAWAA’IQ AL-MUHRIQO”:
“Imam Muhammad AL-Baqir telah menyingkapkan rahasia-rahasia pengetahuan dan kebijaksanaan, serta membentangkan prinsip-prinsip spiritual dan agama. Tak seorangpun dapat menyangkal keperibadiannya yang mulia, pengetahuan yang diberikan Allah, kearifan yang dikaruniakan oleh Allah dan tanggung jawab serta rasa syukurnya terhadap penyebaran pengetahuan. Beliau adalah seorang yang suci dan pemimpin spiritual yang sangat berbakat. Dan atas dasar inilah beliau terkenal dengan gelar al-baqir yang berarti pengurai ilmu. Beliau baik hati, bersih dalam keperibadian, suci jiwa, dan bersifat mulia. Imam mencurahkan seluruh waktunya dalam ketaatan kepada Allah (dan mempertahankan ajaran-ajaran nabi suci dan keturunannya). Adalah di luar kekuasaan manusia untuk menghitung pengaruh yang mendalam dan ilmu dan bimbingan yang diwariskan oleh Imam pada hati orang-orang beriman. Ucapan-ucapan beliau tentang kesalehan, pengetahuan dan kebijaksanaan, amalan dan ketaatan kepada Allah, begitu banyak sehingga isi kitab ini sungguh tidak cukup untuk meliput semuanya itu”.
Diriwayat kan bahwasanya Raja pernah memanggil beliau ke pengadilan yang di maksudkan untuk mencelakai beliau, tatkala Imam Al-Baqir muncul mendadak raja mengurungkan niat nya, meminta ma’af kepadanya, dan banyak hadiah yang diterima beliau, lalu di antarkan ke keluarga bani hasyim dengan cara yang terhormat. Ada yang menimpali dan bertanya kepada raja mengapa dia berbuat seperti ini, maka raja mengatakan : Ketika dia ( Imam Al-Baqir) datang, aku melihat dua singa yang sangat besar, satu di sebelah kanan nya dan satu yang lain berada di sebelah kiri nya yang mengancam ku untuk membunuh ku jika aku berencana mencelakai Al-Baqir. Ya, beliaulah waliullah yang di beri ke istimewaan oleh Allah dan sebagai wali nya untuk menyeru umat manusia ke jalan yang benar. Wali Qutub, yang memegang porosnya dunia,,, Saya pernah mendengar dari Al-habib Muhammad Luthfi bin yahya bahwa tak sembarangan untuk menjadi wali Qutub, beliau haruslah seorang yang bersambung silsilah nya baik dari ayah atau ibu nya ke Rosuulullaah,,, inilah yang di namakan segitiga emas, dan jabatan inilah yang sedang di pegang oleh Al-Imam Muhammad Al-Baqir..
Al-Baqir Muhammad bin Ali bin al-Hussain adalah penerus dari ayahnya, Ali Zainal Abidin bin al-Hussain , dan orang yang meneruskan posisi imamah setelahnya. Dia melebihi saudara-saudaranya dalam bidang ilmu keagamaan, kesederhanaan dan kepemimpinan. Dan mereka semua tak dapat menggantikan posisinya, karena posisinya yang berkaitan dengan imamah, karena kedudukannya di mata Allah SWT, dan karena posisinya sebagai khalifah Rasulullah S.A.W. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan berkah-Nya kepada beliau. Dia adalah orang yang paling dikenal di antara mereka, satu-satunya yang dihormati baik oleh non-Syiah dan Syi’ah sendiri, dan yang paling mampu di antara mereka. Tidak ada satupun keturunan dari al-Hasan dan al-Hussain a.s. menunjukkan kemampuan yang sama dalam pengetahuan keagamaan, tradisi, sunnah-sunnah, pengetahuan tentang Qur’an , kehidupan Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam, dan teknik kesusastraan, sebagaimana yang ditunjukkan oleh Abu Ja’far (Muhammad al-Baqir) Radhiallaahu ‘anhu.Dia adalah pemimpin dari seluruh keluarga Bani Hasyim. Dia adalah pemimpin dari seluruh keturunan Ali. Sahabat-sahabat Rasulullah S.A.W, para tabi’in, dan ulama-ulama muslim mengatakan banyaknya prinsip-prinsip keagamaan di bawah kepemimpinan Imam al-Baqir . Dengan kelebihan moral dan perilakunya dia menjadi tolak ukur dalam pengetahuan di keluarganya dan masyarakatnya.
As-Syibli Nu’mani rahmatullaahi ‘alaih menyebutkan dalam kitab nya “SIRAH AN-NU’MANI” :
Ahlul bait adalah adalah sumber dari hadits hadits, fiqh, bahkan semua cabang ilmu agama, dan ini seluruhnya terdapat dalam diri seorang Muhammad Al-Baqir, karena beliau memiliki pengetahuan yang besar dan luas sekali terhadap Al-Qur’an dan sunnah sunnah(hadits) Rosuulullaah.. Banyak dari para tabi’iin, Tabi’it tabi’iin, Fuqohaa’, dan mujtahidiin yang bertanya tentang ilmu ilmu agama kepada beliau. Namanya banyak kita temui dalam sanad hadits hadits shohih. Beliau juga dikenal sebagai penyampai Sirah Nabawiyyah pri kehidupan baginda Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam serta keluarganya kepada yang lain. Beliau mencatat kembali kejadian-kejadian dari bermulanya sejarah (mubtada’) dan kehidupan Rasulullah S.A.W. Kisah tentang kehidupan Rasulullah S.A.W (maghazi) dicatat dibawah kepemimpinannya. Rakyat mengikuti ajaran dari Rasulullah S.A.W secara murni dibawah kepemimpinannya dan bersandar kepadanya tentang ritual-ritual keagamaan dan haji yang dipelajarinya langsung dari utusan Allah SWT. Baik kaum Syiah maupun bukan syiah mengikuti kepemimpinannya. Orang-orang banyak belajar ilmu kalam darinya.Dan beliau di akui sebagai salah satu Fuqohaa’ yang masyhur dari Madinah, seorang laki laki terpelajar yang datang untuk menjawab semua persoalan yang ada. Sebuah kutipan terkenal ketika beliau ditanya tentang Surah An-nahl 43 yang bunyinya FAS’ALUU AHLADZ-DZIKRI IN KUNTUM LAA TA’LAMUUN, tanyakan lah kepada ahli dzikir jika kamu tidak mengetahui… maka jawabnya ” Kamilah ahli dzikr..
Para Shoolihin dari kalangan ahlul bait tidak pernah mengejar dunia, juga tidak punya keinginan untuk hal kehidupan duniawi, mereka mencurahkan waktu dan hidupnya untuk melayani umat, mencari keridhoan Allah Ta’ala semata. Sebagaimana dalam pri kehidupan nya Imam Muhammad Al-baqir , karena beliau terkenal tidak hanya karena pengetahuan nya yang luas, tetapi juga karena kesholihan beliau, beliau menempatkan ibadah lebih dari segalanya.. Imam Abul Hasan Ali bin ‘Utsman Al-Hujwairi rahmatullaahi ‘Alaih dan Qodhi Abu Iyad bin Musa Fazl Al-yahsubi Rahmatullaahi ‘Alaih menyebutkan dalam karya nya masing masing “AL-KASYF AL-MAHJUUB dan AS-SYIFAA’ ” bahwa Abu Ja’far Muhammad Al-Baqir Radhiallaahu ‘Anhu adalah seorang muslim yang sangat ta’at dan selalu menghabiskan waktu waktunya untuk beribadah kepada Allah. Beliau menghabiskan sebagian besar malam itu untuk beribadah dan memuliakan Allah Subhanahu Wata’aalaa.. Sebagai hasil dari pengabdian nya kepada Allah, beliau di anugrahi banyak keluasan ilmu, sehingga di berkahi dengan pengetahuan baik secara rahasia (ma’rifat) maupun yang nyata (syari’at) dari disiplin ilmu agama secara keseluruhan.
Imam al-Baqir dikenal sebagai orang yang bersahaja dan sangat baik hati dan pemurah kepada yang memerlukan.Telah dilaporkan di bawah kepemimpinannya, dibawah kepemimpinan ayah-ayahnya., bahwa Rasulullah dan keluarga beliau sering berkata,”Hal yang terbaik dari pekerjaan ada tiga: menjaga saudara dengan harta, memberi keadilan kepada orang lain, dan menyebut nama Allah pada setiap saat.”
Beliau jika tertawa, beliau berkata, “Ya Allah, janganlah Engkau timpakan murka-Mu kepadaku.” Beliau adalah seorang yang mencintai dua orang yang agung, yaitu Abubakar dan Umar (semoga Allah meridhoi mereka berdua).
Imam Baqir pernah berkata,”Rakyat telah menyebabkan banyak masalah bagi kami. Kami menyeru kepada mereka tapi mereka tidak perduli. Tapi jika kami tinggalkan, tidak akan ada yang membimbing.”
Imam juga pernah berkata,”Apa sebenarnya yang dibenci oleh
mereka terhadap kami yang merupakan anggota keluarga dari Keluarga yang disucikan, keturunan dari kenabian, sumber kebajikan”
Mengenai situasi pemerintahan yang terjadi di zaman beliau, dua tahun pertama dipimpin oleh Al-Walid bin Abdul Malik yang sangat memusuhi keluarga nabi dan dialah yang memprakarsai pembunuhan Ali Zainal Abidin. Dua tahun berikutnya beliau juga hidup bersama raja Sulaiman bin Abdul Malik yang sama jahat dan durjananya dengan selainnya, yang seandainya dibandingkan maka dia jauh lebih bejat dari penguasa Bani Umayyah yang sebelumnya. Kemudian tampuk kepemimpinan berpindah ke tangan Umar bin Abdul Aziz, seorang penguasa Bani Umayyah yang bijaksana dan lain dari selainnya. Beliaulah yang menghapus kebiasaan melaknat Imam Ali bin Abi Thalib di setiap mimbar Jum’at, yang diprakarsai oleh Muawiyah bin Abi Sufyan dan telah berjalan kurang lebih 70 tahun. Beliau pula yang mengembalikan tanah Fadak kepada Ahlu Bait Nabi yang pada waktu itu diwakili Imam Muhammad aL-Baqir. Namun sayang beliau tidak berumur panjang dan pemerintahannya hanya berjalan tidak lebih dari dua tahun lima bulan. Pemerintahan kemudian beralih ke tangan seorang pemimpin yang laim yaitu Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan.
Pemerintahan Hisyam diwarnai dengan kebejatan moral serta pengejaran dan pembunuhan terhadap para pengikut Ahlu Bait. Zaid bin Ali seorang keluarga rasul yang Alim dan syahid gugur di zaman ini. Hisyam kemudian memerintahkan pasukannya untuk menghancurkan markas-markas Islam yang dipimpin oleh Imam Baqir . Salah seorang murid Imam al-Baqir yang bernama Jabir al-Ja’fi juga tidak luput dari sasaran pembunuhan. Namun, demi keselamatannya Imam Muhammad al-Baqir menyuruhnya agar pura-pura gila. Beliau pun menerima saran dari Imam dan selamat dari ancaman pembunuhan, karena penguasa setempat mengurungkan niatnya setelah yakin bahwa Jabir benar-henar gila.
Ketika semua makar dan kejahatan yang telah ditempuh untuk menjatuhkan Imam Muhammad AL-Baqir tidak berhasil, sementara orang-orang semakin yakin akan keimamahannya, maka Bani Umayyah tidak punya alternatif lain kecuali pada tanggal 7 Zulhijjah 114 H, ketika Imam Al-Baqir berusia 57 tahun, Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan si penguasa yang zalim, menjadikan imam syahid dengan meracuninya, dan jenazahnya dibaringkan di Jannatul Baqi’ Madinah.
Ahlul Bait Nabi s.a.w berguguran satu demi satu demi mengharap ridha dari Allah SWT. Semoga salam dilimpahkan kepada mereka ketika mereka dilahirkan, di saat mereka berangkat menghadap Tuhannya, dan saat dibangkitkan kelak.
Dari sebagian kalam mutiara beliau adalah:
Jika engkau menginginkan suatu kenikmatan itu terus padamu, maka perbanyaklah mensyukurinya. Jika engkau merasa rejeki itu datangnya lambat, maka perbanyaklah istighfar. Jika engkau ditimpa kesedihan, maka perbanyaklah ucapan ‘Laa haula wa laa quwwata illaa billah’. Jika engkau takut pada suatu kaum, ucapkanlah, ‘Hasbunallah wa ni’mal wakiil’. Jika engkau kagum terhadap sesuatu, ucapkanlah, ‘Maa syaa’allah, laa quwwata illaa billah’. Jika engkau dikhianati, ucapkanlah, ‘Wa ufawwidhu amrii ilaallah, innaallaha bashiirun bil ‘ibaad’. Jika engkau ditimpa kesumpekan, ucapkanlah, ‘Laa ilaaha illaa Anta, Subhaanaka innii kuntu minadz dzolimiin.’
**Tidaklah hati seseorang dimasuki unsur sifat sombong, kecuali akalnya akan berkurang sebanyak unsur kesombongan yang masuk atau bahkan lebih.”
**Sesungguhnya petir itu dapat menyambar seorang mukmin atau bukan, akan tetapi tak akan menyambar seorang yang berdzikir.”
**Tidak ada ibadah yang lebih utama daripada menjaga perut dan kemaluan.”
**Seburuk-buruknya seorang teman itu adalah seseorang yang hanya menemanimu ketika kamu kaya dan meninggalkanmu ketika kamu miskin.”
**Kenalkanlah rasa kasih-sayang di dalam hati saudaramu dengan cara engkau memperkenalkannya dulu di dalam hatimu.”
Diantara kalam mutiara beliau yang lain, saat beliau berkata kepada putranya,
@Wahai putraku, hindarilah sifat malas dan bosan, karena keduanya adalah kunci setiap keburukan. Sesungguhnya engkau jika malas, maka engkau akan banyak tidak melaksanakan kewajiban. Jika engkau bosan, maka engkau tak akan tahan dalam menunaikan kewajiban.”
@Wahai anakku! Sesungguhnya Allah menyembunyikan tiga perkara dalam tiga perkara.
**Pertama, Allah menyembunyikan redha-Nya dalam ketaatan kepada-Nya. Oleh itu, janganlah engkau memandang ringan sesuatu perbuatan taat, karena barangkali di dalamnya terdapat redha Allah.
**Kedua, Allah menyembunyikan murka-Nya dalam sesuatu maksiat. Oleh itu, janganlah engkau memandang ringan sesuatu maksiat, karena barangkali di dalamnya terdapat murka Allah.
**Ketiga, Allah menyembunyikan wali-wali-Nya di dalam makhluk-Nya. Oleh itu, jangan sekali-kali engkau menghina (memandang rendah) seseorang, karena mungkin dia adalah wali Allah.”
Banyak cerita
dan puisi yang didedikasikan untuknya.
Al-Qurazi berkata:
Duhai (engkau) yang membagi (baqir) ilmu pengetahuan (dan membuatnya tersedia) bagi orang-orang yang memerlukan dan tempat orang-orang mencari penyelesaian yang terbaik.
Malik bin Ayan al-Juhi berkata tentangnya Ketika orang-orang mencari ilmu Qur’an, kaum Quraisy bersandar kepadanya. Jika seseorang hanya dapat bertanya dimanakah putra dari putrinya Rasulullah S.A.W, sedangkan engkau memperoleh ribuan cabang (ilmu pengetahuan) darinya. Engkau seperti bintang yang menyinari musafir pada kegelapan, engkau bagaikan gunung yang mewarisi luasnya ilmu pengetahuan.
Imam Muhammad Al-Baqir wafat di kota Madinah 7 Zulhijjah pada tahun 117 H (dalam riwayat lain 114 H atau 118 H) setelah memimpin jabatan ke imamahan selama 19 tahun dan disemayamkan di pekuburan Baqi’, tepatnya di qubah Al-Abbas disamping ayahnya, lokasi yang banyak di makamkan disana para Ahlul bait, Syuhadaa’ dan para Sahabat. Beliau berwasiat untuk dikafani dengan qamisnya yang biasa dipakainya shalat. Beliau meninggalkan 8 orang anak ( dalam riwayat lain 7 anak ), yaitu Ja’far Shodiq, Abdullah, Ibrahim, Ubaidillah, Reza, Ali, Zainab dan Ummu Kultsum( Ummu Salamah). Putra beliau yang bernama Ja’far dan Abdullah dilahirkan dari seorang ibu yang bernama Farwah bintu Qasim bin Muhammad bin Abubakar Ash-Shiddiq. Dunia sangat beruntung sekali lewat adanya Imam Al-Baqir ini, karena beliau adalah seorang pendidik untuk banyak dari ‘ulama Islam seta pelestari sunnah sunnah Kanjeng Nabi Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam..
Sangat disayangkan banyak yang tidak tahu tentang beliau yang sangat dihormati dan dalam jasa jasanya yang sangat banyak bagi kemajuan ilmu Islam khususnya. Muhammad bin Mahmud bin Khafindis menulis dalam RAUZATUS-SAFA bahwa : Lidah dan pena tidak akan dapat menggambarkan manfa’at (jasa jasa nya) dan pri kehidupan Imam muhammad Al-Baqir .
Semoga Allah senantiasa melimpahkan Shalawat dan Salam kepada Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam beserta keturunan keturunan nya,,, Amin
HABAIB DAN SYARIFAH ADALAH CUCU CUCU ROSULULLOH SAW.
Kenapa para Habaib dan Syarifah dikatakan sebagai keturunan Rosulullah? bukankah para habaib keturunan saidina ali? Keturunan biasanya dinisbatkan kepada bapak dan kanjeng Rosul hanya memiliki seorang putri.
JAWABAN :
Karena itu adalah khususiyah dari Rasululloh shollallohu alaihi wasallam bahwa semua anak anak dari dewi Fatimah di nasabkan kepada beliau shollallohu alaihi wasallam
Kitab Fatawi Haditsiah Ibnu Hajar
وسئل فسح الله في مدته : عن أولاد زينب بنت فاطمة الزهراء من ابن عمها عبد الله ابن جعفر رضي الله عنهم موجودون بكثرة ، فهل يثبت لهم حكم أولاد أخويها الحسن والحسين رضي الله عنهما ، وما الفرق مع أن من حصوصياته صلى الله عليه وسلم أن أولاد بناته ينسبون إليه ؟ . فأجاب بقوله : من الواضح أن يثبت لهم حكمهم من كونهم آل البيت ومن ذريته صلى الله عليه وسلم وأولاده إجماعا ، ومع ذلك لا ينسبون إليه أخذا من فرق الفقهاء بين ولد الرجل ومن ينسب إليه في نحو وققت على أولادي فيدخل ولد البنت لأنه يسمى ولدا ، ونحو وقفت على من ينسب إلي فلا يدخللأنه لا ينسب لجده بل ينسب لأبيه ، والذي ذكروه أن من خصائصه صلى الله عليه وسلم أن أولاد بناته ينسبون إليه ولم يذكروا ذلك في أولاد بنات بناته فالخصوصية للطبقة العليا فقط فأولاد فاطمة الأربع أم كلثوم زوجة عمر ولدت منه زيدا ورقية ثم تزوجت بعده ولد عمها ابن جعفر فولدت له ثلاثة عون فمحمد فعبد الله ولم يلد لأحد منهم ، وزينب التي الكلام فيها والحسن والحسين فهؤلاء الأربعة ينسبون إلى النبي صلى الله عليه وسلم ، وأولاد الحسن والحسين ينسبون إليهما فينسبون إليه بخلاف أولاد زينب وأم كلثوم فإنهم إنما ينسبون إلى أبويهم عمر وعبد الله لا إلى الأم ولا إلى جدها عملا بقاعدة الشرع إن الولد يتبع أباه في النسب لا أمه ، وإنما خرج أولاد فاطمة وحدها خصوصية لهم وذلك مقصور على ذرية الحسن والحسين كما يدل له حديث الحاكم ” لكل بني أم عصبة إلا بني فاطمة فأنا وليهما وعصبتهما ” فخص الانتساب والتعصيب بهما دون أختيهما
Mengenai nasab Sayidina Hasan dan Husain, yang dinisbatkan kepada Rasulullah melalui jalur ibu mereka yaitu Sayidatuna Fatimah. Hal ini merupakan kekhususan mereka, ini berdasarkan apa yang disampaikan oleh Rasulullah shollallohu alaihi wasallam :
عن جَابِرٍ رضي اللَّهُ عنه قال قال رسول اللَّهِ صلى اللَّهُ عليه وسلم إِنَّ اللَّهَ عز وجل جَعَلَ ذُرِّيَّةَ كل نَبِيٍّ في صُلْبِهِ وَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى جَعَلَ ذُرِّيَّتِي في صُلْبِ عَلِيِّ بن أبي طَالِبٍ رضي اللَّهُ عنه
“Dari Jabir berkata ” Rasululah shollallohu alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya Allah telah menjadikan keturunan setiap nabi dalam sulbinya masing-masing dan sesungguhnya Allah menjadikan keturunanku dalam sulbi Ali bin Abi Thalib”.
Akan tetapi tidak semua keturunan Sayidina Ali bin Abi Thalib nasabnya disambungkan kepada Rasulullah. Karena penisbatan ini hanya dikhususkan bagi keturunan Sayidina Ali dari Sayidatuna Fatimah, putri Rasulullah. Sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat lain :
عن عُمَرَ رضي اللَّهُ عنه قال سمعت رَسُولَ اللَّهِ صلى اللَّهُ عليه وسلم يقول كُلُّ بني أُنْثَى فإن عَصَبَتَهُمْ لأَبِيهِمْ ما خَلا وَلَدَ فَاطِمَةَ فَإِنِّي أنا عَصَبَتَهُمْ وأنا أَبُوهُمْ
“Dari Umar, berkata, aku mendengar Rasulullah saw bersabda, setiap anak dari seorang wanita dinisbatkan kepada ayahnya kecuali anak Fatimah karena sesungguhnya akulah ashabah mereka dan akulah ayah mereka”.
Disamping itu, dalil lain yang menjelaskan akan tetapnya keturunan Rasulullah dan sekaligus menjadi ahlul bait beliau yaitu :
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّتِهِ يَوْمَ عَرَفَةَ وَهُوَ عَلَى نَاقَتِهِ الْقَصْوَاءِ يَخْطُبُ فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوا كِتَابَ اللَّهِ وَعِتْرَتِي أَهْلَ بَيْتِي
Dari Jabir bin Abdillah berkata : Aku melihat Rasulullah SAW ketika haji di hari Arafah sedangkan beliau ada di atas ontanya berkhutbah dan aku mendengar beliau berkata :” Wahai manusia, sesungguhnya aku tinggalkan pada diri kalian jika kalian mengikutinya maka tidak akan tersesat selamanya yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan keturunanku ahlubaitku “ (H.R. Tirmidzi & Ahmad,).
Dalam riwayat lain:
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنِّى تَارِكٌ فِيكُمُ الثَّقَلَيْنِ أَحَدُهُمَا أَكْبَرُ مِنَ الآخَرِ كِتَابُ اللَّهِ حَبْلٌ مَمْدُودٌ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الأَرْضِ وَعِتْرَتِى أَهْلُ بَيْتِى وَإِنَّهُمَا لَنْ يَفْتَرِقَا حَتَّى يَرِدَا عَلَىَّ الْحَوْضَ »
Dari Abi Sa’id Al-Khudzri berkata :” Rasulullah SAW bersabda : Aku tinggalkan pada diri kalian 2 hal, salah satunya lebih besar dari yang lain, yaitu kitabullah (al-Qur’an) sebuah tali penghubung yang dibentangkan dari langit ke bumi, dan keturunannku ahlu bait-ku, sesungguhnya keduanya tidak akan terputus hingga datang sewaktu di telaga Haudh “(H.R. Tirmidzi, Ahmad, Ibn Abi Syaibah, Abi Ya’la, dan lain-lain).
HABIB HUSEIN BIN ABU BAKAR ALAYDRUS LUAR BATANG
Al-Habib Husein Bin Abubakar Alaydrus (Habib Keramat Luar Batang)
Beliau lahir di Migrab, dekat Hazam, Hadramaut, Datang di Betawi sekitar tahun 1746 M. Berdasarkan cerita, bahwa beliau wafat di Luar Batang, Betawi tanggal 24 Juni 1756 M. bertepatan dengan 17 Ramadhan 1169 Hijriyah dalam usia lebih dari 30 tahun ( dibawah 40 tahun ). Jadi diduga sewaktu tiba di Betawi berumur 20 tahun. Habib Husein bin Abubakar Alaydrus memperoleh ilmu tanpa belajar atau dalam istilah Arabnya “ Ilmu Wahbi “ , yaitu pemberian dari Allah tanpa belajar dahulu. Silsilah beliau : Habib Husein bin Abubakar bin Abdullah bin Husein bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Husein bin Abdullah bin Abubakar Al-Sakran bin Abdurrahman Assaqqaf bin Muhammad Maula Al-Dawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath.
Habib Husein yang lebih terkenal dengan sebutan Habib Keramat Luar Batang, mempunyai perilaku “ Aulia “ (para wali) yang di mata umum seperti ganjil. Seperti keganjilan yang dilakukan beliau, adalah :
Habib Husein tiba di Luar Batang, daerah Pasar Ikan, Jakarta, yang merupakan benteng pertahanan Belanda di Jakarta. Kapal layar yang ditumpangi Habib Husein terdampar di daerah ini, padahal daerah ini tidak boleh dikunjungi orang, maka Habib Husein dan rombongan diusir dengan digiring keluar dari teluk Jakarta. Tidak beberapa lama kemudian Habib Husein dengan sebuah sekoci terapung-apung dan terdampar kembali di daerah yang dilarang oleh Belanda. Kemudian seorang Betawi membawa Habib Husein dengan menyembunyikannya. Orang Betawi ini pun berguru kepada Habib Husein. Habib Husein membangun Masjid Luar Batang yang masih berdiri hingga sekarang. Orang Betawi ini bernama Haji Abdul Kadir. Makamnya di samping makam Habib Husein yang terletak di samping Masjid Luar Batang.
Habib Husein sering tidak patuh pada Belanda. Sekali Waktu beliau tidak mematuhi larangannya, kemudian ditangkap Belanda dan di penjara di Glodok. Di Tahanan ini Habib Husein kalau siang dia ada di sel, tetapi kalau malam menghilang entah kemana. Sehingga penjaga tahanan (sipir penjara) menjadi takut oleh kejadian ini. Kemudian Habib Husein disuruh pulang, tetapi beliau tidak menghiraukan alias tidak mau pulang, maka Habib Husein dibiarkan saja. Suatu Waktu beliau sendiri yang mau pergi dari penjara.