BERJIHAD DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT DAN BERNEGARA

JIH

        1. Dapatkah dibenarkan menurut ajaran Islam bila dilakukan jihad terhadap Pemerintah RI dengan tuduhan sebagai negara kafir karena tidak menjalankan syari’at Islam sebagai hukum positif  ?

Jawaban no. 1

Berjihad terhadap Pemerintah RI dengan tuduhan sebagai negara kafir tidak bisa dibenarkan, karena NKRI sudah memenuhi tuntutan kreteria sebagai dar al-Islam, disamping dalam pasal 29 ayat (2) UUD 1945 bahwa negara menjamin kebebasan beragama bagi warga negaranya.

Ibarat :

حاشية ســلـيــمــان الـجـمــل ، ج : 7 ، ص : 208، مــا نــصـــه :
ثـُـمَّ رَأيْــتُ الـــرَّافِــعِــي وَغَـيْــرَهُ ذَكـَــرُوا نَــقـْـلاً عَــنِ الأصْــحَــابِ أنَّ دَارَ الإسْــلاَمِ ثـَـلاَثـَـةُ أقـْـسَــامٍ : قِــسْــمٌ يـَـسْــكُــنُــهُ الـمُـسْـلِـمُــونَ ، وَقِـسْــمٌ فـَـتـَـحُــوهُ وَأقـَـرُّوا أهْــلَــهُ عَــلَــيْــهِ بِــجـِـزْيـَــةٍ مَـلـَـكُــوهُ أوْ لاَ ، وَقِــسْــمٌ كـَـانُــوا يَــسْــكُــنُــونَــهُ ثـُـمَّ غَــلَــبَ عَــلَــيْــهِ الــكُــفـَّـارُ . قـَـالَ الــرَّافِــعِــيُّ : وَعـَــدُّهُــمُ الــقِــسْــمَ الـثـَّـانِـي يُــبَــيِّــنُ أنـَّـهُ يَــكْــفِـي فِــي كَــوْنـِـهـَـا دَارَ الإسْــلاَمِ  كـَـوْنُـــهَــا تـَـحْــتَ إسْــتِـــيْــلاءِ ألإمَــامِ وَإنْ لَــمْ يَــكـُـنْ فِــيــهَــا مُــسْــلِــمٌ . قـَـالَ : وَأمـَّـا عَــدُّهـُـمُ الــثـَّـالِــثَ فَــقـَـدْ يُــوْجَــدُ فِـي كـَـلاَمِــهِــمْ مَــا يُــشْــعِــرُ بِــأنَّ الإسْــتِـــيْــلاءَ الــقـَـدِيـْـمَــةَ يَــكْــفِـي لاسْــتِــمْــرَارِ الــحُــكْــمِ . اهـ

Terjemah : Kemudian saya melihat Imam Rafi’i dan yang lain menuturkan pendapat yang dinukil dari para ulama’madzhab Syafi”i bahwa dar al-Islam (negara Islam) itu ada tiga bagian :
– Negara yang dihuni umat Islam.
– Negara yang ditaklukkan umat Islam dan menetapkan penduduknya untuk tetap tinggal disana dengan membayar jizyah baik mereka itu memilikkannya atau tidak.
– Negara yang dihuni oleh umat Islam kemudian dikuasai oleh orang-orang kafir.
Imam Rafi’i berkata : Para ulama’ menggolongkan bagian kedua sebagai negara Islam, hal itu menjelaskan bahwa tentang penganggapan sebagai negara Islam cukup adanya negara itu  dibawah kekuasaan seorang imam walaupun disana tidak terdapat satupun orang muslim. Imam Rafi’i berkata : Adapun para ulama’ menggolongkan bagian ketiga sebagai negara Islam karena terkadang dijumpai dalam perbincangan para ulama’ suatu pendapat yang memberikan pengertian bahwa penguasaan yang sudah berlalu cukuplah untuk melestarikan hukum sebagai negara Islam.

بغية المسترشدين ص : 254
(مسئلة ى) كل محل قدر مسلم ساكن به على الامتناع من الحربيين فى زمن من الازمان يصير دار اسلام تجرى عليه احكام فى ذلك الزمان وما بعده وان انقطع امتناع المسلمين باستيلاء الكفار عليهم ومنعهم من دخوله واخراجهم منه وحينئذ فتسميته دار حرب صورة لا حكما فعلم أن أرض بتاوي بل وغالب أرض جاوة دار اسلام لاستيلاء المسلمين عليها سابقا قبل الكفار

Terjemah : Setiap tempat dimana penduduk muslim disana kuasa mempertahankan dari ancaman orang-orang kafir harby pada suatu masa dari beberapa masa jadilah tempat itu dar al-Islam (negara Islam) yang boleh diberlakukan hukum-hukum Islam pada zaman itu dan sesudahnya sekalipun pertahanan kaum muslimin terputus sebab orang-orang kafir telah menguasai umat Islam, menghalangi memasuki negara itu dan mengusir umat Islam dari sana. Dalam keadaan seperti diatas maka tempat itu dinamakan dar al-harb secara de facto dan bukan dar al-harb secara de jure. Jadi bisa diketahui bahwa Betawi bahkan kebanyakan tanah Jawa adalah negara Islam karena umat Islam telah menguasainya jauh sebelum orang-orang kafir.    

الجهاد فى الاسلام 81
ويلاحظ من معرفة هذه الاحكام أن تطبيق احكام الشريعة الاسلامية ليس شرطا لاعتبار الدار دار الاسلام ولكنه حق من حقوق دار الاسلام فى اعناق المسلمين فاذا قصر المسلمون فى إجراء الاحكام الاسلامية غلى اختلافها فى دارهم التى أورثهم الله اياها فان هذا التقصير لا يخرجها عن كونها دار اسلام ولكنه يحمل المقصرين ذنوبا واوزارا.

Terjemah : Dilihat dari mengetahui hukum-hukm ini bahwa menerapkan hukum syariat Islam bukan suatu syarat bagi negara dianggap sebagai negara Islam, akan tetapi merupakan salah satu dari hak-hak negara Islam yang menjadi tanggung jawab umat Islam. Jadi apabila umat Islam ceroboh dalam menjalankan hukum Islam atas cara yang berbeda-beda dinegara yang telah dianugerahkan oleh Allah kepadanya, maka kecerobohan ini tidak merusak adanya negara dinamakan negara Islam, akan tetapi kecorobohan itu membebani mereka dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan.  

(2) Bolehkah dilaksanakan jihad dengan target mengganti NKRI yang berdasar Pancasila dan UUD 1945 menjadi dawlat Islamiyah  ?

Jawaban no. 2

Jihad dengan target mengganti NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dengan daulah Islamiyyah tidak bisa dibenarkan, karena jika hal itu dilakukan sudah pasti menimbulkan kekacauan dalam berbagai aspek kehidupan bernegara dan bermasyarakat dimana-mana dan bahkan bisa terjadi perang saudara yang justru semakin jauh dari target jihad yang dicita-citakan.

Ibarat :

الإمــامــة الــعــظــمـى عند اهل السنة والجماعة ، ص : 502، مــا نــصـــه :
ذَهَـــبَ غَــالِــبُ أهْـــلِ الــسُّــنـَّـةِ وَالــجَــمَــاعَــةِ إلَـَى أنـَّــهُ لا يَــجُــوزُ الــخُـــرُوجُ عَــلـَـى أئِــمَّــةِ الــظُّـلْــمِ وَالــجَــوْرِ بِــالــسَّــيْــفِ مَــا لـَـمْ يَـصِــلْ بِــهِــمْ ظُــلـْـمُــهُــمْ وَجَـــوْرُهـُـمْ إلـَى الـكـُـفْــرِ البـَـوَاحِ أوْ تـَـرْكِ الــصَّــلاةِ وَالــدَّعـْـــوَةِ إلـَـيــهَــا أوْ قِــيـَـادَةِ الأُمـَّـةِ بِــغـَـيْــرِ كِــتـَـابِ اللهِ تـَــعــالـَى كـَـمـَـا نـَـصَّــتْ عَــلَــيــهـَـا الأحَــادِيــثُ الــسَّــابِـــقـَـةُ فَِــي أسْــبَــابِ الــعَـــزْلِِ

Terjemah : Mayoritas golongan ahlussunnah wal jama’ah berpendapat bahwa tidak diperbolehkan membangkang terhadap pemimpin-pemimpin yang dhalim dan menyeleweng dengan jalan memerangi selama kedhaliman dan penyelewengannya tidak sampai kepada kekufuran yang jelas atau meninggalkan shalat dan da’wah kepadanya atau memimpin umat tanpa berdasarkan kitab Allah sebagaimana dijelaskan oleh hadits-hadits yang sudah lalu dalam menerangkan sebab-sebab pemecatan imam.

التشريع الجنائ الاسلامى جز 2 ص :677 , ف : الشيخ عبد القادر عودة  , ط : مؤسسة الرسالة
ومع ان العدالة شرط من شروط الامامة الا ان الرأي الراجح في المذاهب الاربعة ومذهب الشيعة الزيدية هو تحريم الخروج على الامام الفاسق الفاجر ولو كان الخروج للامر بالمعروف والنهي عن المنكر لان الخروج على الامام يؤدي عادة الى ماهو انكر مما فيه وبهذا يمتنع النهي عن المنكر لان مشروطه لايؤدي الانكار الى ماهو انكر من ذلك الى الفتن وسفك الدماء وبث الفساد واضطراب البلاد واضلال العباد وتوهين الامن وهدم النظام

Terjemah : Memang sikap adil merupakan salah satu syarat-syarat menjadi imam / pemimpin, hanya saja pendapat yang rajih (unggul) dalam kalangan madzhab empat dan madzhab Syi’ah Zaidiyyah mengharamkan bertindak makar terhadap imam yang fasik lagi curang walaupun makar itu dengan dalih amar ma’ruf nahi munkar. Karena makar kepada imam biasanya akan mendatangkan suatu keadaan yang lebih munkar dari pada keadaan sekarang. Dan sebab alasan ini maka tidak diperbolehkan mencegah kemungkaran, karena persyaratan mencegah kemungkaran harus tidak mendatangkan fitnah, pembunuhan, meluasnya kerusakan, kekacauan negara, tersesatnya rakyat, lemah keamanan dan rusaknya stabilitas.  

 (3) Adakah perintah jihad melawan WNA yang tinggal di Indonesia dalam jangka waktu lama/sementara dengan alasan negara asal mereka mengintimidasi umat Islam ?

Jawaban no. 3

 Bila yang dimaksud jihad adalah qital (memerangi) maka tidak ada perintah untuk jihad dan bahkan ada kewajiban atas kita untuk berupaya menciptakan rasa aman bagi mereka.

Ibarat :

قــرة الـعـيـــن للــعــلامــة الـشـيــخ مـحــمــد سـلـيـمــان الــكــردي الــمــدني الـشــافــعــي ص : 208-209 ، مــا نــصـــه :
اَلـَّـذِيْ يَــظْــهَــرُ لِلْـفَـقِــيْــرِ أَنَّــهُــمْ حَــيْــثُ دَخَــلُــوْا بَــلَــدَنـَـا لِلـتـِّـجـَـارَةِ مُـعْـتـَمِــدِيـْـنَ عَــلَـى الْـعَـادَةِ الْـمُـطَّــرِدَةِ مِــنْ مَــنْــعِ الـسُّــلْـطَـانِ مِــنْ ظُــلْـمِــهِــمْ وَأَخْـــذِ أَمْــوَالِــهِــمْ وَقـَـتـْـلِ نُــفُــوْسِــهِــمْ وَظَـنُّـــوْا أَنَّ ذَلِــكَ عَــقـْـدَ أَمَــانٍ صَــحِــيْــحٍ لاَ يـَـجُـــوْزُ إِغْــتِــيـَـالـُـهُــمْ ، بَــلْ يَــجِــبُ تـَـبْــلِــيْـغـُـهُـــمُ ألْـمَـأْمَــنَ … لأَِنَّ الـسُّـلْـطَــانَ فِـيْــهَــا جـَــرَتْ عَـــادَتـُــهُ بِــالــذَّبِّ عَــنْــهُــمْ، وَهُـــوَ عَــيْــنُ الأَمـَـانِ .

Terjemah : Apa yang tampak bagi al Faqir (Syekh Muhammad Sulaiman al Kurdi) bahwa mereka (orang-orang kafir) sekiranya memasuki negara kita (umat Islam) untuk berbisnis dengan berpedoman pada adat yang berlaku yaitu larangan pemerintah menganiaya mereka, merampas hartanya, membunuh jiwanya dan mereka menduga bahwa hal yang demikian itu merupakan bentuk jaminan keamanan yang sah, maka tidak diperbolehkan menyerang mereka bahkan wajin berupaya menciptakan rasa aman pada mereka …. Karena adat kebiasaan pemerintah sudah berlaku melindungi mereka dan itulah hakikat jaminan keamanan.

(4) Layakkah senjata organik TNI/Kepolisian RI distatuskan sebagai harta fa’i dan boleh dilucuti dalam kerangka jihad ?

Jawaban no. 4

Tidak layak menjadi harta faik (rampasan), karena tidak memenuhi ktreteria sebagai harta fai’.

Ibarat :

اسعاد الرفيق جز 1 ص : 66
الفَيْءُ فِى اللُّغَةِ الرُّجُوعُ وَاصْطِلاحًا هُوَ المَالُ الَّذِي يُؤْخَذُ مِنَ الحَرْبِيِّينَ مِنْ غَيْرِ قِتَالٍ اي بِطَرِيقِ الصُّلْحِ كَالجِزْيَةِ وَالخَرَاجِ

Terjemah : Fai’ menurut bahasa berati kembali dan menurut istilah adalah harta yang diambil dari orang-orang kafir harby (musuh) dengan tanpa melalui peperangan yakni denagn jalan damai seperti jizyah dan penghasilan.

الــبـيــان فــي فــقــه الإمــام الــشــافــعــي . ج : 12 ، ص : 187، ف  : العمرانى مــا نــصـــه :
الــفــيء هــو الــمــال الــذي يــأخــذه الـمـسـلـمــون مــن الــكــفــار بــغــيــر قــتــال ، ســمـي بــذلــك لأنـــه يــرجــع مــن الـمــشــركــيــن إلـى الـمـسـلـمـيــن – الى ان قال-  والــفـيء يــنــقــســم قــســمــيــن : أحــدهــمــا أن يــتــخــلـى الــكــفــار عــن أوطــانــهــم خــوفــا مــن الـمـسـلـمـيــن ويـتـــركــوا فــيــهــا أمــوالا فــيــأخــذهــا الـمـسـلـمـــون، أو يــبــذلــوا أمــوالا للـكــف عــنــهــم ، فــهـــذا يــخــمــس ويـــصــرف خــمــســه إلـى مــن يــصــرف إلــيــه خــمــس الــغــنــيــمــة عــلــى مــا مــضى . والـــثــانـي : الــجــزيــة الـتــي تـــؤخــذ مــن أهــل الــذمــة وعـــشــور تــجــارة أهــل الــحــرب إذا دخــلــوا دار الإســلام ومــال مــن مــات مــنــهـــم فـي دار الإســلام ولا وارث لـــه ، ومــال مــن مــات أو قــتــل عــلــى الــردة.

Terjemah : Fai’ adalah harta  yang diambil oleh kaum muslimin tidak dengan jalan perang. Dinamakan fai’ karena harta itu kembali dari orang-orang musyrik kepada kaum muslimin –sampai perkataan muallif-  Fai’ ada dua bagian yaitu : (1) terjadi ketika orang-orang kafir mengosongkan tempat-tempat tinggal mereka karena takut terhadap kaum muslimin dan mereka meninggalkan hartanya lalu kaum muslimin mengambilnya atau mereka menyerahkan hartanya agar mereka mendapatkan perlindungan. Harta ini dibagi lima bagian dan yang seperlima ditasarufkan kepada orang-orang yang mendapat seperlima bagian dari harta rampasan perang sesuai keterang terdahulu. (2) jizyah (upeti) yang dipungut dari golongan kafir ahli dzimmah, sepersepuluh dari perdagangan golongan kafir harby apabila mereka masuk negara Islam, harta orang kafir yang mati dinegara Islam sementara mereka tidak mempunyai ahli waris dan harta orang yang mati atau dibunuh dalam keadaan murtad.

(5) Wajibkah diupayakan terbentuk pemerintahan internasional berasas Islam dengan sistem kepemimpinan khalifah dan negara-negara yang berpenduduk muslim diberlakukan sebagai negara federal (manthiqi) pada masa sekarang?

Jawaban no. 5

Dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat dikalangan para ulama :

  1. Tidak boleh terjadi lebih dari satu pemimpin (imam) bahkan hanya ada satu pemimpin untuk seluruh dunia. Pada pendapat pertama ini masih terjadi perbedaan lagi, yaitu :

– Tidak memperbolehkan secara mutlak, baik adanya wilayah kedaulatan Islam semakin meluas maupun tidak.
– Tidak memperbolehkan jika memang tidak terdapat halangan untuk bersatu atas seorang pemimpin (imam). Jadi jika terdapat halangan seperti makin meluasnya kawasan yang dihuni umat Islam yang tidak hanya satu pulau saja bahkan sampai pada pulau yang berbeda-beda yang tentu akan semakin jauh dari pengawasan imam, maka dalam kondisi seperti ini diperbolehkan membentuk pemimpin (imam) lebih dari satu orang.

  1.  Memperbolehkan adanya lebih dari satu pemimpin (imam) secara mutlak.

    Ibarat :

الإمــامــة الــعــظــمـى عند اهل السنة والجماعة ، ص : 551-561، ط : دار الفكر , مــا نــصـــه :
وَمِــنْ خِـــلالِ هَــذِهِ الــدِّرَاسَــةِ إتـَّـضَــحَ أنَّ فِـي الـمَـسْـئَـلَــةِ مَــذْهَــبَــيْــنِ : الـمَــذْهَــبُ الأوَّلُ ، وَهُــوَ مَــذْهَــبُ جَــمَــاهِــيْــرِ الـمُـسْـلِـمِـيْــنَ مِـنْ أهْــلِ الــسُّــنـَّـةِ وَالـجَـمَـاعَــةِ وَغَــيْــرِهِــمْ قـَـدِ يــمًـا وَحـَـدِيـْـثـًـا، وَهُـــوَ أنـَّـهُ لاَيَــجُــوْزُ تـَـعَـــدُّدُ الأئِـمَّــةِ فِـي زَمـَـانِ وَاحِــدٍ وَفِـي مَــكَـانٍ وَاحِــدٍ . قـَـالَ الـمَـاوَرْدِي : إذَا عُــقِــدَتْ الإمَــامَــةُ لإمَامَــيْــنِ فِـي بَــلَــدَيْــنِ لـَـمْ تـَـنْــعَــقِــدْ إمَــامَـتـُـهـُـمَـا ِلأنـَّــهُ لاَ يَــجُــوزُ أنْ يَــكُــونَ لِلأمَّـــةِ إمَـامَـانِ فِـي وَقـْـتٍ وَاحِــدٍ وَإنْ شَــذَّ قـَــوْمٌ فَــجَـــوَّزُوْهُ . وَقـَـالَ الـنـَّـوَوِيُّ : إتـَّـفَــقَ الــعُــلَــمَــاءُ عَــلـَى أنـَّـهُ لاَ يَــجُــوزُ أنْ يُــعْــقـَـدَ لِــخَـلِـيْـفَـتَـيْــنِ فِــي عَــصْــرٍ وَاحِــدٍ، وَهَـــؤُلاَءِ الـقـَـائِــلُــونَ بـِـالـمَــنْــعِ عـَـلـَى مَــذْهَــبَــيْــنِ :
قـَــوْمٌ قـَـالـُـوا بِــالــمَــنْــعِv مـُـطْــلَــقـًـا سَــوَاءٌ إتـَّـسَــعَــتْ رَقـْـعَــةُ الــدَّوْلـَـةِ الإسْــلاَمِــيَّــةِ أمْ لاَ ، وَإلـَى هـَــذَا الــقـَـوْلِ ذَهَــبَ أكْــثـَـرُ أهْــلِ الـسُّـنـَّـةِ وَالـجَـمَـاعَــةِ وَبَــعْــضُ الـمُـعْــتـَـزِلـَـةِ حَــتـَّى زَعَــمَ ألــنَّــوَوِيُّ إتـِّـفـَـاقَ الـعُــلَــمَــاءِ عَــلَــيْــهِ
وَهـُـنَــاكَ مَــنْ قـَـالَ بِــالــمَــنْــعِ إلاَّv أنْ يَــكُــوْنَ هُــنَــاكَ سَــبَــبٌ مَــانِــعٌ مِــنَ الإِتـِّـحـَـادِ عَــلَـى إمَــامٍ وَاحِــدٍ وَيَــقـْـتـَـضِـي هَــذَا الــسَّــبَــبُ الــتـَّـعَــدُّدَ . وَفِـي هَــذِهِ الــحَـالَــةِ يَــجُــوْزُ الـتـَّعَــدُّدُ
وَذَكـَـرَ إمَــامُ الــحَــرَمَــيْــنِ الــجُــوَيْــنِـيُّ أَهَــمُّ هَــذِهِ الأسْــبَــابِ فِـي (قَــوْلـِـهِِ مِــنْــهَـا إِتـِّـسَــاعُ الـخِــطَّـةِ وَانْـسِــحَــابِ ألإسْــلاَمِ عَــلـَى أقـْـطَــارٍ مُــتـَـبَــايـِـنَــةٍ وَجَــزَائِــرَ فِـي لـُـجَــجٍ مُــتـَـقـَـاذِفـَـةٍ . وَقـَـدْ يَــقـَـعُ قـَـوْمٌ مِــنَ الـنـَّـاسِ نـُـبْــذَةً مِــنَ الــدُّنـْـيـَا لاَ يَـنْــتـَـهِـي إلـَـيْــهـِـمْ نَــظَــرُ الإمَــامُ وَقـَـدْ يَــتـَـوَلـَّـجُ خَــطُّ مِــنْ دِيـَـارِ الــكـُـفـْـرِ بَــيْــنَ خِــطَّــةِ الإسْــلاَمِ وَيَــنْـقـَـطِــعُ بِــسَـبَــبِ ذَلـِـكَ نَــظَــرُ الإمَـامِ عَــنِ الـَّـذِيــنَ وَرَاءَهُ مِــنَ الـمُـسْـلِـمِـيــنَ . قـَـالَ : فَــإذَا اتـَّـفَــقَ مَـاذَكـَـرْنَــاهُ فَــقـَـدْ صَــارَ صَــائِــرُونَ عِــنْــدَ ذَلِــكَ إِلـَـى تـَـجْــوِيــزِ نَـصْــبِ الإمَــامِ فِـي الــقـُـطْــرِ الـَّـذِي لاَ يَـبْـلـُـغُــهُ اَثـَـرُ نـَـظَــرِ الإمَــامِ . وَعَـــزَا الــجُــوَيْـنِـيُّ هـَـذَا الــقـَـوْلَ إلَـى شَــيْــخِــهِ أبِـي الـحَـسَــنِ الأشْــعَـــرِيِّ وَالأسْــتـَـاذِ أبِـي إسْــحَــاقَ الإسْــفِــرَايِـيْـنِيِّ وَهُــوَ وَجْــهٌ لِـبَـعْــضِ أصْــحَـابِ الـشَّــافِــعِــيِّ وَرَجَّــحَــهُ أبُـو مَــنْـصُــوْرُ الـبَـغْــدَادِيُّ ، وَإلـَى ذَلِـكَ ذَهَــبَ الــقـُـرْطُـبِـيُّ فِـي تـَـفْــسِـيْـرِهِ فَــقـَـالَ : لـَـكِــنْ إذَا تـَـبـَـاعَــدَتِ الأقـْـطَــارُ وَتـَـبـَـايَــنَــتْ كـَالأنْــدَلـُـسِ وَ خُــرَسـَـانَ جَــازَ ذَلِــكَ ، لـَـكِــنْ يـُـلاَحَــظُ مِــنْ أقـْـوَالِ الـمُـجِـيْـزِيـْـنَ عِــنْــدَ اتـِّـسَــاعِ الــرِّقـْـعَــةِ إنـَّـمـَا ذَلِــكَ بِـسَـبَـبِ الــضَّــرُورَةِ ، وَإلاَّ فَــإنَّ وَحْــدَة َالإمَــامَــةِ هِــيَ الأصْــلُ ، وَإنَّ الـتـَّـعَــدُّدَ إنـَّـمَــا أُبِــيْــحَ عَــلـَى سَـبِـيــلِ الإسْـتِـثـْـنـَـاءِ الـمَـحْـضِ وَلِــضَــرُورَاتٍ تـُـجِــيْــزُهُ ، وَالــضَّــرُورَةُ تـُـقـَـدَّرُ بـِـقـَـدْرِهـَـا وَإذَا زَالـَـتِ الــضَّــرُورَةُ زَالَ حُــكْــمُــهَـا وَبَــقِـيَ الأصْــلُ . الــمَــذْهـَـبُ الــثـَّـانِـي الــقـَـائِــلـُـونَ بِــجَــوَازِ الــتـَّـعـَـدُّدِ مُـطْــلـَـقـًـا ، وَإلـَى ذَلِــكَ ذَهـَـبَ بـَـعـْـضُ الـمُـعْـتـَـزِلـَـةُ كـَالـجـَاحِــظِ وَبَـعْــضُ الــكَــرَامِــيـَّـةِ وَعَــلَـى رَأسِــهِـــمْ مُـحَـمَّــدُ بْــنُ كـَـرَامٍ الـسَـجَــسْـتـَـانِيُّ الـَّـذِي يَــنْــتَـسِـبـُـونَ إلـَـيـْـهِ ، وَكـَـذلِــكَ أبُـو الـصَّــبـَـاحِ الـسَـمَــرْقـَـنـْـدِيُّ .

Khulasoh : Tentang boleh tidaknya imam lebih dari satu orang terdapat dua madzhab dikalangan para ulama’ :
–  Madzhab mayoritas umat Islam dari golongan ahlussunnah wal jama’ah dan yang lain dimasa lalu dan sekarang, bahwa tidak diperbolehkan adanya pemimpin berbilangan dalam satu masa tempat. Madzhab pertama ini terpecah menjadi dua sub madzhab (1) tidak memperbolehkan secara mutlak. Pendapat ini disampaikan oleh al Mawardi, an Nawawi, kebanyakan kalangan ahlussunnah wal jama’ah dan sebagain golongan mu’tazilah, dan (2) tidak memperbolehkan terjadi lebih dari dari satu imam, kan tetapi dalam realitanya yang demikian itu tidak memungkinkan karena beberapa sebab yang menuntut adanya imam lebih dari satu orang. Sebab-sebab itu antara lain semakin meluasnya daerah Islam, tersebarnya agama Islam sampai pada kawasan yang berbeda-beda dan pulau-pulau yang berjauhan sampai bahkan terpisahkan oleh negara kafir serta terputusnya jangkauan pantauan imam. Menurut pendapat kedua ini pada dasarnya imam itu harus satu, tetapi karena realita menuntut adanya imam lebih satu maka bolehlah hal itu dilakukan sebatas yang diperlukan. Pendapat ini disampaikan antara lain Imam Haramain, Abu Hasan al Asya’ari, Abu Ishaq al Isfirayini, Abu Manshur al Baghdadi dan al Qurthubi.
– Madzhab golongan yang memperbolehkan lebih dari stu imam secara mutlak. Pendapat ini didukung oleh sebagian kelompok mu’tazilah, sebagian kelompok Karamiyyah dan juga Abu Shabah as Samarqandi.

السيل الجرار جز 4 ص : 512 ف : الشيخ محمد بن على بن محمد الشوكانى
واما بعد انتشار الاسلام واتساع رقعته وتباعد اطرافه فمعلوم انه قد صار لكل قطر او اقطار الولاية الى امام او سلطان وفى القطر الاخر او الاقطار كذلك ولاينفذ لبعضهم امر ولانهي في القطر الاخر واقطاره التى رجعت الى ولايته فلا بأس بتعدد الائمة واسلاطين ويجب الطاعة لكل واحد منهم بعد البيعة له على اهل القطر الذي ينقذ فيه اوامره ونواهيه وكذلك صاحب القطر الاخر فاذا قام من ينازعه فى القطر الذي قد ثبتت فيه ولايته وبايعه اهله كان الحكم فيه ان يقتل اذا لم يتب ولايجب على اهل القطر الاخر طاعته ولاالدخول تحت ولايته لتباعد الاقطار وانه قد لايبلغ الى ما تباعد منها خبر امامها او سلطانها ولا يدرى من قام منهم او مات فالتكليف بالطاعة والحال هذه تكليف بما لايطاق وهذا معلوم لكل من له اطلاع على احوال العباد والبلاد فان اهل الصين والهند لايدرون بمن له الولاية فى ارض المغرب فضلا عن ان يتمكنوا من طاعته وهكذا العكس وكذلك اهل ما وراء النهر لايدرون بمن له الولاية في اليمن وهكذا العكس فاعرف هذا فانه المناسب للقواعد الشرعية والمطابق لما تدل عليه الادلة ودع عنك ما يقال فى مخالفته فان الفرق بين ما كانت عليه الولاية الاسلامية فى اول الاسلام وما هي عليه الآن اوضح من شمس النهار ومن انكر هذا فهو مباهت لايستحق ان يخاطب بالحجة لانه لايعقل

Khulasoh : Tersebarnya agama Islam, meluasnya kawasan Islam dan semakin jauhnya jarak daerah-daerah Islam menuntut adanya seorang imam/pemimpin disetiap kawasan. Konsekwensinya setiap umat Islam dikawasan itu berkewajiban menta’ati pemimpinnya dan siapa saja yang menentangnya layak dihukum bunuh jika ia tidak bertaubat. Keharusan umat Islam sedunia hanya dipimpin oleh seorang imam/khalifah adalah tuntutan yang tak mungkin direalisasikan mengingat lasan-alasan diatas. Realita yang seperti inilah yang sesuai dengan kaidah-kaidah syar’iyyah, berbeda halnya dengan wilayah kekuasaan Islam pada masa awal perkembangannya. Jadi barang siapa mengingkari kenyataan yang jelas-jelas berbeda dengan keadaan masa lalu, inilah orang yang tak pantas lagi diajak bicara dengan argumen-argumen karena dia itu tidak berakal.  

(6)    Apakah terhadap warga negara Indonesia yang menganut keyakinan / agama lain harus diposisikan sebagai musuh atau lawan dalam mengimplementasikan konsep jihad ?

Jawaban no. 6

Kita tidak diperkanankan memposisikan warga negara non muslim sebagai musuh yang boleh kita perangi, akan tetapi malah kita berkewajiban untuk mengupayakan mereka tetap merasa aman hidup berdampingan dengan kita.

Ibarat :

فـي قــرة الـعـيـــن للــعــلامــة الـشـيــخ مـحــمــد سـلـيـمــان الــكــردي الــمــدني الـشــافــعــي ص : 208-209 ، مــا نــصـــه :
اَلـَّـذِيْ يَــظْــهَــرُ لِلْـفَـقِــيْــرِ أَنَّــهُــمْ حَــيْــثُ دَخَــلُــوْا بَــلَــدَنـَـا لِلـتـِّـجـَـارَةِ مُـعْـتـَمِــدِيـْـنَ عَــلَـى الْـعَـادَةِ الْـمُـطَّــرِدَةِ مِــنْ مَــنْــعِ الـسُّــلْـطَـانِ مِــنْ ظُــلْـمِــهِــمْ وَأَخْـــذِ أَمْــوَالِــهِــمْ وَقـَـتـْـلِ نُــفُــوْسِــهِــمْ وَظَـنُّـــوْا أَنَّ ذَلِــكَ عَــقـْـدَ أَمَــانٍ صَــحِــيْــحٍ لاَ يـَـجُـــوْزُ إِغْــتِــيـَـالـُـهُــمْ ، بَــلْ يَــجِــبُ تـَـبْــلِــيْـغـُـهُـــمُ ألْـمَـأْمَــنَ … لأَِنَّ الـسُّـلْـطَــانَ فِـيْــهَــا جـَــرَتْ عَـــادَتـُــهُ بِــالــذَّبِّ عَــنْــهُــمْ، وَهُـــوَ عَــيْــنُ الأَمـَـانِ .

Terjemah : Apa yang tampak bagi al Faqir (Syekh Muhammad Sulaiman al Kurdi) bahwa mereka (orang-orang kafir) sekiranya memasuki negara kita (umat Islam) untuk berbisnis dengan berpedoman pada adat yang berlaku yaitu larangan pemerintah menganiaya mereka, merampas hartanya, membunuh jiwanya dan mereka menduga bahwa hal yang demikian itu merupakan bentuk jaminan keamanan yang sah, maka tidak diperbolehkan menyerang mereka bahkan wajin berupaya menciptakan rasa aman pada mereka …. Karena adat kebiasaan pemerintah sudah berlaku melindungi mereka dan itulah hakikat jaminan keamanan.