8 HAL MENUJU TAQWA MENURUT IMAM QUSYAIRI Rah.

    KUT              Marilah  kita tingkatkan ketaqwaan kita dengan mengingatkan diri kita akan berbagai kesalahan yang telah kita kerjakan dan bertekad untuk tidak terulangnya pada tahun mendatang.

Imam Qusyairi pernah menyatakan delapan hal yang dapat menghantarkan seseorang menuju ketaqwaan

الحمد لله على نعمه فى أول الشهر من السنة الهجرة التامة, الذى جعل هذا اليوم من أعظم الأيام الرحمة, أحمده حمد الحامدين, واستعينه أنه خيرالمعين, وأتوكل عليه انه ثقة المتوكلين أشهد أن لااله الا الله وحده لاشريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله المجتبى وسيد الورى رحمة للعالمين. اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين وسلم تسليما كثيرا…اما بعد فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

 Alhamdulillah kita masih dapat bersama-sama menjalankan shalat Jum’at . Marilah  kita tingkatkan ketaqwaan kita dengan mengingatkan diri kita akan berbagai kesalahan yang telah kita kerjakan dan bertekad untuk tidak terulangnya pada tahun mendatang.

Imam Qusyairi pernah menyatakan delapan hal yang dapat menghantarkan seseorang menuju ketaqwaan, yaitu:

Pertama, At-Takharruzu anil Makhawifi menjaga diri dari segala sesuatu yang ditakuti. Diantara hal yang ditakuti adalah siksa kubur dan siksa neraka. Dengan kata lain At-Takharruzu ‘anil Makhawifi adalah menghindarkan diri dari berbagai hal yang menyebabkan diri kita terseret ke dalam neraka. Dan juga menghidar dari segala yang menyebabkan diri tersiksa di alam kubur.

Diantara beberapa hal yang menyebabkan seseorang tersiksa di alam kubur adalah masalah-masalah yang dianggap sepel tetapi memiliki efek cukup besar. Dengan jelas diterangkan oleh Rasulullah saw bahwa kebanykan orang disiksa kubur karena menyepelekan percikan air kencing.

Artinya, air kencing yang samar di mata, tetaplah najis. sekecil apapun titikan air itu jika mengenai pakaian tentunya akan merusak shalat kita, jika pakaian itu dikenakan dalam shalat.

Hal lain yang juga menyebabkan siksa kubur adalah kebiasaan mengambil ‘mengutil atau bahasa Jakartanya ngembat’ barang yang bukan haknya. Seperti mengambil sandal yang dianggap tidak terpakai dari masjid atau mengambil bunga milik kelurahan atau RW untuk ditanam di rumah sendiri tanpa sepengatahuan yang berwenang. Dua kasus berikut akan menggambarkan penyebab siksa kubur.

Pertama kisah dari Nabi Isa ketika beliau sedang berjalan melewati sebuah kuburan. Terdengar suara orang meregang kesakitan. Dengan mu’jizat yang dimilikinya, Nabi Isa pun kemudian menghidupkan kembali orang yang berada di dalam kubur tersebut. Lalu beliau bertanya “apakah kesalahan yang engkau perbuat, sehingga Allah menyiksamu di alam kubur seperti itu?”

Lelaki itupun menjawab “semenjak kedatanganku dalam kubur ini, Aku telah mendapat siksa yang pedih akibat dari kelakuanku mengambil kayu yang bukan milikku”.

“Seberapa banyak engkau mengambilnya?” pertanyaan nabi Isa. Lelaki itu kemudian menjawab “tidak lebih besar dari sisa maknan yang menyelip di dalam gigi”.

Cerita kedua dari Qirqiroh seorang yang telah dianggap anak oleh Rasulullah saw. Begitulah ia dididik oleh lingkungan keluarga Rasulullah saw. belajar bergaul dan belajar agama dari Rasulullah saw. Oleh karena itulah ia dipercaya menjadi scurity, menjaga gudang tempat penyimpanan barang-barang rampasan perang. Anehnya ketika datang berita kematiannya Rasulullah malah menjawab ‘huwa finnar‘ dia berada di neraka. Ternyata setelah diusut, Qirqirah pernah mengambil selimut dari gudang tersebut.

Demikianlah langkah pertama menuju ketaqwaan dengan menghindari dan menahan diri dari keinginan memiliki. Apalagi memiliki barang yang bukan miliknya.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Kedua, at-Tasmir Lilwadhoifi semangat melaksanakan tugas-tugas keagamaan. Artinya giat menjalankan ibadah. Tentunya sesuai dengan kondisi masing-masing. Bagi pelajar giat mencari ilmu, bagi karyawan giat bekerja sesuai tugas, bagi seorang hakim semangat dengan keadilannya, bagi pejabat dan pemimpin amanah dengan kepemimpinannya. Kesemuanya itu jika diniatkan sebagai ibadah merupakan amal yang sangat berharga.

Ibdah sebagai mana diterangkan oleh sebagian ulama cabangnya ada tujuh puluh tujuh. Mulai dari membaca syahadat hingga mengambil duri dari tengah jalan demi keselamatan orang banyak. Semangat inilah yang akan mengantarkan kita menjadi orang yang bertaqwa

Ketiga, Hifdhul Hawasi menjaga panca indera. Sesungguhnya berbagai macam godaan setan kepada manusia itu masuk melalui pintu panca indera. Mata, telinga, mulut, hidung dan juga kulit. Jika tidak dijaga dengan ketat semuanya bisa menjadi jalur masuknya godaan-godaan setan

Keempat, Addul Anfas yaitu menghitung nafas. Memang treatmen keempat jika tidak difahami akan terasa aneh. Untuk apakah seseorang menghitung nafas. Lantas jikalau sudah terhitung mau apalagi? Bukan, bukan sekedar menghitung yang dianjurkan, tetapi menghitung sambil berpikir.

Saudara Jama’ah Jum’ah yang Berbahagia,

Bahwasannya nafas yang telah masuk dan keluar tidak akan pernah masuk kembali. Artinya udara yang kita hirup tidak pernah persis sama datang untuk kedua kali. Bersama dengan kepergiannya telah berkurang umur kita. udara itu seolah membawa sebagain nyawa kita, menggerogoti kehidupan kita, detik demi detik. Dulu semasa kita masih berumur 20 tahun sisa umur kita masih panjang. Tapi tak terasa nafas yang datang dan pergi tiap saat itu seakan ‘menambah’ umur kita menginjak 60 tahun. Dan sisanya pastilah tidak seberapa.

Oleh karena nafas sangatlah berharga. Umur itu bagaikan mutiara yang tak ternilai. Hanya orang-orang bodoh yang mau menukarkan mutiaranya dengan barang-barang rongsokan. Semalam suntuk di dalam diskotik menikmati sampah-sampah hiburan. Berminggu-minggu di atas kapal pesiar memuaskan kesenangan dengan berpoya-poya. Na’udzubillah mindzlik. Atau berjam-jam di depan televisi memperhatikan gosip selebritis sedangkan adzan magrib sudah berganti dengan adzan isya?

Memang di saat orang masih sehat, masih hidup nafas seolah menjadi barang murahan. Tetapi ketika ajal menjelang, nafas sekali sungguh berharga. Karena sekali itu kesempatan dapat diisi dengan tiga kali kata Allah, Allah, Allah kunci keselamatan di akherat nanti. Sayangnya pada saat itu seberapa banyak uang yang kau miliki, tidak akan mampu membayar satu kali nafaspun.

Oleh karena itulah para sufi mengingatkan bahwa:

أفضال الطاعة حفظ الأنفس, دخولها وخروجها بذكر الله

Bahwa lebih utama-utamanya tha’at kepada Allah adalah menjaga nafas. Yakni masuk dan keluarnya disertai dengan dzikir kepada-Nya.

Kelima, Tanzihul Waqti an Mujibatil Mu’zi artinya menjaga waktu agar senantiasa bersih dari berbagai hal yang mendatangkan siksa Allah swt. Entah itu bersih dari dosa, maksyiat dan berbagai macam kesalahan. Dan mengisinya dengan segala kebaikan. Itulah langkas selanjutnya yaitu keenam Hifdhul Birr yaitu menjaga kebaikan. Maksudnya menjaga diri agar selalu berbuat baik. karena kebaikan itulah yang akan menghantarkan kita pada kesuksesan bertaqwa, demi keselamatan di dunia maupun di akherat nanti.

Awal tahun yang akan segera tiba adalah momen yang sangat baik untuk diri kita mengawali langkah bertekad menjaga waktu demi waktu dari segala kemaksiatan. Ada baiknya sejenak sebelum tidur, sebelum mata terpejam kita menghitung dosa yang telah kita lakukan. Selanjutnya setelah bangun tidur bertekad untuk tidak mengulanginya di hari baru itu

Ma’asyiral Muslimin Rahimkamullah

Maka secara otomatis ketika kita telah melakukan tanzihul waqti an mujibatil mu’zhi dan hifdzul birr, maka langkah ketujuh, Tarkul Wizri Meninggalkan berbagai kesalahan dan dosa.

Dan yang terakhir adalah Al-Ikhtima’ at-Tam ‘amma Yuskhitul Maula yaitu diet menghindar dengan sepenuh hati apa yang dimurkai Allah swt. Diet disini dimaknai dengan usaha penuh kesadaran meninggalkan yang menyebabkan dosa.

Dalam usaha semacam ini dipraktekkan dengan melakukan uzlah yaitu mengasingkan diri dari dunia ramai, dengan tujuan agar terhindar dari dosa. Karena mayoritas dosa itu datangnya dari persinggungan kita dengan keramaian. Bukankah seseorang akan cenderung diam ketika sendiri dan cenderung membicarakan orang lain jika bertemu teman?

Demikianlah khutbah jum’ah kali ini semoga Allah memberikan kesadaran kita semua di penghujung tahun ini akan segala kesalahan dan dosa. Sebagaimana perkataan seorang sufi kemaksiatan yang diikuti dengan kesadaran dan merasa bersalah lebih baik dari pada ibadah dan amal saleh yang membuat orang bangga dan sombong.

اللهم ربنا اصرف عنا عذاب جهنم إن عذابها كان غراما, إنها سائت مستقرومقاما, ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما, بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ