KEMULIAAN HARI LAHIRNYA ROSULULLOH SAW
Alhamdulillah, hari Jum’at ini kita masih diberi kemampuan oleh Allah Yang Mang Maha Kuasa untuk menjalankan salah satu perintahnya melaksanakan jama’ah shalat Jum’ah. Rasanya Jum’at ini adalah hari istimewa karena merupakan Jum’at di bulan Robi’ul Awwal. Bulan kelahiran manusia paling mulia di jagad raya. Bulan maulidur rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam.
Begitu mulianya Rasulullah saw, sehingga sebagian ulama menganggap malam kelahirannya tidak kalah mulianya dibandingkan dengan malam Laylatul Qadar. Karena adanya malam Laylatul Qadar (sebagai malam diturunkannya al-Qur’an) disebabkan adanya kelahiran Rasulullah saw sebagai penerima wahyu al-Qur’an. Rasul yang dipercaya mengemban dan menyampaikan al-Qur’an kepada umat manusia di maya pada.
Demikian mulianya Rasulullah saw hingga dalam Hadits Qudsi diungkapkan:
Allah swt berkata kepada Nabi Adam as. Jika tidak karena Muhammad, Aku tidak ciptakan engkau wahai Adam. Dalam riwayat lain dikatakan “jika tidak karena Muhammad, Aku tidak ciptakan alam semesta ini”.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Akan tetapi sangat disayangkan bahwa bulan maulid ini malah terkesan menjadi bulan saling menuduh dan membid’ahkan. Hanya karena berbeda pendapat mengenai hukum peringatan maulid. Padahal tidak demikian seharusnya. Di bulan kelahiran Rasulullah saw ini, umat Islam harus sadar dan kembali merapatkan barisan, meningkatkan ketaqwaan dan merealisasikannya dalam realita kehidupan. Sehingga menjadi nyata apa yang di firmankan oleh Allah swt bahwa Dia mengutus Rasulullah saw sebagai rahmat bagi semesta alam. wa ma arsalnaka illa rahmatan lil alamin.
Rahmat yang sudah sepatutnya kita syukuri dengan cara memperbanyak baca shalawat dan menyenangkan kaum fakir miskin dengan bersedekah. Bahkan keberadaan rahmat itu mewajibkan kita selaku umat untuk menyambutnya dengan gembira
Katakanlah dengan karunia Allah dan rahmat-Nya hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmatNya itu adalah lebih baik dari pada apa yang merek kumpulkan. (Yunus: 58)
Apakah yang dimaksud dengan rahmat dalam ayat di atas? Apakah bentuk rahmat itu? Para mufassir berbeda pendapat mengenai hal ini. Namun dalam ulumul qur’an diterangkan bahwa menafsirkan ayat dengan ayat al-Qur’an yang lain merupakan bentuk penafsiran yang paling kuat. Karenanya as-Suyuthi dalam ad-Durrul Mantsur menerangkan bahwa rahmat itu tiada lain adalah Rasulullah saw.
Hal ini senada dengan kutipan Ibnu Abbas:
Bahwa yang dimaksudkan dengan karunia Allah swt adalah ilmu dan rahmat-Nya adalah Nabi Muahammad saw. Allah swt telah berfirman (Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam) (al-Anbiya: 107)
Maka menjadi jelas bahwa Rasulullah saw memang diciptakan oleh Allah sebagai rahmat bagi alam jagad raya. Maka kalimat selanjutnya dalam Surat Yunus di atas yang berbunyi ‘hendaklah mereka bergembira’ secara otomatis memerintahkan kepada umat muslim menyambut gembira atas rahmat tersebut.
Jama’ah yang Berbahagia
Demikian pentingnya merasa bergembira menyambut kelahiran Rasulullah saw sehingga Imam Imam al-Suyuthy (849-910 H/ 1445-1505 M) dalam Husnul Maqshad fi Amalil Maulid memberikan petunjuk cara merayakan maulid nabi yang benar:
“Bahwa asal perayaan Maulid Nabi Muhammad, yaitu manusia berkumpul, membaca al-Qur’an dan kisah-kisah teladan kemudian menghidangkan makanan yang dinikmati bersama, setelah itu mereka pulang. Hanya itu yang dilakukan, tidak lebih. Semua itu termasuk bid’ah hasanah. Orang yang melakukannya diberi pahala karena mengagungkan derajat Nabi, menampakkan suka cita dan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad yang mulia. (Al-Hawy Lil Fatawa, Juz I, h. 189-197 )
Hal pertama yang harus ada dalam perayaan, sebagai bukti kegembiraan umat muslim atas kelahiran Rasulullah adalah membaca al-Qur’an. karena al-Qur’an adalah mukjizat Rasulullah saw sekaligus pedoman hidup bagi umat muslim.
Hal kedua yang tidak boleh terlewatkan adalah bercerita tentang kisah Rasulullah saw yang penuh keteladanan. Teladan bagi pemuda, bagi pedagang, bagi seorang suami, bagi seorang pemimpin dan tidak juga bagi segenap umatnya.
Dan ketiga adalah Ibn Taimiyah sebagaimana dikutip Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki , yaitu:
Ibn Taimiyyah berkata, “orang-orang yang melaksanakan perayaan Maulid Nabi akan diberi pahala. Demikian pula apa yang dilakukan oleh sebagian orang. Adakalanya bertujuan meniru di kalangan Nasrani yang memperingati kelahiran Isa AS, dan adakalanya juga dilakukan sebagai ekspresi rasa cinta dan penghormatan kepada Nabi Muhammad. Allah Ta’ala akan memberi pahala kepada mereka atas kecintaan mereka kepada Nabi mereka, bukan atas bid’ah yang mereka lakukan.”(Manhajus Salaf fi Fahmin Nushush Bainan Nadzariyyat wat Tathbiq, h. 399)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Jika kita merasa gembira akan kedatangan rasulullah saw itu pertanda kita mencintainya. Biasanya orang yang cinta akan selalu berharap berjumpa dengan yang dicinta. Sebagaimana layaknya pemuda yang baru merasa ‘gandrung’ dengan sang kekasih. Ingin selalu bertemu walaupun hanya dalam mimpi.
Meskipun kegembiraan dan cinta adalah dua hal yang beruruan dengan hati. namun cinta dan gembira itu dapat dibuktikan secara indrawi. Ada beberapa rambu-rambu yang dapat digunakan sebagai alat penimbang kecintaan kita kepada Rasulullah saw.
Pertama, siapa yang cinta Rasulullah saw dia pastilah orang yang taat kepada Rasulullah saw. artinya orang itu pasti akan menjalankan segala peraturan syariatnya.
Barang siapa menginginkan dapat melihat Rasulullah saw, hendaklah ia mencintai beliau dengan kecintaan yang menggebu. Adapun tanda cinta kepada beliau adalah adalah mengikuti sunnahnya yang mulia.
Maka taat kepada ajaran Rasulullah saw. merupakan bukti nyata kecintaan kita kepadanya. Dan ketika seorang hamba telah taat kepada Rasulullah saw berarti ia telah taat kepada Allah swt:
Barang siapa yang menta’ati rasul, sesungguhnya ia telah taat kepada Allah swt.
Maka barang siapa yang mengaku cinta Rasulullah saw tetapi tidak menjalankan syariatnya berarti orang itu adalah pembohong
Barang siapa mengaku cinta Rasulullah saw tetapi tidak mengikuti sunnahnya, bararti ia adalah pembohong.
Kedua, tanda para pecinta Rasulullah saw adalah seringnya membaca shalawat. Sebuah hadits Aisyah ra. menerangkan hal ini:
Barang siapa mencintai Rasulullah saw maka ia akan memperbanyak baca shalawat kepadanya. Adapun buahnya adalah memperoleh syafa’at beliau dan menyertainya di surge.
Selain berfungsi sebagai penanda cita shalawat kepada Rasulullah saw juga merupakan tanaman yang buahnya adalah syafaat di surge.
Tanda ketiga, adalah barang siapa yang mencintai Rasulullah saw pasti ia akan memperbanyak mengingat beliau. Mengingat berbagai kisah hidupnya, mengingat kepahlawanannya dan mengingat kebijaksanaannya. Dan tidak lupa meneladaninya
Barang siapa mencintai sesuatu pastilah ia akan banyak menyebutnya.
Para Hadirin Jama’ah Jum’ah yang berbahagia
Akhirnya, cinta kita kepada Rasulullah saw sebenarnya dapat dibuktikan dalam kehidupan keseharian. Apalagi dimusim penghujan dan musim banjir seperti ini. Di mana banyak sekali keluarga dan saudara seiman yang memerlukan bantuan kita. baik bantuan tenaga maupun bantuan materiil.
Inilah saatnya membuktikan cinta kita kepada Rasulullah saw dengan meneladani beliau sebagai penolong yang lemah. Yang selalu mendahulukan kepentingan orang lain (umatnya) dari pada kepentingan pribadi atau golongan. Marilah kita jadikan hujan di bulan maulid ini sebagai rahmat bagi kita semua. Rahmat karena kita memiliki peluang untuk membuktikan cinta kita dengan bersedekan dan beramal saleh kepada yang membutuhkan. Dan bantuan itu benar-benar merupakan rahmat bagi mereka yang membutuhkan.