BERSETUBUH MENGHADAP QIBLAT DAN MUHALLIL TALAK TIGA
Bersetubuh dengan menghadap qiblat
Jima (bersetubuh) menghadap qiblat di sahara,padang pasir/gurun atau di dalam bangunan (bangunan tempat tinggal) maka hukumnya tidak makruh ( yg artinya hukumnya mubah/boleh) menurut madzhab syafi’I dan mayoritas ulama’ kecuali sebagian ulama’ pengikut madzhab maliki maka hukumnya makruh.
ـ مسألة: هل يكره الجماع مستقبل القبلة في الصحراء أو في البنيان، وهل فيه خلاف لأحد من العلماء؟ الجواب: لا يكره ذلك، لا في الصحراء، ولا البنيان، هذا مذهب الشافعي والعلماء كافةً، إِلا بعضَ أصحاب مالك.
فتاوى الإمام النووي ص 190.
mas’alah apakah dimakruhkan bersetubuh menghadap qiblat di padang pasir/gurun/sahara,atau di dalam bangunan ,apakah itu ada perselisihan diantara ulama’jawab :
tidak dimakruhkan (diperbolehkan/mubah) bersetubuh menghadap qiblat dipadang pasir dan juga tidak di dalam bangunan ,ini,menurut madzhab syafi’I dan mayoritas ulama’ kecuali pendapat sebagian ashab maliki ( maka hukumnya makruh)
fatawa imam nawawi hal 190
Kalau muhallil talak tiga dengan zina apakah boleh?
Muhallil tidak boleh dengan zina. Bahkan jika dalam akad nikah, disyaratkan bahwa lelaki yang menjadi muhallil setelah melakukan persetubuhan telah menceraikan atau tidak ada lagi pernikahan dengan perempuan itu, maka persyaratan ini merusak terhadap nikah, sehingga tidak sah untuk kembali lagi kepada suaminya.
Perempuan yang sudah ditalak 3x (takal ba’in) tidak bisa ruju’ kembali kepada suaminya kecuali dengan adanya 5 syarat:
- Habisnya masa iddah dari suami yang menceraikan.
- Menikah dengan lelaki lain dengan pernikahan yang sah.
- Adanya persetubuhan, dengan masuknya kemaluan (dzakar/penis, minimal hasyafahnya) lelaki lain dalam keadaan ereksi pada kemaluan (farji/vagina) perempuan tersebut dalam pernikahan yang sah, dan lelaki tersebut bukan anak kecil.
- Diceraikan oleh lelaki tersebut.
- Habisnya masa iddah dari perceraian dengan lelaki tersebut.
Wallahu a’lam.