CINTA MUSLIMAH SEJATI Bagian 2

  LOV                   Tersenyum sendiri kedua bibir ini, mensifati ingatan masa kecil dulu bersama sama teman sebaya bermain penuh canda di bawah cahaya sang rembulan yang memedar rona, semakin lama sang rembulan semakin sempurna ujudnya, terkadang tertutup awan yang bergerak melintas terbawa angin di atas sana, semakin hanyut hati ini mengagumi ciptaan tuhan yang satu ini.

“Benar benar indah dan pantas di kagumi”,

Sampai sampai keindahanya sering menjadi inspirasi para musisi dan ahli seni, juga keindahanya sering di jadikan sebagai pujian untuk sesuatu yang menentramkan jiwa.

“Kamu cantik sekali, wajahmu seindah bulan purnama”,

Aku jadi ingat kata kata itu, yang di buat oleh teman temanku untuk memuji kecantikan wajahku, di saat masih sekolah.

Entah itu tulus dari hati, atau hanya bualan atau malah igauan bibir yang tak terjaga

Ah… Aku mendesah dengan membuang nafas agak kasar.

Sang purnama semakin di tarik naik ke atas langit timur, bersama dengan merambatnya malam.

Tiba tiba ada mendung tebal bergerak mendekatinya, hatiku menjadi kecut tanpa bisa berbuat apa apa… Ya, hanya memandang saja sambil meneliti apa yang akan terjadi selanjutnaya.

Aku tak bisa mencegah atau menahan laju mendung itu agar tidak menutupinya, ingin ku geser rembulan itu agar tak tertabrak, ingin ku tiup mendung itu agar menjauh… Hayalan, hayalan…. Benar benar hayalan.

Memang hayalan semacam ini sering muncul saat kita tak mampu berbuat apa apa terhadap sesuatu yang sangat mengganggu kebahagian kita…

Ya Alloh…. “Ampunilah hambamu ini… hati ini kecewa karena sang bulan tertutup awan… kecewa karena tak bisa lagi menikmati keindahanya…”

Aku sadar… diri ini hanya seorang hamba, yang hanya pantas menerima dengan syukur dan lapang dada dengan semua ketentuan yang maha perkasa Alloh Azza wa jalla.

Hati dan bibir memuji sang kholik, dengan bahasa yang lirih dan tersembunyi. Bahasa yang hanya bisa di ketahui oleh yang menciptakan hati itu sendiri…

“Al hamdulillah….” Aku terus memujinya…

Mungkinkah sang rembulan sedang merasa iri atau sakit hati… Apakah bulan juga punya perasaan?

Iri karena tersaingi keindahanya dengan lampu lampu di bumi…

Sakit hati karena kehadiranya tak lagi di nanti…..

Aku semakin tak mengerti dengan pertanyaan itu…

Jalan terbaik adalah dengan semakin mendekatkan diri dan pasrah kepada sah yang widi sang adi kodrati ilahi robbi.

Aku tersentak kaget…… dan dengan spontan bangkit

Terdengar dentangan jam dinding dengan berisik, memberikan informasi dengan nada yang sudah sangat akrab di telinga..

“Bismillahirrohmanirrohim…. lalu ku langkahkan kaki meninggalkan sang rembulan yang sendirian di langit timur, masuk kedalam rumah dengan hati hati, agar tak mengganggu ibuku yang sedang membaca kitab suci di musholla rumah…

Di dalam kamar, ku coba……..

Bersambung……..