INILAH SOSOK IDOLA SEJATI PARA MANUSIA

Ketika anda dilanda sakit dan kesusahan pernahkah idola-mu, artis pujaan-mu menolong memikirkan dan perhatian kepada keadaan-mu ?

Tapi berbeda dengan Nabi kita Muhammad saw, ketika kita lupa kepadanya, ketika kita sering menyakiti hatinya dengan tidak patuh kepada aturannya namun beliau tetap ingat dan cinta kepada kita sampai di akherat.

Diriwayatkan di dalam hadits yang panjang ketika Nabi Muhammad saw bertanya kepada Malaikat Jibril tentang tingkatan-tingkatan neraka, kemudian Jibril menjawab dengan sangat jelas tentang tingkatan-tingkatan neraka sekaligus penghuninya. Namun tetapi setelah jibril menyebut tingkatan ke enam Jibril terdiam dan tidak ingin melanjutkan ke tingkatan neraka ke tujuh, lalu Nabi bertanya “Wahai Jibril kenapa engkau tidak memberi tahu aku mengenai penghuni neraka ke tujuh ?”

Jibril menjawab “Wahai Nabi Muhammad, Apakah engkau ingin tahu penghuni neraka ke tujuh?” Nabi Muhammad saw “Ya…aku ingin tahu”

Jibril “orang-orang yang mempunyai dosa besar dari golongan umat-Mu mereka meninggal tidak sempat bertobat kepada Allah swt.

Mendengar jawaban dari Jibril Nabi Muhammad saw langsung pingsan tidak sadarkan diri, ketika siuman Nabi Muhammad saw berkata “Sungguh besar musibahku, Apakah benar ada di antara ummatku yang masuk neraka?”

Jibril menjawab “Ya benar umatmu yang meninggal membawa dosa besar” Menangislah Rosulullah saw dan Malaikat Jibril.

Dari hadits di atas, patutlah kita merenung.

Nabi Muhammad saw. Memberikan syafa’at kepada mereka para pelaku dosa besar, sebagimana sabdanya, “Setiap nabi pasti memiliki doa mustajab. Hanya saja mereka menyegerakan doa mereka di dunia. Namun, aku menunda doa itu demi menolong umatku pada hari kiamat. Insyaallah, doa itu akan terwujud,” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Besarnya kasih sayang beliau kepada umatnya juga tak tergantikan dengan tawaran masuknya separuh mereka ke surga. Beliau lebih memilih tawaran syafaat karena ingin membela umatnya lebih banyak, sebagaimana tergambar dalam salah satu haditsnya, “Aku diberi pilihan antara syafaat dengan masuknya separuh umatku ke surga. Namun, aku memilih syafaat. Sebab, syafaat lebih menyeluruh dan lebih banyak. Mungkin saja kalian mengira sayafaatku hanya untuk orang-orang bertakwa? Tidak. Tetapi juga untuk orang-orang yang berdosa,” (HR Al-Tirmidzi).

Berdasar hadits di atas, syafaat Rasulullah ﷺ tak hanya bagi orang-orang yang bertakwa, tetapi juga bagi orang-orang mukmin yang berlumuran dosa, termasuk pelaku dosa besar, sebagaimana yang ditandaskan hadits riwayat al-Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad, “Syafaatku juga untuk umatku yang melakukan dosa besar.”

Tentu saja, ini bukan berarti kelonggaran untuk berbuat dosa karena kelak akan mendapat pembelaaan dari Rasulullah. Sebab, walau hanya sebentar, siksa Allah tidak boleh diremehkannya. Sekalinya dicelupkan ke dalam neraka Jahanam, seorang hamba bisa lupa terhadap seluruh kesempurnaan nikmat dunia yang pernah didapatnya, sebagaimana yang diingatkan Rasulullah ﷺ “Pada hari kiamat akan dihadirkan penghuni neraka yang paling bahagia semasa di dunia lalu coba dimasukkan ke dalam neraka dan ditanyakan kepadanya, ‘Wahai Ibnu Adam, bukankah engkau hanya melihat kebaikan? Bukankah hanya kenikmatan yang engkau rasakan?’ Dia menjawab, ‘Wahai Rabb, demi Allah, tidak pernah.’”

Maka dari itu, tetaplah takut kepada Allah. Takut melanggengkan dosa, terlebih dosa besar, takut meninggal dalam kemaksiatan, dan seterusnya. Sebab, dosa walaupun kecil—tetapi bila dilakukan dengan kesombongan—bisa mengundang murka Allah dan mengeluarkan pelakunya dari barisan umat Rasulullah ﷺ yang luput mendapatkan syafaatnya.

Masihkah kita mengidolakan artis-artis yang tidak pernah mengenal kita, tidak sedikit pun memberi manfaat kita di atas dunia ini, lalu kita lupakan Rasulullah Saw yang sejak 1438 tahun lalu menangisi kita dan siap menolong kita kelak di hari kiamat?

Semoga kita bisa menumbuhkan cinta yang baru pada guru dan kekasih dunia akhirat. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam.