AMALAN REBO WEKASAN BERSAMA KYAI SYA’RONI
Tanggal 17 Desember kemarin merupakan hari Rabu terakhir bulan Shafar 1436 H atau lazim disebut “Rabu Wekasan”. Pada hari itu, umat Islam perlu melaksanakan amalan-amalan kebaikan seperti berdoa, bersedekah, ataupun shalat sunnah untuk meminta keselamatan kepada Allah SWT.
Demikian yang disampaikan Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH.Sya’roni dalam acara pengajian rutin Tafsir Al-Qur’an di Masjid Al Aqsha Menara Kudus, Jumat pagi (5/12).
Kiai Sya’roni mengutip penjelasan dalam kitab al-Jawahir al-Khams bahwa Allah akan menurunkan 320.000 musibah setiap tahun dalam hari Rabu wekasan. Karenanya, para ulama selalu mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah dengan meminta keselamatan kepada-Nya.
“Yang mendatangkan balak (musibah) itu yang mendatangkan Allah, maka kita harus mendekat meminta kawelasan (kasih sayang) dari Allah,” terangnya.
Jangan Ngawur
Dalam menjalankan amalan Rabu Wekasan, ulama kharismatik asal Kudus ini mengingatkan supaya tidak melenceng jauh dari ajaran agama Islam. Di antara yang lazim dilakukan, kata Kiai Sya’roni, adalah membaca doa Rabu Wekasan, melaksanakan shalat sunnah dan banyak sedekah.
“Jangan sampai amalannya ngawur, harus berdasarkan tuntunan agama. Semua amalan ini bertujuan untuk tolak balak,” ujar Kiai Sya’roni.
Pada Rabu Wekasan, umat Islam disunnahkan mandi tolak balak dan shalat empat rakaat dengan dua salam. Dalilnya shalat, terang Kiai Sya’roni, ayat Al-Qur’an yang artinya wahai orang Islam minta pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat.
“Tetapi harus ingat, istilah shalat Rabu Wekasan itu tidak ada. Jadi kita semua bisa shalat sunnah seperti shalat hajat, tahajud, maupun lainnya,”tandas Kiai Sya’roni.
Dalam berdoa, jelas Kiai Sya’roni, terdapat etika atau cara lain yakni menulis kalimat berbahasa Arab yang berisi beberapa ayat al-Qur’an mengandung doa dengan awalan kata “salamun”. Seperti, ayat salamun qoulan min rabbir rahim, salamun ala nuuhin fil alamin, salamun ala ibrohim, salaamun ala musa waharuun dan seterusnya.
“Kalimat itu di tulis di atas kertas dengan niat berdoa meminta keselamatan dan kawelasan Allah. Lalu dicampur air dan dibacakan doa Rabu Wekasan sehingga airnya disebut ‘air salamun’. Amalan semacam ini diperbolehkan,” imbuh Kiai Sya’roni di hadapan ribuan jamaah yang memenuhi Masjid al-Aqsha Menara Kudus.