BEGINILAH SEHARUSNYA KETIKA KITA MELAKSANAKAN SHOLAT
Al Imam Abdul Wahab As Sya’rony berkata:
“Dan termasuk dari akhlak orang-orang sufi yaitu bersiap-siap mulai dari awal waktu untuk menghadap ALLOH SWT di setiap sholatnya, mulai dari wudlu, salah satu dari mereka sedikit demi sedikit merasakan keagungan ALLOH SWT dan ketika diundang dengan panggilan “hayya ’alash sholah” mereka bisa khudur ke hadirat ALLOH SWT dengan kadar maqom mereka masing masing”
Apabila engkau bertakbirotul ihrom, engkau mengangkat kedua tanganmu dan menghadap kepada ALLOH SWT, maka berniatlah bersama dengan itu, kemudian engkau buang dunia dan akhirat ke belakang punggungmu, seperti itulah takbirotul ihrom seharusnya.
Sesungguhnya diharamkan bagimu melakukan segala sesuatu yang bertentangan dengan sholat dikarenakan kamu sedang memasuki daerah munajat.
Al Imam Abu Hamzah Rah. berkata:
“Aku sholat dzuhur bermakmum kepada Abu Yazid Al-bustomi Rah., ketika beliau akan mengangkat tangan untuk takbir ternyata beliau tidak mampu mengucapkan Allohu Akbar, karena begitu mengagungkan asma ALLOH SWT. Bergetar persendian-persendian beliau sampai sampai aku menjadi bingung melihat keadaannya itu”.
As-sayid Muhammad Bahauddin An-naqsabandy Rah., berkata:
“Seorang hamba akan mendapatkan hudlur hatinya dalam shalat dengan cara makan makanan yang halal, merasa diawasi oleh ALLOH SWT ketika di luar shalat, ketika berwudlu dan ketika takbirotul ihram”.
Apabila membaca “wajjahtu wajhiya”, maka sesungguhnya kamu menghadap sepenuhnya kepada ALLOH SWT sang raja diraja dengan memperhatikan keagungan, adab, meninggikan dan merasa takut di hadapanNya.
Apabila membaca “lilladzi fatharas samawati wal ardli”, maksudnya ALLOH SWT menciptakan langit dan bumi tanpa ada contoh terlebih dahulu.
“hanifan”, maksudnya cenderung dari dari setiap agama yang selain islam.
“musliman”, maksudnya tunduk atas perintah-perintah dan larangan-larangan ALLOH SWT.
“wama ana minal musyrikin innashalatii wanusukie wamahyaaya wamamatii”, maksudnya sholatku dan seluruh ibadahku adalah :
“lillahi robbil ‘alamiin, la syarika lahu wabidzalika umirtu wa ana minal mu’minin.”
Di dalam hadits qudsi Rasulullah SAW bersabda:
“ALLOH SWT berfirman : qossamtu ash-sholah, artinya aku membagi shalat antara Aku dan
hamba-Ku menjadi dua bagian, dan untuk hamba-Ku apa yang ia minta.
Ketika seseorang mengucapkan alhamdulillahi robbil ‘alamin maka ALLAH SWT menjawab
; hamba-Ku telah memuji-Ku
Apabila mengucapkan arrahmanirrohim maka ALLAH SWT menjawab: hamba-Ku telah memuji-Ku.
Apabila mengucap maliki yaumiddin maka ALLAH SWT menjawab:
hamba-Ku telah menggungkan-Ku
Dan apabila mengucapkan iyyaka na’budu waiyyaka nasta’in maka ALLAH SWT menjawab; ini antara Aku dan hamba-Ku dan untuk hamba-Ku seperti apa yang dia minta.
Apabila mengucapkan ihdinashshirathal mustaqim, shirathalladzina an’amta ‘alaihim ghoiril maghdlubi ‘alaihim waladlollin, maka ALLAH SWT menjawab: untuk hamba-Ku apa yang dia minta. (H.R. Ahmad, Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Majjah dan Imam Suyuthi menshahihkan hadits tersebut).
Firman allah swt : qossamtushalah maksudnya adalah surat al fatihah, al fatihah dinamakan
ash-shalah karena al fatihah adalah rukun yang paling agung, dan sebagai batasan shalat .
Seperti di dalam bab hajji adalah ‘arafah.
Alangkah baiknya ungkapan yang berkaitan dengan kemuliaan seorang hamba, sehingga ALLAH SWT menyandarkan kepada DzatNya dengan berulangkali dan ALLAH SWT menjadikan hal itu sebagai penyambung antara hamba dengan TuhanNya bersama dengan kerendahan seorang hamba di sisi TuhanNya dengan kerendahan yang sempurna, semua ini bisa terjadi apabila bacaannya disertai dengan penuh konsentrasi, seandainya tidak, maka seperti halnya bacaan yang hanya ada di lidah saja, ALLAH SWT pun menjawab: hamidanii lisanu ‘abdii watsnaa ‘alayya lisanu ‘abdii.
Sebagaimana orang-orang yang ahli ma’rifat berkata:
“Barangsiapa yang di dalam shalatnya bersaksi kepada selain ALLAH SWT sehingga shalat itu kosong dari penyaksian Dzat Yang Maha Benar, apabila seperti itu, maka tidak dinamakan orang yang sedang shalat, juga bukan orang yang sedang bermunajat, karena sesungguhnya ALLAH SWT tidak bisa dimunajati di dalam shalat hanya dengan lafadz saja, akan tetapi harus dengan hadirnya hati”,
Orang yang mengucapkan alhamdu lillah dengan tanpa hudlur hati atau hanya dengan lisan saja maka ALLAH SWT akan menjawab: hamidanii lisanu ‘abdii la ‘abdii. Akan tetapi kalau orang tersebut membaca dengan hudlur hati maka ALLAH SWT akan menjawab: hamidanii ‘abdii almafrudli ‘alaihi munajati”.
Apabila engkau hendak melakukan shalat hendaknya kosongkanlah hatimu dari kesibukan-kesibukan duniawi.
Shahabat Abu Darda’ Rah. berkata :
“Termasuk dari tanda pekerjaan seseorang adalah ketika ia menyelesaikan urusan dunia sebelum mulai melakukan shalat supaya hatinya kosong saat shalat”.
Jadilah kamu orang yang merasakan wibawa Tuhanmu, merenungkan apa yang kamu baca serta memperhatikannya seperti ketika membaca iyyaka na’budu waiyyaka nasta’iin atau ketika berdo’a seperti robbighfir lii.
Apabila kamu ruku’ maka berpikirlah bahwa ruku’ ini adalah bentuk penghormatan atas keagungan ALLAH SWT,
Apabila kamu sujud maka bersujudlah dengan tujuan menambah rasa rendah diri di hadapan ALLAH SWT, dan lakukanlah semua ini dengan hadirnya hati sampai kamu salam. Seandainya shalatmu seperti itu maka shalatmu akan menjadi shalat yang diharapkan diterima di sisi ALLAH SWT.
Dikisahkan bahwa imam ‘Ali Zainal Abidin Rah. apabila berwudlu maka wajah beliau menjadi pucat pasi, dan apabila beliau shalat maka badannya gemetar.
Beliau ditanya, “kenapa saat engkau wudlu wajahmu berubah menjadi pucat?” Beliau menjawab : “Celaka kalian, tahukah kalian aku akan berdiri di hadapan siapa?” “dan kepada siapa aku akan bermunajat?”.
Al -imam Sa’id ibn Abi Yahya Attanukhi Rah. apabila shalat, airmata beliau terus mengalir di kedua pipi sehingga membasahi jenggot beliau.
Sebagaimana ‘ulama berkata:
“Aku bertanya kepada imam sa’id; wahai Abaa Muhammad, apa yang membuat engkau menangis di saat shalat?.
Beliau menjawab:
“Tidaklah aku berdiri melakukan shalat, kecuali digambarkan kepadaku neraka jahannam”.
Shahabat abi hurairah ra berkata:
“Kami shalat dzuhur bersama Rasulullah SAW. Saat beliau salam, beliau berkata kepada seorang laki-laki yang berada di barisan akhir, “hai fulan ! apakah kamu tidak takut kepada ALLAH SWT?, tidaklah kamu melihat seperti apa kamu shalat? Sesungguhnya salah satu dari kalian apabila berdiri melakukan shalat sama saja sedang bermunajat dengan Tuhan kalian , maka lihatlah bagaimana keadaan ketika bermunajat kepada ALLAH SWT. Sesungguhnya kalian semua mengira bahwa aku tidak bisa melihat kalian, sungguh demi ALLAH SWT aku bisa melihat dari belakang punggungku sebagaimana aku melihat sesuatu yang ada di hadapanku.” (H.R. Muslim, Nasa’i, dan Khuzaimah).
Diceritakan juga bahwa Al- imam Zainal Abidin berada dalam satu peperangan dan beliau terkena panah yang ujungnya tidak bisa dicabut dan tertinggal di kakinya , maka dipanggillah seorang ahli bedah untuk mengeluarkan ujung panah itu dari kaki beliau, hal itu membuat beliau sangat kesakitan.
Istri beliau berkata: “tinggalkanlah beliau, nanti di saat beliau shalat keluarkanlah ujung panah tersebut dari kakinya”, maka ketika beliau shalat didatangkanlah ahli bedah dan membedah kaki beliau guna mengeluarkan ujung panah itu dan segera meninggalkan beliau, sementara itu beliau tidak mengetahui dan tidak merasakan hal itu.
Betapa hebatnya beliau karena bisa menjdikan shalat lebih ampuh daripada sekedar obat bius para tabib. Ketika beliau telah selesai shalat beliau baru merasakan sakit.
Beliau lalu bertanya apa yang menyebabkan rasa sakit yang dirasakannya, maka keluarga beliau menerangkan perihal yang telah terjadi, sepontan beliau mengatakan; “Demi ALLOH SWT aku tidak merasakan hal itu”.
Semua ini terjadi karena sempurnanya kekhusyuan beliau dalam sholat.
Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa sholat lima waktu dan menyempurnakan wudlu, mendirikannya dengan khusyu,ruku’ dan sujudnya maka keluarlah sholat itu dalam keadan putih juga memancarkan cahaya seraya mendo’akan semoga ALLOH SWT menjagamu seperti engkau menjagaku.
Dan barang siapa sholat tidak pada waktunya dengan tidak menyempurnakan wudlunya, khusyu’, ruku’ dan sujudnya, maka keluarlah sholat itu dalam keadaan hitam juga gelap seraya mendo’akan semoga ALLOH SWT menyia-nyiakanmu seperti engkau menyia-nyiakanku, sehingga sholat itu sempurna sebagaimana shalat yang ALLOH SWT menghendakinya, maka ALLOH SWT melipat sholat itu sepertihalnya melipat pakaian yang usang kemudian dipukulkanlah sholat itu ke muka orang yang melakukan sholat itu .(HR.Thobaroni dari Anas).
Lihatlah wahai orang yang lalai di dalam sholat, di hadapan siapakah kamu sedang berdiri dan kepada siapakah kamu bermunajat?
Merasa malulah kamu ketika akan bermunajat kepada Tuhanmu dengan hati yang lalai dan dada yang dipenuhi godaan syaitan dan kotoran-kotoran syahwat.
Tidakah kamu tahu bahwasannya ALLOH SWT selalu melihat dan memantau hatimu, sesungguhnya sholatmu akan diterima menurut ukuran khusyu’mu, khudu’, tawadlu’ dan tadlorru’mu, maka anggaplah di dalam sholatmu seakan-akan kamu sedang melihat ALLOH SWT.
Apabila kamu tidak bisa melihat ALLOH SWT maka sesungguhnya ALLOH SWT maha melihatmu,
Apabila hatimu tidak bisa merasa apa yang telah kami sebutkan dan anggota badanmu tidak bisa tenang disebabkan minimnya kema’rifatanmu kepada keagungan ALLOH SWT, maka obatilah hatimu karena sesungguhnya para ulama telah bersepakat bahwasanya tidak akan ditulis bagimu suatu sholat kecuali sholat yang kamu lakukan dengan khusyu’,
Adapun sholat yang kamu lakukan dengan hati lalai walaupun dalam hukum dzohirnya dianggap sah, akan tetapi di sisi ALLOH SWT tidak ada pahalanya maka sholat seperti ini sangat butuh untuk dimintakan ampunan bahkan sangat dekat dengan azab.
Al Imam Ibnu’Atho’illah Asakandariy Rah., didalam kitabnya yaitu Tajul ‘Arusy berkata:
“Al Imam Abul Hasan Assayadziliy Ra. Menerangkan: ukurlah dirimu dan timbanglah dengan sholat apabila dirimu telah mendapatkan nasib baik, ketauhilah bahwasanya dengan seperti itu telah memperoleh kebahagiaan maka apabila tidak, menangislah , apabila kamu melangkahkan kakimu untuk sholat maka apakah kamu melihat kekasih yang tidak mau bertemu kekasihnya?
ALLOH SWT berfirman: “sesungguhnya sholat itu akan mencegah dari perbuatan keji dan mungkar”. Barang siapa yang ingin mengetahui hakikatnya di sisi ALLOH SWT maka lihatlah pada sholatnya, apakah sholatnya dilakukan dengan tenang dan khusyu’ atau sebaliknya yaitu dengan kelalaian dan terburu-buru, seandainya kamu tidak mempunyai dua sifat yang pertama maka ”taburkanlah debu di atas kepalamu“ karena sesungguhnya orang yang berteman dengan penjual minyak misik akan terkena baunya.
Sesungguhnya sholat itu adalah sebuah majelisnya ALLOH SWT. Maka apabila kamu duduk bersamaNYA dan tidak mendapatkan sesuatu apapun, berarti ada sebuah penyakit di dalam dirimu. Ketahuilah bahwasanya setiap sholat yang tidak dapat mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar adalah tidak dinamakan sholat, karena bertolak belakang dengan firman ALLOH SWT di atas.
Sesunguhnya apabila kamu melakukan sholat sibukanlah dengn munajat kepada ALLOH SWT dalam firmanNYA “Iyya ka Na’budu Wa iyya ka nasta’in”dan dengan bermunajat kepada Rasulullah SAW dalam ucapanmu,”Assalamu ‘alaika ayyuhannabiyyuwa rohmatullohi wa barokatuh”, hal ini terjadi dalam semua sholat.
Menurut tata bahasa arab tidak boleh mengucapkan Ayyuharrojul kecuali kepada orang yang berada di hadapannya.
Seorang hamba melakukan sholat, ketika ia membaca surat Al Fatihah Sampai pada ayat ”Iyyaka na’budu” terbesitlah di dalam hatinya bahwasanya dia adalah seorang hamba yang haqiqi, maka muncul panggilan dalam hatinya,
“Kamu telah berbohong karena sesungguhnya kamu masih menyembah makhluk”.
Kemudian dia bertaubat dan menyendiri dari manusia, setelah itu kembali dia melakukan sholat ketika sampai pada ayat “Iyya Ka Na ‘budu”ada suara yang mengatakan “
Kamu telah berbohong karena kamu masih menyembah isterimu” lalu dia menceritakan isterinya, kemudian kembali melakukan sholat ketika kembali sampai pada ayat “Iyya ka na’budu”ada suara yang mengatakan:
Kamu telah berbohong karna sesungguhnya kamu masih menyembah hartamu” diapun menyedekahkan semua hartanya, lalu dia kembali melakukan sholat ketika kembali sampa pada ayat ‘Iyya ka Na’budu” ada suara yang mengatakan:
“Kamu telah berbohong, karena sesungguhnya kamu masih menyembah pakaianmu“ lalu dia menyedekahkan semua pakaian kecuali pakaian yang menutupi auratnya, kemudian dia kembali melakukan sholat, ketika sampai pada ayat “Iyya ka Na’ budu” ada suara yang mengatakan : “Sungguh kamu telah berkata benar, kamu telah termasuk dari hamba-hamba ALLOH SWT yang haqiqi”.
BERSAMBUNG…..