Khitthoh Ulama Salaf As Sholih dan Assawadzul A’dzom

mbah

                Di dalam kitab “Ar-Risalah Ahlussunnah wal Jama’ah” karya Hadratusy Syeikh Hasyim Asy’ari, pendiri pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur dan sekaligus pendiri organisasi Nahdhatul Ulama (NU), halaman 14-15 menerangkan sebagai berikut:

Artinya:

Fasal: Menjelaskan khitthoh (garis-garis dasar) Ulama Salaf As Sholih, dan penjelasan Assawadzul A’dlom pada masa kini, dan penjelasan pentingnya berpegang dengan salah satu dari empat Madzhab.

Apabila engkau faham apa yang telah disebutkan (di atas), maka sesungguhnya yang benar adalah bersama pendapat orang-orang yang telah lampau yang berpegang teguh pada garis-garis yang telah dijalani oleh ulama-ulama salaf shaleh. Karena, sesungguhnya, mereka adalah “As-Sawad Al-A’dzam” (Golongan Yang Besar/Mayoritas/golongan ulama yang agung). Mereka selalu berkesesuaian (sepakat) dengan ulama Haramain (ulama Mekkah dan Madinah) yang mulia dan ulama Al-Azhar yang mulia, menjadi panutan, teladan dan pengikut kebenaran. Selain itu, masih banyak ulama-ulama lain yang tidak bisa terhitung jumlahnya. Mereka tersebar di seluruh penjuru dunia, sebagaimana tidak bisa menghitung jumlahnya bintang di langit. Rosululloh SAW bersabda:

 ”إن الله لا يجمع أمتي على ضلالة, و يد الله على الجماعة, من شذ شذ إلى النار”, رواه الترمذي, زاد ابن ماجه: “فاذا وقع الاختلاف, فعليك بالسواد الأعظم, مع الحق و أهله”, و فى الجامع الصغير: “إن الله تعالى قد أجار أمتي أن تجتمع على ضلالة”.

 Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan menyesatkan umatku secara keseluruhan. Kekuasaan Allah berada pada Jama’ah (kelompok). Barangsiapa yang keluar (berpisah dari jama’ah), maka ia akan terjerumus ke dalam api neraka. Imam Ibnu Majah menambahkan: “Jika terjadi perbedaan (di antara kalian), maka hendaklah kalian berpegang tegung pada “As-Sawad Al-Adhzam” (Golongan yang besar/Mayoritasulama yang agung), beserta yang benar (hak) dan yang ahlinya. Dan dalam kitab “Al-Jami’us Shagir” diterangkan bahwa sesungguhnya Allah telah menyelamatkan umatku dari kesesatan yang dilakukan secara sepakat (berkumpul untuk melakukan kesesatan”.

Mayoritas ulama yang agung tersebut adalah para ulama pengikut madzhab yang empat, termasuk Imam Bukhari (ahli hadits) adalah pengikut madzhab Syafi’i. Ia mempelajarinya dari Imam Humaidi, Imam Za’faroni, dan Imam Karabisi. Begitu pula, Imam Ibnu Khuzaimah, dan Imam Nasa’i. Imam Junaidi adalah pengikut Imam Ats-Tsauri. Imam Syibli adalah pengikut madzhab Maliki. Imam Mukhasibi pengikut Madzhab Syafi’I, Imam Al Jariri pengikut Madzhab Hanafi, Imam Jailani pengikut Madzhab Hambali, Imam Sadzili pangikut Madzhab Maliki, Maka memperkokoh Mengikuti madzhab tertentu lebih mengumpulkan (mendekatkan) pada hakikat, lebih mendekatkan kepada pengetahuan, dan lebih mendorong kepada kebenaran, serta lebih mudah mendapatkannya. Melalui jalan inilah sikap dan perilaku para ulama salaf shaleh serta para guru terdahulu. Semoga Allah meridoi mereka !

Khususnya kami mengajak kepada saudara-saudara kami muslim yang awam, agar mereka benar-benar bertaqwa kepada Allah SWT, dan tidak mati kecuali dalam keadaan muslim, juga agar mendamaikan permusuhan, melakukan silaturrahmi, menjaga hubungan baik dengan tetangga, kerabat dan teman, dan mengetahui hak-hak orangtua, menyayangi orang-orang lemah dan rakyat kecil, menjauhkan perilaku saling angkuh dan saling bermusuhan, memutuskan silaturrahmi, iri hati, memecah belah dan berbeda-beda dalam agama. Kami menghimbau agar mereka selalu bersaudara, saling tolong menolong dalam kebaikan, berpegang teguh pada hukum Allah, bersatu, mengikuti Al-Qur’an dan Al-Hadits, serta selalu mengikuti perilaku para ulama, seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hanbal. Semoga Allah meridhoi mereka !. Beliau-beliaulah yang benar-benar menyetutui kesepakatan ulama, bahwa keluar dari madzhab adalah sesuatu yang terlarang. UMAT ISLAM HENDAKNYA BERPALING (MENENTANG) KEPADA JAMA’AH (ORGANISASI) YANG BERBEDA DENGAN PARA ULAMA SALAF SHALEH. ROSULULLOH SAW BERSABDA:

 من شذ شذ إلى النار,

“Barangsiapa yang keluar (berpisah dari jama’ah), maka ia akan terjerumus ke dalam api neraka”.

Dan hendaknya Umat Muslim senantiasa bersama Jamaah yang sesuai jalan para ulama salaf shaleh, Rosululloh SAW. bersabda:

 و أنا أمركم بخمس أمر ني الله بهن: السمع و الطاعة و الجهاد و الهجرة و الجماعة, فان من فارق الجماعة قيد شبر فقد خلع ربقة الاسلام عن عنقه, و قال عمر بن الخطاب رضي الله عنه: عليكم بالجماعة, و اياكم و الفرقة, فان الشيطان مع الواحد, و هو مع الاثنين أبعد, ومن أراد بحبوبة الجنة فليلزم الجماعة.

Artinya: “Aku perintahkan kepada kalian lima perkara sebagaimana Allah perintahkan kepadaku, yaitu: mendengar,mentaati, berjihad, hijrah, dan tetap berada dalam jama’ah (organisasi). Sesungguhnya, orang yang melepaskan diri dari jama’ah sejengkal saja, maka ia telah melepaskan tali Islam dari lehernya”. Dan Sayyidina Umar bin Al-Khattob berkata: ” Tetaplah kalian berada dalam jama’ah ! Dan janganlah kalian berpecah belah ! Karena, setan selalu berada pada orang yang sendirian, dan setan akan lari bilamana dua orang sepakat / bersama. Barangsiapa ingin hidup enak di dalam surga, maka hendaklah selalu berada dalam jama’ah !”

Untuk mengenal lebih mudah golongan Ahli Sunah wal Jama’ah dalam konteks terkini, KH. Hasyim Asy’ari pada sambutan pembukaan deklarasi berdirinya Jam’iyah Nahdlotul Ulama’ menandaskan, ciri ahli Sunah wal Jama’ah, adalah mereka:

– Yang dibidang Fiqh mengikuti faham Imam Abi Hanifah, Imam Malik bin Anas, Imam Syafi’i bin Idris atau Imam Ahmad bin Hambal.

– Dibidang Tasawwuf mengikuti ajaran Syaikh Junaid al-Baghdady dan Imam Ghozali.

– Dan bidang Tauhid mengikuti Imam Abu al-Asy’ari atau Imam Abu Mansur al-Maturidi.