KISAH BULAN SURO : BUBUR ASYURA NABI NUH ‘ALAIHIS SALAM
Penggagas awal tradisi pembuatan bubur Asyura adalah Nabi Nuh–‘alaihis salam-.
Dikisahkan, ketika Nabi Nuh–‘alaihis salam–turun dari kapalnya pasca banjir bandang yang menimpa serantero dunia, mereka merasakan sangat lapar, sementara perbekalannya sudah habis. Lalu beliau memerintah agar mencari lagi sisa-sisanya. Terkumpullah kemudian 7 biji-bijian yang dibawa, masing-masing sebanyak satu telapak tangan. Ada gandum, kacang adas, ful dan selainnya, dan bertepatan hari itu adalah hari Asyura. Lalu beliau membacakan basmalah dan memasaknya untuk mereka. Akhirnya mereka semua makan dan kenyang berkat barakah Nabi Nuh–‘alaihis salam–, sebagaimana isyarat al-Qur’an:
قِيلَ يَا نُوحُ اهْبِطْ بِسَلَامٍ مِنَّا وَبَرَكَاتٍ عَلَيْكَ وَعَلَى أُمَمٍ مِمَّنْ مَعَكَ. (هود: 48)
“Difirmankan kepada Nabi Nuh–‘alaihis salam–: “Wahai Nuh, turunlah dengan keselamatan dari Kami dan berbagai keberkahan bagimu dan bagi umat-umat dari orang-orang yang bersamamu.” (Hud: 48)
Wirid Hari Asyura
Di bacaan wirid yang dianjurkan di hari Asyura adalah bacaan wirid dari Syikh Ali al-Ajhuri:
حَسْبِيَ اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ وَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ.
Yang mencukupiku hanyalah Allah dan yang paling dipasrahi segala urusan hanya Allah. Yang paling dapat mengurus urusan hanyalah Allah dan yang paling dapat menolong hanyalah Allah.
Cara: Di baca 70 kali pada hari asyura.
Faidah: Penjagaan diri dari tertimpa berbagai bahaya dan bencana pada tahun tersebut. (Nihayah az-Zain, 196)