TIPS NASIHAT SEKALIGUS KRITIKAN IMAM GHOZALI RAH, BAGI PARA DA’I ATAU MUBALIGH

(KITAB AYYUHAL WALAD)

بسم الله الرحمن الرحيم

Yang kedua dari nasehat yang harus ditinggalkan yaitu kau hendaknya waspada jika kamu menjadi pemberi nasehat dan orang yang mengingatkan (seperti; mubaligh, da’i, penceramah, tokoh agama,-penrj.). Karena di dalam hal tersebut terdapat bahaya yang besar kecuali kamu melaksanakan terlebih dahulu apa yang akan aku sampaikan, barulah kau menasehati sesama. Untuk itu, renungkanlah apa yang telah disampaikan kepada nabi Isa as; “Wahai Putra Maryam, nasihatilah dirimu sendiri dahulu, apabila kau bisa menerima nasihatmu sendiri maka maka baru kau menasehati para manusia, apabila kau belum bisa menerima nasehatmu sendiri, merasa malulah kepada Tuhanmu.”               

الثاني مما تدع هو ان تحذر من ان تكون واعظا ومذكرا لان فيه آفة كثيرة، الا ان تعمل بما تقول اولا ثم تعظ به الناس. فتفكر فيما قيل عيسى عليه السلام: يا ابن مريم عظ نفسك فان اتعظت فعظ الناس والا فاستح من ربك.

Dan jika kau diuji dengan kondisi ini –yakni sudah terlanjur menjadi tokoh, pnerj.) berhati-hatilah pada dua perkara:               

وان ابتليت بهذا العمل فاحترز خصلتين:

Yang Pertama, berhati-hatilah dari takalluf dalam ucapan (yakni omongan yang berbelit-belit, sulit dipahami, dan dibuat-buat.-penerj.) Baiku itu dengan istilah-istilah asing, isyarat-isyarat[1], keanehan-keanehan, bait-bait, dan syair-syair. Karena sesungguhnya Allah ta’ala membenci mutakallif (orang-orang yang mempersulit dan dibuat-buat). Adapun mutakallif  yang melewati batas itu menunjukkan kerusakan batin dan kelalaian pada hatinya.    

الاولى- عن التكلف في الكلام بالعبارات والاشارات والطامات والابياب والاشعار لان الله تعالى يبغض المتكلفين. والمتكلف المتجاوز عن الحد يدل على خراب الباطن وغفلة القلب.

Sedangkan makna dari tadzkir adalah;

>>Mengingatkan hamba pada neraka akhirat.

>>Mengingatkannya kecerobohan diri dalam hal pengabdian seorang makhluk kepada Sang Khaliq.

>>Mengingatkannya pada umurnya yang telah berlalu yang telah dihabiskan untuk perkara yang tidak ada gunanya.

>>Mengingatkannya rintangan-rintangan yang akan dihadapi yakni keimanannya yang tidak selamat di akhir hidupnya.

>>Mengingatkannya bagaimana keadaannya saat (nyawanya) dicabut oleh malaikat maut.

>>Mengingatkannya apakah ia mampu menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir?

>>Mengingatkan kegelisahannya di hari kiamat dan di permberhentian-pemberhentiannya.

>>Dan apakah dia bisa menyeberangi Jembatan (Shirathal Mustaqim) dengan selamat atau dia akan jatuh ke neraka Hawiyah?           

ومعنى التذكير ان يذكر العبد نار الآخرة وتقصير نفسه في حدمة الخلق ويتفكر في عمره الماضي الذي افناه فيما لا يعنيه ويتفكر فيما بين يديه من العقبات من عدم سلامة الايمان في الخاتمة وكيفية حاله في قبض ملك الموت. وهل يقدر على جواب منكر ونكير. ويهتم بحاله في القيامة ومواقفها. وهل يعبر عن الصراط سالما ام يقع في الهاوية.

Menyebutkan hal ini yakni panasnya api neraka dan jeritan-jeritan penderitaan ini disebut tadzkir (mengingatkan).               

ويستمر ذكر هذه النيران ونوحة هذه المصائب يسمى تذكيرا.

Menyiarkan pada makhluk dan memberitahu mereka tentang masalah-masalah tersebut,  memperingatkan atas kecerobohan dan kelalaiannya, memperlihatkan kesalahan-kesalahan mereka. Karena hal tersebut pastilah panasnya api-api neraka ini akan mengenai para pelakunya dan malapetaka itu akan datang mengejutkan kalian. (Ilustrasi-ilustrasi tadi disampaikan) supaya mereka memperbaiki umurnya yang telah lewat dengan sekuat tenaga dan supaya mereka menyesali hari-hari yang telah kosong, (yang hanya berisi) perbuatan dosa pada Allah ta’ala.        

واعلام الخلق واطلاعهم على هذه الاشياء وتنبيهم على تقصيرهم وتفريطهم وتبصيرهم بعيوب انفسهم لتمس حرارة هذه النيران اهل المجلس وتجزعهم تلك المصائب ليتدركوا العمر الماضي بقدر الطاقة ويتحسروا على الايام الخالية في غير طاعة الله تعالى.

Keseluruhan ini berdasarkan cara penyampaiannya disebut dengan wa’dz (nasehat). Seperti halnya apabila kau melihat banjir tiba-tiba datang menuju rumah seseorang yang mana ia dan keluarganya sedang di dalam.              

وهذه الجملة على هذا الطريق يسمى وعظا. كما لو رأيت ان السيل قد هجم على دار احد وكان هو واهله فيها.

Maka kamu akan berkata “Bahaya! Bahaya! Larilah kalian dari banjir!” Apakah dalam situasi seperti ini hatimu ingin memberi tahu pada pemilik rumah dengan ungkapan-ungkapan yang sulit dan dibuat-buat? Dengan makna-makna yang tersembunyi? Dan dengan isyarat-isyarat? Sudah pasti tidak. Begitu juga perilaku wa’idz (pemebri nasehat) sebaiknya menjauhi hal-hal tersebut.     

فتقول الحذر الحذر فروا من السيل. وهل يشتهي قلبك في هذه الحالة ان تخبر صاحب الدار خبرك بتكلف العبارات والنكت والاشارات فلا تشتهي البتة فكذلك حال الواعظ فينبغي ان يجتنبها