PENGERTIAN DAN PENJELASAN THARIQAH (1)

Tarekat berasal dari bahasa Arab thariqah, jamaknya tharaiq, yang berarti:

(1) jalan atau petunjuk jalan atau cara,

(2) Metode, system (al-uslub),

(3) mazhab, aliran, haluan (al-mazhab),

(4) keadaan (al-halah),

(5) tiang tempat berteduh, tongkat, payung (‘amud al-mizalah).

Sedangkan menurut istilah, Tarekat berasal dari kata Ath-Thariq (jalan) menuju kepada

Hakikat atau dengan kata lain pengalaman Syari’at, yang disebut “Al- Jaraa” atau “Al-Amal”, sehingga Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdiy mengemukakan tiga macam definisi, yang disebutkan sebagai berikut :

1) Tarekat adalah pengamalan syari’at, melaksanakan beban ibadah (dengan tekun) dan menjauhkan (diri) dari (sikap) mempermudah (ibadah), yang sebenarnya memang tidak boleh dipermudah.

2) Tarekat adalah menjauhi larangan dan melakukan perintah Tuhan sesuai dengan kesanggupannya; baik larangan dan perintah yang nyata, maupun yang tidak (batin).

3) Tarekat adalah meninggalkan yang haram dan makruh, memperhatikanhal-hal mubah (yang sifatnya mengandung) fadhilat, menunaikan hal-hal yang diwajibkan dan yang disunatkan, sesuai dengan kesanggupan (pelaksanaan) di bawah bimbingan seorang Arif (Syekh) dari (Shufi) yang mencita-citakan suatu tujuan.

Menurut yang pernah mengadakan penelitian terhadap kehidupan Tasawuf di beberapa negara Islam, menarik suatu kesimpulan bahwa istilah Tarekat mempunyai dua macam pengertian.

  1. a) Tarekat yang diartikan sebagai pendidikan kerohanian yang sering dilakukan oleh orang-orang yang menempuh kehidupan Tasawuf, untuk mencapai suatu tingkatan kerohanian yang disebut “Al Maqamaat” dan “Al-Ahwaal”.
  2. b) Tarekat yang diartikan sebagai perkumpulan yang didirikan menurut ajaran yang telah dibuat seorang Syekh yang menganut suatu aliran Tarekat tertentu.

Maka dalam perkumpulan itulah seorang Syekh mengajarkan Ilmu Tasawuf menurut aliran Tarekat yang dianutnya, lalu diamalkan bersama dengan murid-muridnya.

Dari pengertian diatas, maka Tarekat itu dapat dilihat dari dua sisi;

yaitu amaliyah dan perkumpulan (organisasi). Sisi amaliyah merupakan latihan kejiwaan (kerohanian); baik yang dilakukan oleh seorang, maupun secara bersama-sama, dengan melalui aturan-aturan tertentu untuk mencapai suatu tingkatan kerohanian yang disebut “Al-Maqaamaat” dan “Al-Akhwaal”, meskipun kedua istilah ini ada segi prbedaannya.

Latihan kerohanian itu, sering juga disebut “Suluk”, maka pengertian Tarekat dan Suluk adalah sama, bila dilihat dari sisi amalannya (prakteknya). Tetapi kalau dilihat dari sisi organisasinya (perkumpulannya), tentu saja pengertian Tarekat dan Suluk tidak sama.

Menurut Al-Jurjani ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali (740-816 M), tarekat ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah Ta’ala melalui tahapan-tahapan/maqamat.

Dengan demikian tarekat memiliki dua pengertian, pertama ia berarti metode pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan. Kedua, tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai dengan adannya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah.

Bila ditinjau dari sisi lain tarekat itu mempunyai tiga sistem, yaitu: sistem kerahasiaan, sistem kekerabatan (persaudaraan) dan sistem hirarki seperti khalifah tawajjuh atau khalifah suluk, syekh atau mursyid, wali atau qutub. Kedudukan guru tarekat diperkokoh dengan ajaran wasilah dan silsilah. Keyakinan berwasilah dengan guru dipererat dengan kepercayaan karamah, barakah atau syafa’ah atau limpahan pertolongan dari guru.

Pengertian diatas menunjukkan Tarekat sebagai cabang atau aliran dalam paham tasawuf. Pengertian itu dapat ditemukan pada al-Thariqah al-Mu’tabarah al-Ahadiyyah, Tarekat Qadiriyah, Tarekat Naksibandiyah, Tarekat Rifa’iah, Tarekat Samaniyah dll. Untuk di Indonesia ada juga yang menggunakan kata tarekat sebagai sebutan atau nama paham mistik yang dianutnya, dan tidak ada hubungannya secara langsung dengan paham tasawuf yang semula atau dengan tarekat besar dan kenamaan. Misalnya Tarekat Sulaiman Gayam (Bogor), Tarekat Khalawatiah Yusuf (Suawesi Selatan) boleh dikatakan hanya meminjam sebutannya saja.

Thoriqoh atau tarekat adalah suatu ilmu untuk mengetahui hal ihwal nafsu dan sifat-sifatnya yang ada pada diri manusia, mana yang tercela kemudian di jauhi dan ditinggalkan, dan mana yang terpuji kemudian diamalkan.

Tarekat ini sendiri tergolong menjadi dua golongan, yaitu tarekat muktabaroh dan tarekat yang tidak muktabaroh.

Tarekat muktabaroh adalah aliran tarekat yang memiliki sanad yang muttashil (bersambung) sampai kepada Rosuluwllah Saw. Sedang beliau sendiri menerimanya dari malaikat jibril dan malaikat jibril dari Aowllah SWT.

Sedangkan tarekat yang tidak muktabaroh adalah aliran tarekat yang tidak memiliki sanad dan tidak muttashil sampi kepada Rosuluwllah. Tetapi pada pelaksanaan dan prakteknya sama.

Tariqah Pada Bahasa

Kalimah Thariq berasal dari kekata “tharaqa” yang bererti memukul/memanjangkan, menyisir, mengetuk, melalui, mengucapkan, serta datang di malam hari. Thariq bererti tempat berlalu yang luas dan panjang, melebihi luas jalan. Ia juga bererti jalan yang ditempuh oleh kelompok sufi, dijamakkan menjadi thuruq.

Arti Thariq sama dengan tariqah yang bererti jalan, haluan atau mazhab. Tariqah juga mempunyai erti yang menunjuk pada segolongan orang-orang yang dipandang mulia. Iaitu orang-orangyang dihormati dan diikuti oleh masyarakat kerana keluhuran jiwanya. Pada masyarakat Arab biasanya digunakan kata-kata ‘tariqah al-qaum’ yang bererti suri tauladan dan pilihan mereka iaitu orang-orang yang dijadikan oleh sesuatu masyarakat sebagai ikutan. Maka masyarakat tersebut mengikuti jalan mereka.

Tariqah Pada Istilah

Dalam Ilmu Tasawuf, Tariqah merupakan satu jalan atau kaedah yang ditempuh menuju keridhaan Allah swt dengan amaliah zahir dan bathin sepertimana yang terkandung dalam keluasan Ilmu Tasawuf. Adapun ikhtiar menempuh jalan itu lebih dikenali dengan istilah Suluk. Sedangkan orang bersuluk itu pula dipanggil Salik.

Dalam keterangan yang lain, dapat difahami bahwa tariqah itu adalah jalan atau petunjuk dalam melakukan sesuatu ibadah sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dan dikerjakan oleh para sahabat Nabi Muhammad saw, Tabi’in, Tab’i Tabi’in turun temurun sehingga sampai kepada para ulama dan guru-guru. Guru-Guru yang memberikan petunjuk dan bimbingan ini dinamakan Mursyid. Mursyid peranannya membimbing dan mengajar muridnya setelah memperolehi ijazah dari gurunya pula sebagai tersebut dalam silsilahnya. Dengan demikian ahli Tasawuf berkeyakinan bahwa hukum-hakam serta peraturan- peraturan dalam ilmu Syariah dapat dilaksanakan dengan sebaik-baik perlaksanaan melalui jalan Tariqah.

PENGGUNAAN KATA “TARIQAH” DALAM AL-QURAN

Di dalam Al-Quranul Karim, perkataan Tariqah digunakan sebanyak 9 kali di dalam 5 surah. Pengertian tariqah di dalam Al-Quran mempunyai beberapa pengertian. Antaranya ialah:-

  1. Surah An-Nisa’ : 168

‘Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kezaliman, Allah sekali-kali tidak akan mengampuni (dosa) mereka dan tidak (pula) akan menunjukkan jalan kepadamereka.’

  1. Surah An-Nisa’ : 169

‘Melainkan jalan ke Neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.’

  1. Surah Thoha : 63

‘Mereka berkata : Sesungguhnya dua orang ini adalah benar- benar ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kamu yang utama.’

  1. Surah Thoha : 77

‘Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: Pergilah kamu dengan hambaKu (Bani Israil) di malam hari, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu, kamu tidak usah khuatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam).’

  1. Surah Thoha : 104

‘Kami lebih mengetahui apa yang mereka katakan ketika berkata orang yang paling lurus jalannya di antara mereka: Kamu tidak berdiam (di dunia) melainkan hanyalah sehari sahaja.’

  1. Surah Al-Ahqaf : 30

‘Mereka berkata : Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al-Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab – kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.’

  1. Surah Al-Mukminin : 17

‘Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan (tujuh buah langit) dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami).’

  1. Surah Al-Jinn : 11

‘Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang soleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeza-beza.’

  1. Surah Al-Jinn : 16

‘Dan bahawasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak).’ Jika diperhatikan 3 bentuk kekata tharaqa digunakan di dalam Al-Quran.

Bentuk tersebut adalah:

1) Thariq – Jalan yang ditetapkan atau jalan yang dilalui oleh manusia

2) Thariqah – Keutamaan atau kebenaran

3) Tharaiq – Berbentuk jamak dari perkataan thariq dan thariqah. Mempunyai dua makna iaitu :

Jalan yang nampak dan Aliran atau keadaan

ASAL USUL TARIQAH

Nabi Muhammad saw sebagai guru pertama umat Islam telah membuka jalan (tariqah) yang pertama dan telah menyem- purnakan tablighnya (penyampaiannya). Maka dengan ini tariqah kaum muslimin keseluruhannya berpokok pangkal dari tariqah Nabi Muhammad saw. Segala amal ibadah yang kita lakukan atau tariqah yang kita amalkan adalah petunjuk yang kita terima dari guru-guru kita. Mereka sebelumnya menerima dari para ulama. Para ulama sebelumnya menerima dari para Tabi’ Tabi’in. Mereka pula telah menerima dari para tabi’in yang telah menerima dari sahabat yang langsung menerima dari Rasulullah saw. Rasulullah saw telah menerima segala ajaran pula dari Jibril as dan Jibril pula menerimanya dari Allah swt.

Pelaksanaan sunnah Nabi Muhammad saw yang terkandung dalam Ilmu Fiqeh harus dilaksanakan melalui tariqah. Tidak mencukupi hanya dari keterangan hadis–hadis Nabi Muhammad saw sahaja tanpa ada sahabat yang melihat cara perlaksanaan Nabi saw dalam sesuatu ibadah. Kemudian mereka pula menceritakan kembali caranya kepada murid-muridnya iaitu para tabi’in dan seterusnya. Apabila seseorang mempelajari ilmu Fiqeh sebenarnya ia sudah melakukan satu tariqah.

Apabila seorang guru mengajarkan ilmu sembahyang misalnya, ia pasti mengajar, membimbing dan menunjukkan cara pelaksanaan yang betul, dengan niat yang sah, segala rukun sembahyang sehingga dapat sembahyang itu akhirnya dilaksanakan dengan sempurna. Semua bimbingan gurunya itu

dinamakan tariqah. Maka apabila perlaksanaan ibadah itu meninggalkan kesan pada jiwanya dan dikerjakan secara maksimal, maka ia akan menjadi Haqiqah, sedangkan hasilnya, sebagai tujuan terakhir daripada semua perlaksanaan ibadah itu ialah mengenal Tuhan sebaik-baiknya, atau dalam istilah Tasawuf disebut mencapai Makrifatullah.

Syariah dan Tariqah adalah tidak lain daripada mewujudkan perlaksanaan ibadah dan amal, sedangkan Haqiqah itu memperlihatkan ahwal dan rahsia tujuannya.

Dalam Ilmu Tasawuf penjelasan ini disebut: Syariah itu merupakan peraturan. Tariqah itu merupakan perlaksanaan. Haqiqah itu merupakan keadaan dan Makrifah itu adalah tujuan yang terakhir iaitu mengenal Allah swt.

Imam As-Syeikh An-Naqsyabandi mengatakan:

“Syariah itu segala apa yang diwajibkan, dan Haqiqah itu segala apa yang diketahui. Syariah itu tidak boleh terlepas dari Haqiqah dan Haqiqah pula itu tidak boleh terlepas dari Syariah.”

Imam Malik pula berkata:

“Barangsiapa mempelajari Fiqeh sahaja dengan tidak mempelajari Tasawuf, maka ia fasik. Barangsiapa mempelajari Tasawuf sahaja dengan tidak mengenal Fiqeh, maka dia itu zindiq. Barangsiapa

mempelajari serta mengamalkan kedua-duanya itu, maka dia itulah Mutahaqqiq, iaitu ahli Haqiqah yang sebenarnya.”

PANDANGAN PARA ULAMA MENGENAI TARIQAH

Syekh Ahmad Khatib bin Abdul Latiff di dalam kitabnya Al-Ayatul Baiyinat :

“Jalan kepada Allah dengan mengamalkan ilmu Tauhid, Fiqh dan Tasawuf”.

Tuan Hj Abdullah Ujong Rimba di dalam kitabnya Ilmu Thariqat dan Hakikat:

“Cara atau kaifiat mengerjakan sesuatu amalan untuk mencapai sesuatu tujuan’.

Dr Ahmad Tafsir di dalam artikelnya bertajuk Tarekat dan Hubungannya Dengan Tasawuf mengatakan :

“Sufi-sufi besar seperti Al-Junaid, Al-Qusyairi, dan Al-Ghazali telah merintis jalan-jalan yang berisi kaedah-kaedah dalam usaha mereka masing-masing mendekatkan diri kepada Allah s.w.t. Kaedah-kaedah itu…disebut maqamat, yang jumlah dan urutannya berbeda antara sufi yang satu dengan sufi yang lain. Jalan itu sendiri oleh kaum sufi di sebut Tariqah.”

SEJARAH TARIQAH

Islam merupakan agama lengkap yang menjangkau segala aspek hidup, sama ada dalam menyediakan keperluan rohani dan jasmani manusia. Tujuan hidup manusia sesuai dengan fungsinya sebagai khalifah Allah swt di muka bumi ini adalah untuk mencurahkan pengabdian yang sepenuhnya kepada Allah swt.

Amanah dan risalah agama tauhid telah berkembang turun temurun sejak Nabi Adam sehingga ke junjungan kita Nabi Muhammad saw. Rasulullah saw telah mempamerkan qudwa yang baik menerusi ibadahnya, musyahadahnya, muraqabahnya dan segala tindak tanduknya. Ini jelas dapat dilihat dalam sejarah kehidupan Nabi Muhammad saw apabila diteliti. Rasulullah saw telah membawa Islam ke suatu tahap yang sempurna dan menerapkan ajaran dasar iaitu tauhid ke dalam setiap manusia yang mengesakan Allah swt. Diikuti pula dengan perlaksanaan penghambaan melalui peraturan-peraturan agama dan syariat yang tercangkup dalam rukun Islam. Melalui contoh hidup beliau, Rasulullah saw menjadi petunjuk terbaik dalam perlaksanaan ajaran-ajaran tuhan yang diwahyukan itu.

Contoh kezuhudan Rasulullah saw adalah satu tarikan pula buat sebahagian besar para sahabat terutama Sayyidina Abu Bakar ra, Sayyidina Omar ra, Sayyidina Uthman ra, Sayyidina Ali ra, Abu Zar Al-Ghiffari ra, Abu Hurairah ra dan ramai lagi untuk mengikuti. Para sahabat dan mereka yang mengikut ajaran Rasulullah saw telah memperjuangkan Islam secara zahir dan batin. Semasa pemerintahan Khulafa’ Ar-Rashidin, Islam telah tersebar luas sehingga ke Mesir, Palestine, Syria, Iraq, Parsi, Byzantium dan juga ke setiap pelusuk negara yang lain. Setelah berlalu zaman Khulafa’ Ar-Rashidin dan kerajaan Bani Umaiyyah, hampir semua para Khalifah yang menduduki takhta telah meninggalkan kezuhudan dan kehidupan sederhana.

Perubahan sosio ekonomik dan politik pada zaman pemerintahan Bani Umaiyyah adalah titik tolak pelancaran suatu aliran zuhud dan mengutamakan pembinaan rohani dalam Islam. Sebenarnya aliran itu, tidak berniat untuk mengemukakan sesuatu yang baru atau di luar lingkungan agama Islam. Mereka sebenarnya rasa terharu dengan perpecahan umat yang berlaku ketika itu dan merindukan suasana kehidupan yang murni seperti di zaman Rasulullah saw.

Maka pada kebelakangan era pemerintahan Bani Umaiyyah, para zuhud tampil kehadapan terutama di Basrah dan Kufah. Disanalah Hassan Al-Basri dikenali sebagai penggerak Sufi yang terulung. Masa pemerintahan Abasiyyah pula bangkitlah golongan-golongan Sufi yang menggerakkan konsep-konsep

kerohanian. Pada zaman inilah sempadan Sufi mula melebar dari perlakuan zuhud ke peringkat ma’rifat ke lebih dalam. Ahli sejarah menetapkan Sheikh Ma’ruf Al-Karkhi sebagai ulama Sufi yang mengemukan aliran ini. Konsep Sufi ini diteruskan oleh mereka seperti Abu Sulaiman Ad-Darani dan Zunnun Al-Masri dan yang lainnya. Kemunculan Imam Al-Ghazali pula menguatkan dan mendokong usaha pemikir-pemikir Sufi. Beliau bertang- gungjawab menerapkan ilmu Tasauf dalam pemikiran dasar ilmu Tafsir dan seterusnya menguatkan pengamalannya dalam Tariqah. Tren yang berdasar luas dalam pergerakkan Tariqah di masa pemerintahan Bani Abassiyah telah menarik ramai pengikut yang mempunyai latar belakang yang berbeza. Kemudian perkembangan Tariqah begitu cepat sekali. Di masa Al-Ghazali, Tariqah mencapai ekspresi yang lebih sistematik sebagai alat penyampaian Sufi. Dua faktor bertanggungjawab mempelopori fenomena itu adalah Sheikh Tariqah dan para pengikutnya sehinggalah Tariqah itu tersebar luas dan diamalkan di setiap pelusuk bumi sehingga ke hari ini.

TUJUAN DAN POKOK TARIQAH

Tariqah sebagai organisasi para salik dan sufi, pada dasarnya memiliki tujuan yang satu, iaitu Taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah swt. Akan tetapi sebagai organisasi, para salik yang kebanyakan diikuti masyarakat awam merupakan para Mubtadi’in, maka dalam tariqah terdapat tujuan-tujuan yang lain yang diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan pertama dan utama tersebut. Sehingga secara garis besar, dalam Tariqah terdapat tiga tujuan yang masing-masing melahirkan tatacara dan jenis-jenis amalan kesufian.

Ketiga tujuan pokok tersebut adalah:

  1. Tazkiyatun Nafs (Penyucian Jiwa)

Ia merupakan satu proses penyucian jiwa yang akan menghasilkan ketenteraman, ketenangan dan rasa dekat dengan Allah swt dengan menyucikan hati dari segala kekotoran dan penyakit hati atau penyakit jiwa. Tujuan ini merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh seorang salik atau ahli tariqah. Bahkan dalam tradisi tariqah, Tazkiyatun Nafs ini dianggap sebagai tujuan pokok. Dengan bersihnya jiwa dari berbagai macam penyakit, akan secara langsung menjadikan seseorang dekat kepada Allah swt. Zikrullah (Mengingati Dan Menyebut Allah)

Adapun jalan atau cara menjalani proses Tazkiyatun Nafs ini adalah dengan Zikrullah (mengingat Allah). Zikrullah merupakan amalan khas yang mesti ada dalam setiap Tariqah.

Yang dimaksudkan dengan Zikir dalam sesuatu tariqah adalah mengingati Allah swt dan menyebut nama Allah swt, baik secara Jahar (lisan) atau secara Sirr (rahsia). Di dalam Tariqah, zikrullah diyakini sebagai cara yang paling efektif untuk membersihkan jiwa dari segala macam kekotoran dan penyakit-penyakitnya sehingga hampir semua tariqah menggunakan cara ini.

Selain zikrullah, Tazkiyatun Nafs ini juga diperolehi dengan:

О Mengamalkan Syariat

О Melaksanakan amalan-amalan sunnah

О Berperilaku zuhud dan wara’

  1. Taqarrub (Mendekatkan Diri Kepada Allah swt)

Taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah swt merupakan antara tujuan utama para sufi dan ahli tariqah. Ini diupayakan dengan beberapa cara yang tersendiri. Cara-cara tersebut dilaksanakan di samping perlaksanaan dan upaya mengingat Allah (zikir) secara terus-menerus, sehingga sampai tidak sedetik pun seorang salik itu lupa kepada Allah swt.

Antara cara yang biasanya dilakukan oleh para pengikut tariqah untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan lebih berkesanialah :

Tawassul & Wasilah

Tawassul dan Wasilah dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah yang biasa dilakukan di dalam tariqah adalah suatu cara (wasilah) agar pendekatan diri kepada Allah swt dapat dilakukan dengan mudah dan ringan. Di antara bentuk- bentuk Tawassul yang biasa dilakukan adalah meng- hadiahkan bacaan Al-Fatihah kepada Syeikh yang memiliki silsilah tariqah yang diikutinya sejak Nabi Muhammad saw sampai kepada mursyid yang mengajar zikir kepadanya.

Muraqabah (Pengawasan)

Muraqabah ialah duduk bertafakkur atau mengheningkan perbuatan dengan penuh kesungguhan hati, dengan seolah- olah berhadapan dengan Allah swt. Meyakinkan diri bahawa Allah swt senantiasa mengawasi dan memerhatikannya. Sehingga dengan latihan Muraqabah ini, seorang salik akan memiliki nilai Ihsan yang baik, dan akan dapat merasakan kehadiran Allah swt di mana sahaja dan pada setiap masa.

Khalwat & Uzlah (Mengasingkan Diri)

Khalwat atau uzlah adalah mengasingkan diri dari hiruk pikuk urusan duniawi. Sebahagian tariqah tidak mengajarkan Khalwat ini dalam keadaan fizikal, kerana mengikut golongan ini khalwat cukup dilakukan menerusi kehadiran hati (Khalwat Qalb). Sedangkan sebahagian tariqah yang lain, mengajarkan Khalwat atau Uzlah secara fizikal, sebagai pengajaran untuk membawa penuntutnya dapat melakukan Khalwat Qalb. Ajaran tentang khalwat ini dilaksanakan dengan mengambil iktibar dari amalan Rasulullah saw pada menjelang masa pengangkatan kenabiannya. Dalam perlaksanaan Khalwat ini diisi dengan berbagai Mujahadah demi mendekatkan diri kepada Allah swt. Dalam tradisi sebahagian tariqah di rantau Nusantara ini, Khalwat ini lebih dikenali dengan Suluk.

  1. Tujuan-Tujuan Lain

Tariqah sebagai kumpulan yang menghimpunkan para calon sufi atau Salik, yang kebanyakannya terdiri dari masyarakat awam dan kedudukan mereka itu berperingkat Mubtadi’in (permulaan), maka dalam tariqah terdapat amalan-amalan yang menyesuaikan kepada keadaan masyarakat awam.

Amalan-amalan tersebut bertujuan mengharapkan sesuatu imbalan ataupun pertolongan dalam melaksanakan tujuan pengamalan tersebut. Kadang kalanya amalan-amalan inilah yang biasanya memenuhi masa ruang para Salik.

Di antara amalan-amalan tersebut ialah :

Wirid

Wirid adalah suatu amalan yang harus dilaksanakan secara istiqamah (berterusan), pada waktu-waktu yang khusus seperti setiap selesai mengerjakan sembahyang atau pada waktu-waktu tertentu yang lain. Wirid ini biasanya berupa potongan-potongan ayat, selawat atau pun nama-nama Allah. Perbezaannya dengan zikir adalah kalau zikir itu diijazahkan oleh seorang Mursyid dalam proses Bai’ah atau Talqin atau Hirqah. Sedangkan wirid tidak semestinya harus diijazahkan oleh seorang Mursyid dan tidak diberikan dalam suatu proses perjanjian (bai’ah). Sedangkan dari sudut tujuan juga memiliki perbezaan antara keduanya. Zikir hanya dilakukan satu-satunya untuk mendekatkan diri kepada Allah swt, sedangkan wirid biasa dikerjakan untuk kepentingan- kepentingan tertentu yang lain, umpama memohon keberkahan rezeki, pertolongan dan sebagainya.

Ratib

Ratib adalah amalan yang harus diwiridkan oleh para pengamalnya. Tetapi Ratib ini merupakan kumpulan dari beberapa potongan ayat atau surah-surah pendek yang digabungkan dengan bacaan-bacaan lain seperti Istighfar, Tasbih, Selawat, Asmaul Husna, Kalimah Thayyibah dalam suatu jumlah yang telah ditentukan dalam pengamalan yang khusus.

Ratib ini biasanya disusun oleh seorang mursyid besar dan diberikan secara ijazah kepada para muridnya. Ratib ini juga biasa diamalkan oleh seorang dengan tujuan untuk meningkatkan kekuatan rohani dan merupakan wasilah (perantaraan) dalam doa untuk kepentingan hajat-hajat yang khusus.

Hizib

Hizib pula adalah suatu doa yang panjang, dengan susunan perkataan dan bahasa yang indah disusun oleh seorang sufi besar. Hizib ini biasanya merupakan doa pelindung bagi seorang sufi yang juga diberikan kepada muridnya secara ijazah. Hizib diyakini oleh kebanyakan masyarakat Islam sebagai amalan yang dimiliki daya yang sangat besar terutama jika diperhadapkan dengan ilmu-ilmu ghaib dan kesaktian.