ANTARA NAFSU SYAHWAT DAN TABARRUJNYA KAUM WANITA

SURGA BIDADARI

A. Pengertian Syahwat

Syahwat adalah keinginan merasakan sesuatu yang bergelora dalam hati(seperti ingin makan,cwanita,canak, kendaraan dan lain sebagainya)

QOLALLOHU:ZUYYINA LINNASI HUBBUSYAHAWATI MINANNISA’I WALBANINA WALQONATIRILMUQONTOROTI MINAZDAHABI WAL FIZDZDOTI al ayat

Firman Alloh :

Manusia di hiasi dengan syahwat(ketertarikan) pada wanita, anak, perhiasan, kendaraan yang bagus, hewan peliharaan dan lain sebagainya

Maka syahwat di bagi menjadi 2 :
1- Syhawat insaniah(yang di kendalikan oleh akal)
2- Syahwat hayawaniah (yang tidak di kendalikn oleh akal)

Syahwat insaniyah yang di kendalikan oleh akal akan selalu condong pada hal hal yang positif, sedangkan hal hal yang positif akan menyalurkan syahwat pada hal yang di halalkan.
Syahwat hayawaniyah yang di kendalikan nafsu akan selalu condong pada hal hal yang negatif, sedangkan hal hal yang negatif akan menyalurkan syahwatnya pada hal hal yang di haramkan.

Walaupun berbentuk manusia tetapi ketika syahwatnya di kendalikan oleh nafsu maka itu tergolong syahwat hayawaniah
Sedangkan syahwat itu kalau terjadi pada wanita maka hatinya berdebar debar, nafasnya tersengal sengal dan mendesah dan bila di alami laki laki maka menegangnya kemaluan. Hal ini sebagaimana di terangkan dalam kitab Al Bajuri juz 1 bab Nawaqid

Menurut bahasa, bahwa Kalimat syahwat berasal dari bahasa Arab
syahiya-syaha yasyha – syahwatan, yang secara lughowi berarti menyukai dan menyenangi. Sedangkan pengertian syahwat adalah kecenderungan jiwa terhadap apa yang dikehendakinya.

Syahwat juga bisa berarti keinginan, dan keinginan itu berjuta macam dan warnanya, tinggal bagaimana kita sebagai manusia memanfaatkan syahwat tersebut demi kebaikan atau keburukan

Syahwat itu juga menyangkut kesemuanya, namun syahwat tidak harus di konotasikan dengan hubungan seks tapi sebuah keinginan atau kecenderungan terhadap sesuatu yang di idamkannya atau menarik hatinya hingga dia akan berusaha menggapainya, jika kita tak mampu mensiasatinya, maka syahwat ini akan mengarah kepada perbuatan negatif atau kebanyakan org menyebutnya dengan hawa nafsu atau nafsu birahi.

Nafsu itu sendiri adalah sesuatu yang mendorong manusia untuk melakukan sesuatu,contohnya : Ikan bakar itu membangkitkan nafsu makan, jadi bukan nafsu syahwat yang bangkit, perbedaanya adalah kalau syahwat itu mengendalikan tingkah laku manusia, sedangkan nafsu mendorong untuk berbuat sesuatu.

Kemudian, jika dihubungkan dengan surah Ali Imron…hubbus syahawati… maka syahwat dihubungkan dengan cinta (hubb).

Menurut Imam Isfahani, Syahwat adalah dorongan dalam diri manusia yang ingin segera di penuhi, dan al Qur’an menempatkan nisa’ (perempuan) sebagai dorongan yang nomor satu, baru kemudian dunia (harta).

Jadi, sebagai dorongan alamiah manusia, maka syahwat ini harus kita syukuri, malah kalau dorongan ini tidak ada atau turun maka justru ANDA PERLU KHAWATIR

Yang kedua adalah nafsu

Nafsu itu berasal dari kata nafs. Ada banyak arti dari kata ini, tetapi secara etimologi harfiahnya adalah “kemampuan melakukan sesuatu”. Nafsu itu berarti juga diperlukan dalam amaliah, cuma perbedaanya, kalau nafsu tidak menuntut waktu secepatnya untuk dipenuhi seperti syahwat.

Tetapi benarkah nafsu merupakan sebab dari syahwat? atau dengan kata lain, bahwa syahwat berawal dari nafsu?

Nafsu dan syahwat keduanya saling mempengaruhi, jadi, ada semacam gaya tarik menarik, yaitu syahwat tanpa di dorong oleh nafsu, maka dia tak berarti apa apa, begitu juga nafsu jika tidak di bendung dengan pengendalian syahwat dia akan semakin brutal, karena syahwat menyangkut akal pikiran dan hati nurani, sedangkan nafsu berada di antara keduanya.

B. Pengertian Tabarruj

Tabarruj merupakan bentuk masdar qiyasi dari kata kerja tabarroja (tabarroja – yatabarroju – tabarrujan), dengan wazan: tafa’-‘ala – yatafa’-‘alu – tafa’-’ulan …. Jadi, Tabarroja merupakan fi’l tsulatsi mazid dengan penambahan dua huruf, asalnya adalah “ba-ro-ja“.

Dalam Lisanul ‘Arob, Ibnu Madzur mengatakan:

“Setiap sesuatu yang tampak jelas dan menonjol, maka ia (berpredikat) “baroja“, itulah mengapa istana istana disebut dengan buruujun, karena kemenonjolannya, kejelasannya, dan ketinggiannya”.

Kemudian, baroja itu di depannya ditambahi huruf ta’ setelah itu ‘ain fi’lnya ditasydid, sehingga berubah menjadi tabarroja. Dalam kitab Al Jadwal fii I’robil Qur’an wa Shorfihi dikatakan bahwa tabarroja adalah at takallufu fii idzhaari maa yukhfaa, yakni : Memaksakan diri atau mengerahkan kemampuan untuk menampakkan sesuatu yang tersembunyi, sebab, wazan tafa’-‘ala menunjukkan makna at Takalluf (pemaksaan diri).

Berkata Al Fairuz Abadi dalam Al Muhith : “Tabarrojat : adzharot zinataha lirrijal” Tabarrojat adalah menampakkan perhiasannya kepada kaum lelaki”.

Sedangkan Ar Roghib berkata dalam Al Mufrodat :

“Al Buruj adalah istana istana (al Qushur), bentuk tunggalnya burjun.

Kemudian dikatakan, bahwa tabarrojatil mar’atu, ay: tasyabbahat bihi fii idzhaaril mahaasiin, artinya tabarrojatil mar’atu adalah seorang wanita yang menyerupakan diri dengan istana dalam hal menampakkan berbagai keindahan”.

Kemudian, tabarruj adalah kata benda bentukan (masdar) dari tabarroja. Jika tabarrojat berarti menunjukkan perhiasan atau keindahan, maka at Tabarruj adalah nama dari aktivitas pertunjukkan perhiasan atau keindahan itu sendiri.

Berkata Al Jauhariy dalam Ash Shihah: “at Tabarruj : idzhaarul mar’ati ziinatahaa wa mahaasinahaa lir-rijaal”, yang artinya: Tabarruj adalah pertunjukkan perhiasan dan berbagai keindahan wanita kepada kaum lelaki”.

Dalam Lisanul Arob dikutip perkataan bahwa: “at Tabarruju : idzhaaruz ziinati wa maa yustad’a bihi syahwatur rijali”, artinya: Tabarruj adalah pertunjukan perhiasan dan apa saja yang dengannya syahwat kaum lelaki tertarik”.

Kesimpulannya adalah :
Tabarruj secara bahasa adalah: Pertunjukkan keindahan yang dilakukan oleh kaum wanita yang mana pertunjukkan itu dapat menarik perhatian kaum lelaki dari aspek syahwat. Maka, ketika wanita berpenampilan sedemikian rupa, baik dengan riasan, dengan pakaian ataupun dengan perhiasan, sehingga dia menarik perhatian dan syahwat kaum laki-laki, maka itu dinamakan tabarruj menurut pengertian bahasa, dan makna inilah yang juga dikehendaki oleh nash nash syara’.

Ibnu Jarir Ath Thobari mengutip penafsiran kata tabarruj dalam surat Al Ahzab ayat 33, “ wa qiila: innat tabarruja huwa idzhaaruz ziinati, wa ibroozul mar’ati mahaasinahaa lir-rijaali”,: Dan dikatakan sesungguhnya tabarruj adalah menampakkan perhiasan, dan pertunjukan keindahan wanita dihadapan kaum lelaki”.

Wallohu a’lam