PERAN GENERASI MUDA DALAM MENERUSKAN RISALAH NABI AGUNG MUHAMMAD SAW.
Pemuda dalam gejolak pencarian jatidirinya tentu tidak dapat lepas dari kenyataan hidup di sekelilingnya. Dengan segenap potensi yang dimilikinya dan peran yang harus dimainkannya dalam konteks kehidupan sosial terutama di era modern dan dunia global, pemuda – yang notabene – sosok yang enerjik (penuh semangat) dan idealis dituntut untuk selalu membekali diri dengan kecerdasan spiritual, intelektual dan menguasai ilmu pengetahuan. Sehingga ia mampu menjadi penggerak dinamika sosial yang maju dan dapat mendgikuti perkembangan dunia global yang semakin kompleks dan rumit. Harapan terbesar kepada pemuda, mereka mampu mencerdaskan kehidupan sosial
bahkan mampu menjadi sosok pimpinan di garda terdepan dan agen dalam perubahan sosial (agent of social change).
Dalam al-Qur`an dapat ditemukan bahwa perubahan sosial selalu digagas oleh pemuda. Pemuda senantiasa berada digarda terdepan dalam menghadapi kedzaliman, ketidakadilan serta kedurhakaan kepada Allah,. Hal ini dapat kita baca dalam surat al-Anbiya` 60.[1]. Dalam ayat yang lain dalam surat al-kahfi ayat 13-15[2].Dalam 2 surat al-Qur`an
tersebut, pemuda diredaksikan istilah ‘fata‘ (dalam bentuk tunggal) dan ‘fityatun‘(bentuk jama`). Dengan demikian menjadi terang benderang bahwa al-Qur`an menyorot peran pemuda dalam dinamika sosial dan dapat dipastikan bahwa pemuda merupakan pelaku sejarah perubahan dari masa ke masa.
Tentunya perubahan yang diinginkan adalah perubahan-perubahan yang membawa kesejahteraan manusia, menjunjung tinggi keadilan, kemanusiaan,etika serta mengarahkanway of life dan life style manusia- terutama di era modern– kepada suatu falsafah dan prinsip hidup yang diperjuangkan Nabi Muhammad Saw. Oleh karenanya dipandang perlu adanya perhatian khusus untuk menggerakkan pemuda di era modern untuk dapat melanjutkan risalah Muhammad Saw yang universal, komprehensip, berkeadilan dalam keseimbangan, elegan beradab dan bermartabat. Risalah ini dapat menjadikan dinamika sosial yang tercerahkan dan bisa maju dalam segala aspek kehidupan. Pencerahan dan pencerdasan masyarakat dapat tercapai, jika agent perubahannya adalah pemuda yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan mampu mengadakan perubahan-perubahan sosial kepada yang lebih baik dan futuristik (menjanjikan masa depan yang lebih cerah).
Risalah Muhammad Saw adalah perjuangan nabi Muhammad Saw menegakkan agama Allah sesuai dengan fitrah manusia, rasional, dinamis dan elastis. Ketika ditelisik lebih mendalam risalah Muhammad Saw mempunyai karakteristik sbb;
Risalah Alamiyah (misi berbasis global)
Dalam konteks ini, misi nabi Muhammad Saw sifatnya global tanpa ada batasan ruang dan waktu. Misi nabi Muhammad Saw mendunia dan untuk setiap generasi sampai dunia berakhir. Esensi misi Muhammad Saw adalah rahmatan lilalamin dengan lebih mengedapankan moralitas dan spritualitas dengan tanpa mengabaikan aspek jasmaniah dan duniawiyah. Dalam konteks ini pemuda harus dapat berdinamisasi, responsibel dan mampu memecahkan masalah global dan dunia modern dengan solusi-solusi yang sesuai dengan konsep dan spirit risalah Muhammad Saw. Sehingga jargon ‘Islam adalah solusi’ dapat dirasakan manusia modern dalam menjalani hidup yang semakin kompleks.
Risalah Syumuliyah (misi komprehensip dan universal)
Misi nabi Muhammad Saw menyentuh semua dimensi kehidupan manusia secara universal dan dalam semua aspek kehidupan; idiologi, politik, ekonomi, seni,budaya,tata kelola pemerintahan serta pertahanan dan keamanan. Dalam risalah Muhammad Saw tidak pernah menjustifkasi sekularisme yang punya prinsip bahwa agama harus dipisahkan dari zona kehidupan, wilayah agama tersentral kepada privat dan ritual keagamaan, dalam arti yang lebih tegas agama tidak masuk wilayah publik dan pemerintahan. Sekularisme mengharamkan agama ikut campur masalah-masalah yang terkait dengan negara dan pemerintahan. Pemahaman seperti diusung oleh intelektual muda liberalis yang –nota bene– pengetahuan dan pemahamannya terhadap Islam tidak holistik dan komperehensip. Secara logika sehat, adalah imposible ketika dikatakan Islam merupakan agama yang mendunia, komperehensip dan universal serta rahmatan lilalamin kemudian difahami Islam tidak mengatur semua aspek kehidupan termasuk politik dan pemerintahan. Oleh karena itu pemahaman risalah Muhammad Saw sebagai Risalah Syumuliyah harus ditanamkan betul dalam pikiran kaum muda untuk selanjutnya dipopulerkan mereka dikalangan masyarakat terutama kalangan elit politik dan pemerintahan yang minim pemahaman agama Islam.
Risalah waqiiyyah (misi berdialektika dengan realitas)
Risalah Muhammad Saw bukanlah hanya misi yang konsep-konsepnya melangit (di alam idealisme rasionalis), akan tetapi dapat berdinamisasi dan berinteraksi langsung dengan realitas yang terjadi ditengah-tengah masyarakat, Islam bukan hanya dibahas di forum-forum ilmiyah dan seminar-seminar akan tetapi Islam lebih kepada agama yang implementatip – praktis. Hal ini karena Islam mampu memecahkan masalah-masalah aktual yang sedang terjadi dimasyarakat. Pleksibelitas Islam yang terformulasikan dalam konsepqiyas (analogi hukum), al-Adah (kearifan tradisi lokal), maslahah mursalah (kemaslahatan dan kesejahteraan) dan lainnya dapat mengantarkan kepada kepiawaian Islam untuk berdialektika dengan varian realitas masyarakat. Dalam prinsip hukum Islam dikatakan ” al-Islam shalihun likulli zamanin wa makanin” (Islam layak untuk semua ruang dan waktu), “taghayyurul ahkam bitakhayyuril amkinah wal azman”(Hukum dapat berubah sesuai dengan perubahan struktur dan fenomena masyarakat dan perubahan zaman)
Dalam konteks dunia global seperti sekarang sudah saatnya umat Islam – terutama kaum pemuda – bangkit kembali untuk berkonstribusi kepada peradaban dunia dan kemanusiaan. Peradaban dunia global sekarang (peradaban Barat) – dengan makna yang sebenarnya- telah gagal mengantarkan manusia kepada kehidupan yang sejahtera yang abadi dan hakiki. Karena istilah `kemajuan’ dalam kamus peradaban Barat hanya terfokus kepada kemajuan fisik, jasmaniyah dan bidang material. Sehingga kesengsaraan spiritual adalah penyakit kronis yang menyerang tubuh mayoritas masyarakat global dan masyarakat modern. Pada hal manusia bukan hanya sosok yang punya fisik atau jasmani saja, akan tetapi ia merupakan totalitas dari jasmani dan rohani, hidup dalam dunia material dan dunia spiritual.
Dalam konteks ini Dr. Yusuf Qardhawi dalam bukunya “Al-islam hadharatul ghad “ (Islam Peradaban Masa Depan) menegaskan setiap peradaban mempunyai jasmani dan roh layaknya manusia yang punya badan dan roh. Jasmani peradaban terlihat dari prestasi peradaban dalam bidang material, sarana prasana, pembangunan fisik berupa gedung-gedung, pabrik, perusahaan serta alat-alat tehnologi. Sedangkan roh peradaban terlihat dari idiologi (falsafah hidup), pemikiran, nilai –nilai kehidupan, moral, pandangan terhadap agama dan kehidupan, pandangan terhadap manusia dan alam semesta dan pandangan terhadap tatanan sosial baik dalam kehidupan individual ataupun sosial. Realitas kehidupan masyarakat global sekarang- termasuk indonesia– berkiblat kepada peradaban Barat yang hanya fokus dalam kemajuan material dan fisik semata sedangkan aspek rohani dan spritual terlupakan dan terabaikan. Peradaban fisik -material tidak mampu membawa masyarakat global kepada kemajuan yang diharapkan, bahkan justru `kesengsaraan rohani’ menjadi trend dari masyarakat sekarang. Yusuf Qardhawi mengibaratkan peradaban Barat yang menghegemoni dunia global ini bagaikan badan yang tidak mempunyai roh. Atau dalam bahasanya dalam agak ekstrem “peradaban modern berbadan gajah tapi berjiwa tikus”.
Kondisi global yang memprihatinkan ini , menuntut pemuda muslim harus dapat mencarikan solusi alternatif terhadap krisis global dalam line-line kehidupan, terutama krisis idiologi, krisis moral, krisis keteladanan, krisis pemikiran dsb. Menurut hemat penulis ada 2 langkah strategis – dalam konteks melanjutkan risalah Muhammad Saw– yang harus dilakukan pemuda muslim sehingga dapat memainkan perannya ;
1) Dalam konteks dunia global
Terdapat beberapa hal yang harus dilakukan pemuda dalam konteks ini;
a- Mengikuti perkembangan global secara terbuka dan kritis
b- Berijtihad untuk dapat berkontribusi secara aktif dalam percaturan kehidupan global dan dapat mengetengahkan peradaban yang bermoral dan bermartabat sesuai prinsip –prinsip dasar risalah Muhammad Saw..
c- Mempunyai Idealisme dalam skala global tetapi realistis dengan kenyataan hidup yang terjadi dilingkungannya, dengan disertai aksi dalam konteks local.
d- Dapat berinovasi dalam kehidupan global dalam segala aspek kehidupannya
2) Dalam konteks local
Walaupun dalam skala global pemuda harus mempunyai idealisme untuk ikut mencerahkan masyarakat global, tidak kalah pentingnya pemuda harus beraksi dalam konteks local untuk membangun masyarakat di sekitarnya, diantara aksi yang hendaknya dilakukan adalah sbb;
a- Memberikan social inlightmen (pencerahan masyarakat) agar mereka kembali kepada al-Qur`an dalam segala tindakan nyata. Karena sesungguhnya al-Qur`an merupakan roh kehidupan manusia dalam segala situasi dan kondisi.
b- Penyadaran terhadap al-Qur`an akan pentingnya pendidikan dan ilmu pengetahuan.
c- Memberdayakan masyarakat dalam segala dimensi kehidupan.
d- Memberikan pembinaan dan penyuluhan agama secara konsisten dan kontinuitas.
Akhirnya dapat diambil suatu tesis bahwa pemuda merupakan elemen yang banyak berperan dalam tatanan sosial dalam perjalanan kehidupan manusia mulai dulu sampai sekarang.
Motto berbahasa Arab menegaskan
” شبان اليوم رجال الغد”
“ Pemuda masa kini adalah harapan masa depan”
. Penyair Arab menggambarkan dalam puisinya;
إن في أيديكم أمر الأمة*وفي أقدامكم حياة الأمة
“ Sungguh ditangan kalian (pemuda) urusan umat (dinamika masyarakat) dan dan di kaki kalian kebangkitan dan kemajuan masyarakat”. .
Modal yang harus dimiliki pemuda agar dapat memainkan perannya dalam berkontribusi didunia modern adalah;
a . Memiliki keimanan dan idiologi Islami yang kuat dan teguh.
Keimanan dan ketakwaan (IMTAK) merupakan modal asasi dan fundamental dalam membentuk falsafah hidup dan pandangan hidup seseorang yang akhirnya akan membentuk ”caracter building”(bangunan karakter/tabi`at) seseorang serta dapat terekspresi dalam bentuk tindakan dan prilaku. Dasar logika ini akan mengantarkan kepada suatu pemahaman yang sederhana bahwa idiologi Islam akan melahirkan prilaku yang islami.
b. Memiliki ilmu pengetahuan (sains) dan kemampuan tehnologi (IPTEK).
Penguasaan sains dan tehnologi adalah keniscayaan yang harus dimiliki pemuda dalam menjalankan tugas kekhalifahan yang telah Allah formulasikan dalam al-Qur`an surat Al-Baqarah ayat 30. Tentunya ilmu pengetahuan dan tehnologi yang dikuasai tidak kontraproduktif dengan nilai-nilai keislaman. Antara IMTAK dan IPTEK terdapat kaitan yangerat dalam membentuk suatu pandangan hidup dan gaya hidup dan milieu seseorang pemuda. Analisa ini didasarkan kepada teori yang menegaskan bahwa suatu ilmu atau metode lahir di dorong oleh tiga faktor ; Pertama, adanya komunitas ilmuan yang memiliki pandangan hidup yang pada tataran konsep mereka memiliki apa yang disebut “lingkungan konseptual” (conceptual environment). Kedua, adanya keterkaitan antara satu konsep dengan konsep yang lain, yang akan membentuk “kerangka konsep keilmuan” (scientific conseptual scheme). Ketiga, Dari keterkaitan konsep itu terjadilah suatu cara pandang (outlook) terhadap sesuatu yang pada gilirannya akan menghasilkan saling hubungan antara satu istilah ataupun kosa kata tehnis (tehnical vocabulary).
c. Memiliki kecakapan, life skill dan kreatifitas.
Pada hakekatnya pendidikan para pemuda menjadi penting untuk diperhatikan secara serius oleh semua pihak terkait, sehingga dalam merumuskan masa depannya dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan,. Dalam konteks ini, dipandang perlu kita menerapkan konsep pendidikan modern yang telah dipraktekkan dalam sistem pendidikan di Indonesia yaitu konsep broad base curriculum yang dalam pendidikan Indonesia dikenal dengan “kurikulum berbasis kompetensi”. Dengan harapan dapat memberikan life skill (ketrampilan hidup) – yang didasarkan kepada ilmu yang amaliah dan amal yang ilmiah – , sehingga dapat mengantarkan mereka kedalam kelompok khairu an-nâs anfauhum linnâs. .
[1] Nabi Ibrahim – yang diklaim dalam ayat ini sebagai seorang pemuda – telah melakukan perubahan tatanan sosial yang cukup signifikan dan dapat mengangkat harkat dan martabat manusia dari hamba mahluk menjadi hamba tuhan yang sebenarnya. Dalam ayat ini nabi Ibrahim begitu piawai dapat mematahkan argumentasi rezim yang berkuasa dengan bahasa yang diplomatis
[2] peranan pemuda Ash`habul kahfi (penghuni gua) yang tangguh menghadapi segala bentuk kedzaliman penguasa dan rezim diktator dikala itu (raja Digyanus). Mereka pemuda yang tetap tegar,tegas, berpendirian serta memegang nilai idealis, idiologis dan prinsip teologis yang sangat luhur dihadapan raja yang lalim