SHOLAWAT WAHIDIYAH DAN PERTANDINGAN TINJU
- Bagaimanakah hukumnya pertandingan tinju?
- Bagaimanakah hukumnya melihat/nonton pertandingan tinju?
- Mati yang disebabkan main tinju, itu termasuk mati apa?
- Bagaimanakah pandangan Ulama NU tentang Sholawat Wahidiyah?
Jawab:
- Sebenarnya permasalahan tinju sudah pernah kami jawab, bahwa hukum tinju itu adalah haram. Begitu juga halnya pendapat KH Hasyim Asy’ari dalam kitab Tanbihatul Wajibat halaman 9. Namun dalam kitab Ahkamul Fuqoha yang merupakan himpunan keputusan bahtsul masail syuriah NU cabang Kraksaan halaman 26 disebutkan bahwa berdasar keterangan dalam kitab Fatawa al-Kubra juz 3 halaman 272 hukum permainan tinju boleh selama tidak berbahaya dan tidak mengandung mungkarot seperti taruhan, pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan dan tidak termasuk syi’ar orang fasiq. Bila kita mencermati dalil tersebut di atas, kebolehan tinju itu hanya apabila memenuhi syarat kelayakan bertanding dan dengan memenuhi syarat yang telah dipaparkan dalam Kitab Ahkamul Fuqoha tersebut di atas.
Dasar Pengambilan:
فتاوى الكبرىص 272 جزء 3
سُئِلَ رَحِمَهُ عَمَّا يَقَعُ بَيْنَ أَهْلِ مَلِيْبَارِ مِنَ اللَّعْبِ بِنَحْوِ السُّيُوْفِ المُحَدَّدَةِ وَالتَّضَارُبِ بِهَا إِعْتِمَادًا عَلَى حَرَاسَتِهِمْ بِالتَّرَّسِ وَالغَالِبُ السَلاَمَةُ، وَقَدْ يَقَعُ الجَرْحُ وَقَدْ يَقَعُ ا لهَلاَ كُ وَهَلْ هُوَ جَائِزٌ ؟ لأَ نَّ القَصْدَ بِهِ التَّمْرِيْنُ، أَوْ لاَ لِدُخُولِهِ فِي الإِشَارَةِ عَلَى مُسْلِمٍ بِالسِّلاَحِ وَحَمَلَهُ عَلَيْهِ وَعَمَّتْ البَلْوَى بِذَلِكَ ؟ فَأَجَابَ نَفَعَنَا اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى بِعُلُومِهِمْ بِقَولِهِ، نَعَمْ يَجُوزُ ذَلِكَ كَمَا صَرَحَ بِهِ أَصْحَابُنَا حَيْثُ قَالُوا يَجُوزُ إلخ.
“Pengarang kitab Fatawa Kubro ditanya tentang permainan yang terjadi diantara penduduk Malabar semisal pedang yang diasah /ditajamkan dan permainan saling pukul dengan pedang dengan bersandar atas penjagaan mereka dengan menggunakan tameng/perisai, dan umumnya selamat, terkadang terjadi luka-luka dan terkadang kematian dan apakah permaian ini boleh‘ Karena tujuannya melatih, atau tidak boleh, karena permainan ini tergolong memberi isyarat kepada orang Islam menggunakan pedang dan membawanya, sedangkan musibah umumnya terjadi dengan hal tersebut? Maka Mushonnif—semoga Allah memberi kemanfaatan pada kita dengan lantaran ilmu-ilmu mereka … menjawab, “YA” hal tersebut boleh, sebagaimana pendapat yang diserukan oleh ashabus Syafi’i sekiranya mereka mengatakan “boleh” hal tersebut dilakukan.
شرح سلم التوفيق ص 74
وَمِنْهَا اى مِنْ مَعَاصِى اليَدَيْنِ الضَّربٌ بِغَيْرِ حَقٍّ… إِلَى أَنْ قَالَ: فَالَّذِى بِغَيْرِ حَقٍّ هُوَ كَضَرْبِ غَيْرِ ذَلِكَ أَو ضَرْبِ ذَلِكَ فِى الوَجْهِ.
“Dan diantaranya, yaitu kemaksiatan-kemaksiatan kedua tangan adalah memukul tanpa alasan yang benar—sampai pada ucapan pengarang: Pukulan dengan tanpa alasan yang benar adalah pukulan kepada selain isteri yang tidak patuh dan anak umur sepuluh tahun yang meninggalkan salat; atau memukul pada muka isteri yang tidak patuh dan anak umur sepuluh tahun yang meninggalkan salat.
تَنْبِيهَاتُ الوَاجِبَات ص 9
ثُمَّ شَرَعُوا فِى المُنْكَرَاتِ مِثْلُ التَّضَارُبِ وَالتَّدَافُعِ المُسَمَّى عِنْدَهُمْ بِفَنْجَاأَنْ
“Kemudian mereka mengadakan kemungkaran-kemungkaran seperti saling pukul dan saling mendorong yang mereka namakan pencaan”
- Bila pertandingan tinju tersebut tidak memenuhi syarat sebagaimana disebutkan dalam kitab Ahkamul Fuqoha sebagaimana tersebut diatas, maka hukum menontonnya adalah haram.
Dasar Pengambilan:
مرقاة التصديق ص 98
(وَيَحْرُمُ ) مُشَاهَدَةُ المُنْكَر إِذَا يُنْكِرُ
“Dan diharamkan melihat kemungkaran ketika seseorang mengingkarinya”.
- Ketika pertandingan tinju tersebut menyebabkan kematian, maka pasti pertandingan tersebut tidak memenuhi syarat kelaikan melakukan pertandingan, sehingga pertandingan tersebut sudah termasuk pertandingan yang membahayakan yang diharamkan, yang berarti dia meninggal dunia dalam keadaan melakukan kemungkaran.
- Sholawat Wahidiyah adalah sholawat yang oleh Al Maghfur lahu KH. Mahrus Ali Lirboyo Kediri, pada waktu beliau menjabat sebagai Ra’is Syuriyah NU Jawa Timur, dilarang untuk diamalkan oleh warga NU, karena di dalamnya terdapat ketentuan-ketentuan atau ajaran-ajaran yang sama sekali tidak ada dasarnya dalam syari’at agama Islam, antara lain:
- Pada waktu pertama kali sholawat wahidiyah tersebut disebar luaskan oleh pendirinya, yaitu KH. Abdul Majid (almarhum), beliau membuat selebaran tertulis yang menyatakan bahwa barangsiapa yang mengamalkan sholawat wahidiyah selama 40 hari, permintaannya pasti terkabul. Dan jika ternyata tidak terkabul, beliau berani dituntut di dunia dan di akhirat. Dan pada waktu di masjid Bululawang Malang beliau saya taanya tentang dasar dari pernyataan ini, ternyata beliau tidak dapat menjawab dengan jawaban yang benar.
- Setelah beliau wafat, para murid beliau, yaitu orang-orang yang mengamalkan sholawat wahidiyah juga membawa selebaran yang menyatakan bahwa barangsiapa yang mengamalkan sholawat wahidiyah, maka dia akan menjadi ahli ma’rifat. Dan di antara mereka ini pada waktu dialog dengan saya juga tidak dapat memberikan dasar nasnya.