CINTA MUSLIMAH SEJATI
Malam selasa setelah sholat isya, aku terpekur sendiri menyusuri lika liku syaraf otak yang telah lelah oleh banyaknya kerikil kerikil masalah yang tersebar merata dari pagi hari sampai sang surya tenggelam di peraduanya. Kini.. Maghrib sendiri telah berlalu jauh terlewati detikan waktu.
Ku tatap dengan mataku yang indah arah yang biasanya di pagi hari muncul lentera alam, sebuah benda angkasa yang kemunculanya menjadi tanda aktifitas segera akan di mulai sekaligus menandai tanda bergantinya hari dan tanggal. Timur adalah arah yang ku pandang itu, demikian kesepakatan masyarakat dunia menamai arah terbitnya matahari, seperti halnya mereka menyepakati dan menyebut matahari itu sendiri. Itulah kesepakatan, dimana kesepakatan akan menjadi undang undang, undang undang akan selalu di taati walau sifatnya tidak tertulis.
Terus ku telusuri jalan jalan di dalam otak sambil tetap duduk di kursi bambu wulung yang unik peninggalan ayah tercinta, sekali sekali terkadang kaki berusaha di angkat dan di pijat karena pegal menyertai dengan serang.
Sementara malam terus berjalan tanpa bisa di rasakan oleh orang orang tak perduli dengan keadaan.
Astaghfirulloh…. Tiba tiba aku tersadar akan sekelebat kehadiran, mata ini menangkap seberkas sinar ke emasan di langit yang kelihatanya menjadi ujung dunia, semburat sinar sang rembulan yang masih malu malu menampakan diri, aku meraih hp dengan tanpa menoleh, hp yang menurutku amat mahal, yang alhamdulillah bisa terbeli dengan cucuran keringat halal dan semangat menabung, maklum… Aku adalah orang kaya yang belum sampai waktu dan tempatnya, sekarang mungkin baru kaya hati dengan mensyukuri segala nikmat dan rezeki dari sang murbeng dumadi. Layarnya yang lebar dan sudah ku sentuh, dengan segera menampilkan berbagai menu. Tertera jelas di sana tanggal 21 Maret, yang berarti bertepatan dengan malam ke 15 dalam penanggalan Hijriyah atau Jawa, artinya malam ini adalah malam purnama, malam yang indah karena bulan akan terlihat sisinya sebulatan penuh.
Terus ku tunggu dengan asyik munculnya sang lawan matahari tersebut hingga sempurna ujudnya, ada rasa bahagia menembus kedalam hatiku yang terbungkus, sambil tersenyum sendiri, (senyum yang kata teman teman di sekolah semanis madu murni dari es cream ternama), aku terus berusaha mencari di pustaka hati, menelusuri arsip arsip keadaan, tak kuasa ingin segera ku temukan sumber dan sebab kebahagiaan yang menyeruak. Rasa yang begitu menentramkan, rasa yang penuh gejolak asa, rasa yang tak teraba indera.
Bersambung…..