SORBAN DAN IMAMAH BUKAN SUNNAH TAPI ADAT ORANG ARAB SAJA

Saya jawab secara singkat saja, ketahuilah bahwa sorban itu bukan adat orang arab saja, tapi sunnah Nabi saw, Rasulullah saw memakai surban. Mereka itu mengatakan tidak ada haditsnya menunjukkan betapa rendahnya pemahaman mereka akan syariah dan hadits

a. Dari Amr bin Umayyah ra dari ayahnya berkata: Kulihat Rasulullah saw mengusap surbannya dan kedua khuffnya (Shahih Bukhari Bab Wudhu, Al Mash alalKhuffain).

b. Dari Ibnul Mughirah ra, dari ayahnya, bahwa Rasulullah saw mengusap kedua khuffnya, dan depan wajahnya, dan atas surbannya (Shahih Muslim Bab Thaharah)

c. Para sahabat sujud diatas Surban dan kopyahnya dan kedua tangan mereka disembunyikan dikain lengan bajunya (menyentuh bumi namun kedua telapak tangan mereka beralaskan bajunya karena bumi sangat panas untuk disentuh). saat cuaca sangat panas. (Shahih Bukhari Bab Shalat).

d. Rasulullah saw membasuh surbannya (tanpa membukanya saat wudhu) lalu mengusap kedua khuff nya (Shahih Muslim Bab Thaharah) Dan masih belasan hadits shahih meriwayatkan tentang surban ini, cukuplah hadits Nabi saw : “Barangsiapa yang tak menyukai sunnahku maka ia bukan golonganku” (Shahih Bukhari).

Silahkan bantah sunnah Nabi saw, dan itu tanda keluarnya mereka dari ummat Nabi saw. Imam Syafii mengeluarkan fatwa bila seorang muslim menghina sunnah maka hukumnya kufur.

YASINAN MALAM JUM’AT HADITSNYA PALSU

Mengenai mereka itu sungguh berada dalam kemungkaran yang nyata, siapapula yang mengeluarkan larangan membaca Alqur’an di malam jum’at..?, boleh Yaasiin atau boleh apapun dari ayat Alqur’an, Mereka mengatakan tak boleh ada dalil pengkhususan suatu ibadah disuatu hari atau waktu, darimana hukum ini muncul..?, hanya ada pada orang bodoh yang tak mengerti hadits, mereka itu tak tahu hadits, hanya tahu menukil – nukil lalu mengatakan sesat pada orang lain.

Berikut riwayat shahih mengenai diperbolehkannya mengada – adakan suatu amal tanpa diperintah oleh Rasul saw : Diwayatkan bahwa Imam Masjid Quba menambahi bacaan surat Al Ikhlas setelah fatihah, ia selalu selesai fatihah ia membaca surat Al Ikhlas dulu, baru surat lainnya, maka ia telah menyamakan Fatihah dengan surat Al Ikhlas, ia membuat surat Al Ikhlas mesti ada pada setiap rakaatnya. bukankah hal ini tidak pernah diajarkan oleh Rasul saw..?

Maka makmumnya protes, dan ia tetap bersikeras, maka ia dilaporkan pada Rasul saw, maka Rasul saw memanggilnya, dan menanyakan apa sebab perbuatannya itu..? Maka Imam Masjid Quba itu berkata : aku mencintai surat Al Ikhlas, maka aku tak mau melepasnya pada setiap rakaat. Maka Rasul saw menjawab : Cintamu pada surat Al Ikhlas akan membuatmu masuk sorga! (Shahih Bukhari Bab Adzan). Berkata Hujjatul islam Al Imam Ibn Hajar Al Asqalaniy dalam kitabnya Fathul Baari Bisyarah Shahih Bukhari mensyarahkan makna hadits ini beliau berkata :

اًنا َر ْج ِه َكِلَذ ُّدَعُي َل َو ُهْن ِم ِراَثْكِت ْس ِلا َو ِهْيَلِإ ِسْفنلا ِلْي َمِب ِنآ ْرُقْلا ضْعَب صي ِص ْخَت ِزا َو َج ىَل َع ليِلَد ِهيِف َوهِ رِ يْغَ لِ

“pada riwayat ini menjadi dalil diperbolehkannya mengkhususkan sebagian surat Alqur’an dengan keinginan diri padanya, dan memperbanyaknya dengan kemauan sendiri, dan tidak bisa dikatakan bahwa perbuatan itu telah mengucilkan surat lainnya” (Fathul Baari Bisyarah Shahih Bukhari Juz 3 hal 150 Bab Adzan).

Jelaslah sudah kebodohan mereka akan ilmu hadits, bahwa Rasul saw tak pernah melarang seseorang mengkhususkan Alqur’an atau lainnya dari beragam ibadah untuk dibaca disuatu waktu atau tempat, bahkan jika hal itu karena cintanya pada ibadah itu maka itu akan membuatnya masuk sorga, demikian kabar gembira dari Rasulullah saw.

Wallahu a’lam